Pengarah
Drs. Purwadi Sutanto, M.Si (Direktur Pembinaan SMA)
Penanggungjawab:
Suharlan SH., MM (Kasubdit
Kurikulum)
Dr. Junus Simangunsong (Kasi
Penilaian)
Tim Penulis:
Windarto, S.Pd.
Asep
Hendrasyah, M.Pd., M.Mor.
Tim Pembahas:
Dr. I Wayan Widana
Satiri,
M.Pd
Tinasari
Prisyanti, M.Pd
Nurhadi, M.Pd.
Tim Editor:
Drs. Heri Fitriono, MA
Nilam Rahmawan, S.Psi
Elsi Eka Rahmawati, SE
Linda Lusiana Cahya Wibawa, S.Pd.
Layout:
Arso Agung Dewantoro
Oky
Ade Setiawan
Kurniady Febri Saputra
KATA PENGANTAR
Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa
hendaknya m
emberikan pelayanan yang selaras dengan tuntutan zaman.
Agar menjadi pribadi yang sukses di abad ke-21 seseorang yang hidup di abad
tersebut dituntut berbagai keterampilan relevan yang harus dikuasai agar dapat
beradaptasi dan berkontribusi. Tuntutan
kemampuan abad 21 yang semakin kompetitif menuntut empat kompetensi yaitu: Critical Thinking and Problem Solving,
Creativity and Innovation, Communication dan Collaboration. Pendidikan sebagai pengemban peran reformatif dan
transformatif harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk menguasai berbagai
keterampilan tersebut.
Kebutuhan
terhadap lulusan yang kritis, kreatif, komunikatf dan kolaboratif inilah yang
menjadi kompetensi lulusan utama pada kurikulum 2013. Pengembangan
kurikulum ini didasarkan prinsip pokok yaitu kompetensi lulusan yang didasarkan
atas kebutuhan, isi kurikulum dan mata pelajaran yang diturunkan secara
langsung dari kebutuhan kompetensi, mata pelajaran yang kontributif pada
pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penerapan prinsip-prinsip yang
esensial ini diharapkan agar implementasi kurikulum 2013 menghasilkan lulusan
yang siap menghadapi abad 21.
Sebagai bagian yang utuh dan selaras dengan komponen
kurikulum 2013, penilaian berperan untuk menstimulus capaian pembelajaran yang
salah satunya membangun sikap kritis. Untuk
membangun kemampuan Critical
Thinking and Problem Solving, instrumen penilaian diarahkan pada
soal berstandar internasional yaitu Higher Order
Thinking Skills
(HOTS) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Buku ini
merupakan panduan penyusunan soal HOTS mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan guru dalam sebuah penilaian yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan
kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik.
Buku panduan ini menjelaskan strategi penyusunan soal HOTS yang secara garis besar memuat
tentang latar belakang, konsep dasar penyusunan soal HOTS, penyusunan soal HOTS
mata pelajaran dan dan contoh soal HOTS,
strategi implementasi penyusunan soal HOTS.
Diharapkan buku panduan ini dapat menjadi referensi agar kegiatan bimbingan
teknis penyusunan soal HOTS berjalan
dengan lancar sehingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang diharapkan
yaitu lulusan yang krisis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.
Untuk memperbaiki buku ini, kami sangat mengharapkan
saran dan masukan dari Bapak/Ibu.
Jakarta, Juni 2019
Direktur Pembinaan SMA,
Purwadi Sutanto
NIP. 19610404 198503 1 003
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR |
i |
|
|
|
|
DAFTAR ISI |
ii |
|
|
|
|
|
|
|
BAB I |
PENDAHULUAN |
1 |
|
A. Rasional |
1 |
|
B. Tujuan |
2 |
|
C. Hasil yang Diharapkan |
2 |
|
|
|
|
|
|
BAB II |
KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL HOTS |
3 |
|
A.
Pengertian B.
Karakteristik C.
Level
Kognitif D.
Soal HOTS dan
Tingkat Kesukaran Soal E.
Peran Soal HOTS
dalam Penilaian Hasil Belajar F.
Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS |
3 4 6 9 10 11 |
|
|
|
|
|
|
BAB III |
PENYUSUNAN SOAL HOTS
MATA PELAJARAN |
13 |
|
A.
Karakteristik Mapel Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan B.
Analisa
KD C.
Contoh
Stimulus D.
Penjabaran
KD menjadi Indikator Soal E.
Menyusun
Kisi-kisi. F.
Kartu
Soal HOTS. |
13 14 17 19 20 23 |
|
|
|
|
|
|
BAB IV |
STRATEGI IMPLEMENTASI |
30 |
|
A.
Strategi B.
Implementasi |
30 31 |
|
|
|
|
||
DAFTAR PUSTAKA |
32 |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah pada lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum
adalah adanya tantangan eksternal, antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional.
Pendidikan pada era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan
kompetensi abad ke-21, yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kompetensi
berpikir, bertindak, dan hidup di dunia. Komponen berpikir meliputi berpikir
kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak
meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan
literasi manusia. Komponen hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri
(self-direction), pemahaman global,
serta tanggung jawab sosial. Munculnya literasi baru yaitu (1) literasi data
yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital, (2) literasi
teknologi yaitu kemampuan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, and
engineering principles), dan (3) literasi manusia terkait dengan humanities, communication, collaboration, merupakan
tantangan tersendiri untuk bisa hidup pada abad ke-21.
Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat
internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Pertama,
pada standar isi, yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman
dan perluasan materi yang relevan bagi siswa serta diperkaya dengan kebutuhan siswa
untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Kedua,
pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara bertahap model-model
penilaian standar internasional. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS),
karena keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk
berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Kurikulum 2013 lebih diarahkan untuk membekali siswa
sejumlah kompetensi yang dibutuhkan menyongsong abad ke-21. Beberapa kompetensi
penting yang dibutuhkan pada abad ke-21 yaitu 4C meliputi: (1) critical thinking (kemampuan berpikir
kritis) bertujuan agar siswa dapat memecahkan berbagai permasalahan kontekstual
menggunakan logika-logika yang kritis dan rasional; (2) creativity (kreativitas) mendorong siswa untuk kreatif menemukan
beragam solusi, merancang strategi baru, atau menemukan cara-cara yang tidak
lazim digunakan sebelumnya; (3) collaboration
(kerjasama) memfasilitasi siswa untuk memiliki kemampuan bekerja dalam tim,
toleran, memahami perbedaan, mampu untuk hidup bersama untuk mencapai suatu
tujuan; dan (4) communication
(kemampuan berkomunikasi) memfasilitasi siswa untuk mampu berkomunikasi secara
luas, kemampuan menangkap gagasan/informasi, kemampuan menginterpretasikan
suatu informasi, dan kemampuan berargumen dalam arti luas.
Hasil telaah butir soal yang dilakukan oleh Direktorat
Pembinaan SMA pada Pendampingan USBN tahun
pelajaran 2018/2019 terhadap
26 mata pelajaran pada 136 SMA Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi,
menunjukkan bahwa dari 1.779 butir soal yang dianalisis sebagian besar ada pada
Level-1 dan Level-2. Dari 136 SMA Rujukan, hanya 27 sekolah yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal USBN
yang dibuat, 84 sekolah menyusun soal HOTS
di bawah 20%, dan 25 sekolah menyatakan tidak tahu apakah soal yang disusun HOTS atau tidak. Hal itu tidak sesuai
dengan tuntutan penilaian Kurikulum 2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-model
penilaian HOTS.
Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student
Assessment (PISA) menunjukkan
prestasi literasi membaca (reading
literacy), literasi matematika (mathematical
literacy), dan literasi sains (scientific
literacy) yang dicapai siswa Indonesia sangat rendah. Pada umumnya
kemampuan siswa Indonesia sangat rendah dalam: (1) mengintegrasikan informasi; (2)
menggeneralisasi kasus demi kasus menjadi suatu solusi yang umum; (3)
memformulasikan masalah dunia nyata ke dalam konsep mata pelajaran; dan (4)
melakukan investigasi.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu adanya
perubahan sistem dalam pembelajaran dan penilaian. Soal-soal yang dikembangkan
oleh guru diharapkan dapat mendorong peningkatan keterampilan berpikir tingkat
tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian siswa untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, Direktorat Pembinaan SMA menyusun Panduan
Penyusunan Soal HOTS bagi guru SMA.
B. Tujuan
Panduan Pembelajaran dan Penilaian HOTS disusun dengan tujuan sebagai berikut.
1. Memberikan
pemahaman kepada guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal HOTS;
2. Meningkatkan
keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;
3. Memberikan
pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat dan daerah untuk
melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang penyusunan Soal HOTS.
C. Hasil yang Diharapkan
Sesuai dengan tujuan penyusunan panduan di atas, maka
hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya
pemahaman guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal HOTS;
2. Meningkatnya
keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;
3.
Terorganisirnya pola pembinaan dan sosialisasi tentang menyusun
Soal HOTS.
BAB II
KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL HOTS
A. Pengertian
Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran HOTS. Tugas guru bukan hanya melakukan
penilaian HOTS, melainkan juga harus
mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir
tingkat tinggi adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan
secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.
2.
Merencanakan
tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang
mereka miliki.
3.
Menentukan
langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan pengetahuan dan
kecakapan siswa yang telah ditunjukan dalam proses.
Penilaian berpikir tingkat tinggi
meliputi 3 prinsip:
1.
Menyajikan
stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam bentuk pengantar teks,
visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus).
2.
Menggunakan
permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas, dan bukan pertanyaan
hanya untuk proses mengingat.
3.
Membedakan
antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit) dan level kognitif
(berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).
Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang digunakan
untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan
berpikir yang tidak sekadar mengingat ( remembering), memahami (understanding), atau menerapkan
(applying). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur keterampilan: 1) transfer satu
konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan mengintegrasikan informasi, 3)
mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan
informasi untuk menyelesaikan masalah (problem
solving), dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Dengan demikian soal-soal HOTS menguji keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana
yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas
kemampuan: mengingat (remembering-C1),
memahami (understanding-C2),
menerapkan (applying-C3),
menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mencipta (creating-C6).
Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur
kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mencipta (creating-C6). Kata
kerja operasional (KKO) yang ada pada pengelompokkan Taksonomi Bloom
menggambarkan proses berpikir, bukanlah kata kerja pada soal. Ketiga kemampuan berpikir tinggi ini (analyzing, evaluating, dan creating)
menjadi penting dalam menyelesaikan masalah, transfer pembelajaran (transfer of learning) dan kreativitas.
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk
merumuskan indikator soal HOTS,
hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja
‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks
penulisan soal-soal HOTS, kata kerja
‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan
keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang
disajikan pada stimulus lalu siswa diminta menentukan keputusan yang terbaik.
Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mencipta) bila pertanyaan
menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata
kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif,
tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja.
Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang
berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang
tepat.
Dalam struktur soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus.
Stimulus merupakan dasar berpijak
untuk memahami informasi. Dalam konteks HOTS,
stimulus yang disajikan harus bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat
bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain. Stimulus juga
dapat bersumber dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar
sekolah seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan
yang terdapat di daerah tertentu. Stimulus yang baik memuat beberapa
informasi/gagasan, yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kemampuan mencari hubungan antarinformasi, transfer
informasi, dan terkait langsung dengan pokok pertanyaan.
B. Karakteristik
Soal-soal HOTS
sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian hasil
belajar. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan
karakteristik soal-soal HOTS.
1.
Mengukur
Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi
The
Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan
argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan
untuk memecahkan masalah (problem solving),
keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative
thinking), kemampuan berargumen (reasoning),
dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu
kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap
siswa.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan
menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan
mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai
sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan
model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar siswa memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang
kepada siswa untuk menemukan pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam
pembelajaran harus dapat mendorong
siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2.
Berbasis
Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual
and Trending Topic)
Soal-soal HOTS
merupakan instrumen yang
berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana siswa diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini
terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, kehidupan bersosial, penetrasi budaya,
serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek
kehidupan. Kontekstualisasi masalah pada penilaian membangkitkan sikap kritis
dan peduli terhadap lingkungan.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen
kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
b. Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, kemampuan siswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, kemampuan siswa untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, kemampuan siswa untuk mentransformasi
konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen
autentik, adalah sebagai berikut.
a. Siswa
mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar
memilih jawaban yang tersedia;
b. Tugas-tugas
merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas
yang diberikan tidak
mengkungkung dengan satu-satunya jawaban benar, namun memungkinkan siswa untuk
mengembangkan gagasan dengan beragam alternative jawaban benar yang berdasar
pada bukti, fakta, dan alasan rasional.
Berikut disajikan perbandingan asesmen tradisional dan
asesmen kontekstual.
Tabel 2.1 Perbandingan asesmen
tradisional dan kontekstual
Asesmen Tradisional |
Asesmen Kontekstual |
Siswa
cenderung memilih respons yang diberikan. |
Siswa mengekspresikan
respons |
Konteks dunia kelas (buatan) |
Konteks dunia nyata (realistis) |
Umumnya
mengukur aspek ingatan (recalling) |
Mengukur performansi tugas (berpikir tingkat tinggi) |
Terpisah dengan pembelajaran |
Terintegrasi
dengan pembelajaran |
Pembuktian tidak langsung, cenderung teoretis. |
Pembuktian langsung melalui penerapan pengetahuan dan
keterampilan dengan konteks nyata. |
Respon memaparkan hafalan/pengetahuan teoritis. |
Respon disertai alasan yang berbasis data dan fakta |
Stimulus soal-soal HOTS
harus dapat memotivasi siswa untuk menginterpretasi
serta mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah satu
tujuan penyusunan soal-soal HOTS
adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Kemampuan berkomunikasi
antara lain dapat direpresentasikan melalui kemampuan untuk mencari hubungan
antarinformasi yang disajikan dalam stimulus, menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah, kemampuan mentransfer konsep pada situasi baru yang
tidak familiar, kemampuan menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah
ide dan informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi baru
yang disajikan dalam bacaan.
Untuk
membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik, wacana,
situasi, berita atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic). Sangat dianjurkan untuk mengangkat
permasalahan-permasalahan yang dekat dengan lingkungan siswa berada, atau
bersumber pada permasalahan-permasalahan global yang sedang mengemuka. Stimulus
yang tidak menarik berdampak pada ketidaksungguhan/ketidakseriusan peserta tes
untuk membaca informasi yang disajikan dalam stimulus atau mungkin saja tidak
mau dibaca lagi karena ending-nya
sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah sering diangkat,
sudah umum diketahui). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegagalan butir
soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal dengan stimulus kurang menarik tidak mampu
menunjukkan kemampuan siswa untuk menghubungkan informasi yang disajikan dalam
stimulus atau menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah menggunakan
logika-logika berpikir kritis.
3.
Tidak Rutin dan
Mengusung Kebaruan
Salah satu
tujuan penyusunan soal-soal HOTS
adalah untuk membangun kreativitas siswa dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan kontekstual. Sikap kreatif
erat dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan. Soal-soal HOTS tidak dapat diujikan berulang-ulang
pada peserta tes yang sama. Apabila suatu soal yang awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang pada
peserta tes yang sama, maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan
mengingat. Siswa hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan
sebelumnya. Tidak lagi terjadi proses berpikir tingkat tinggi. Soal-soal
tersebut tidak lagi dapat mendorong peserta tes untuk kreatif menemukan solusi
baru. Bahkan soal tersebut tidak lagi mampu menggali ide-ide orisinil yang
dimiliki peserta tes untuk menyelesaikan masalah.
Soal-soal
yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan memvariasikan
stimulus yang bersumber dari berbagai topik. Pokok pertanyaannya tetap mengacu
pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan tuntutan pada KD.
Bentuk-bentuk soal dapat divariasikan sesuai dengan tujuan tes, misalnya untuk
penilaian harian dianjurkan untuk menggunakan soal-soal bentuk uraian karena
jumlah KD yang diujikan hanya 1 atau 2 KD saja. Sedangkan untuk soal-soal
penilaian akhir semester atau ujian
sekolah dapat menggunakan bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian. Untuk
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) akan lebih baik jika menggunakan soal bentuk uraian. Pada
soal bentuk uraian mudah dilihat tahapan-tahapan berpikir yang dilakukan siswa,
kemampuan mentransfer konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen dan
penalaran, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
Mencermati
salah satu tujuan penyusunan soal HOTS
adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa, maka para guru juga harus kreatif
menyusun soal-soal HOTS. Guru harus
memiliki persediaan soal-soal HOTS
yang cukup dan variatif untuk KD-KD tertentu yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS, agar karakteristik soal-soal HOTS
tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.
C. Level Kognitif
Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi
proses berpikir sebagai berikut.
Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir
HOTS |
Mencipta |
• Mencipta
ide/gagasan sendiri. • Kata
kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, menggabungkan,
memformulasikan. |
Mengevaluasi |
• Mengambil
keputusan tentang kualitas
suatu informasi. • Kata
kerja: evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung,
menduga, memprediksi. |
|
Menganalisis |
• Menspesifikasi
aspek-aspek/elemen. • Kata
kerja: mengurai, membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji. |
|
LOTS |
Mengaplikasi |
• Menggunakan
informasi pada domain berbeda • Kata
kerja: menggunakan, mendemonstrasikan, mengilustrasikan, mengoperasikan. |
Memahami |
• Menjelaskan
ide/konsep. • Kata
kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima, melaporkan. |
|
|
Mengingat |
• Mengingat
kembali fakta, konsep, dan
prosedur. • Kata
kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan. |
Sumber: Anderson & Krathwohl (2001)
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa
kata kerja operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda.
Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang
akan digunakan dalam penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan
tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif,
yaitu: 1) level 1 (pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3 (penalaran). Berikut dipaparkan
secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
1.
Level 1
(Pengetahuan dan Pemahaman)
Level kognitif pengetahuan dan
pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2).
Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan
prosedural. Bisa jadi soal-soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar,
karena untuk menjawab soal tersebut siswa harus dapat mengingat beberapa rumus
atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur)
melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan
adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar,
menyatakan, dan lain-lain.
Contoh soal level 1:
Kisi-kisi soal level 1:
1.
Disajikan data peristiwa tahapan Pembinaan
Persatuan Indonesia, peserta didik dapat menentukan urutan terjadinya peristiwa
itu.
Contoh
soal level 1:
1.
Perhatikan daftar peristiwa sebagai berikut:
1 |
Sumpah Pemuda |
2 |
Proklamasi kemerdekaan |
3 |
Kebangkitan nasional |
4 |
Perasaan senasib sepenanggungan |
Urutan Pembinaan Persatuan Indonesia yang
benar adalah sebagai berikut….
A. 1-2-3-4
B. 2-1-3-4
C. 3-4-1-2
D. 4-3-1-2
E. 4-2-3-1
Penjelasan:
Soal di
atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat atau
menghafal tahun terjadinya peristiwa tersebut.
2.
Level 2
(Aplikasi)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan
kemampuan yang lebih tinggi dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level
kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau
mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a)
menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada
konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan
masalah rutin. Siswa harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa,
menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur)
melakukan sesuatu untuk menjawab soal
level 2. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk
menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah
merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO
yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung,
membuktikan, dan lain-lain.
Kisi kisi soal level 2 :
1. Disajikan
berita tentang kasus yang mengancam batas wilayah laut Indonesia dan Singapura,
peserta didik dapat menentukan dasar penentuan batas wilayah laut antara
Indonesia dan Singapura.
Contoh Soal level 2:
1.
Perhatikan kasus sebagai berikut:
Berdasar analisis terhadap kasus
tersebut, cara penentuan batas wilayah laut
Indonesia dan Singapura adalah....
A. tetap berdasarkan ketentuan konvensi
Jenewa 1982
B. melalui perundingan dengan tahapan yang
sesuai dengan proses pembuatan perjanjian internasional yang sifatnya rumit
C. melalui perundingan dengan tahapan yang
sesuai dengan proses pembuatan perjanjian internasional yang sifatnya sederhana
D. melalui musyawarah mufakat antara pemerintah Indonesia dan Singapura,
sesuai perluasan wilayah laut Singapura dari pasir laut Indonesia
E. lebar laut yang ada antara Indonesia dan
Singapura sekarang setelah ada perluasan laut Singapura dari pasir Indonesia, dibagi
dua sama rata
Penjelasan:
Soal di
atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, siswa terlebih
dahulu mampu mengingat ketentuan hukum
laut internasional tentang penentuan batas wilayah laut, selanjutnya diterapkan untuk menentukan batas
wilayah laut antara Indonesia dan Singapura berdasar ketentuan tersebut.
3.
Level 3
(Penalaran)
Level penalaran
merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 siswa harus
mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan
masalah-masalah kontekstual (situasi
nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Pada
dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan siswa untuk
menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan,
dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5)
menuntut kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses
berpikir mencipta (C6) menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu
merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut
kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan
(evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi
baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan
menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer
konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
menyelesaiakan soal-soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang
sering digunakan antara lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan,
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan,
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah.
Kisi kisi soal level 3 :
1. Disajikan
berita tentang kasus yang mengancam keutuhan wilayah Indonesia, peserta didik
dapat memberikan alternatif upaya menjaga keutuhan wilayah
Indonesia!
Contoh soal level 3:
1. Perhatikan
kasus sebagai berikut:
Berdasar kasus tersebut, menurut pendapat Anda
upaya apa saja yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia untuk tetap
mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia!
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) yang mengukur
kemampuan pemecahan masalah
(problem solving), dengan
tahapan-tahapn berpikir sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
siapa dan mengapa terjadi penyelundupan pasir laut ke Singapura
2. Memahami
konsep nasionalisme
3. Mengevaluasi
tindakan pemerintah dalam menangani kasus tersebut
4. Memprediksi
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh tindakan penyelundupan pasir laut
5. Menarik
kesimpulan dan mengusulkan cara/upaya penanggulangan penyelundupan pasir laut
ke Singapura.
D. Soal
HOTS dan Tingkat Kesukaran Soal
Banyak
yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS adalah soal yang sulit. Soal sulit
belum tentu soal HOTS, demikian pula
sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same
as the higher order thinking.”
kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah sama dengan
soal HOTS. Kenyataannya, baik soal LOTS maupun
HOTS, keduanya memiliki rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah,
sedang dan sulit. Dengan kata lain, ada soal LOTS yang mudah dan ada juga soal
HOTS yang mudah, demikian juga dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga
pada soal LOTS. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang
tidak umum (uncommon word) mungkin
memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa yang mampu menjawab benar, tetapi
kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang meminta siswa
untuk menganalisa dengan melakukan pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik
bukan merupakan soal yang sulit untuk dijawab oleh siswa.
Tingkat kesukaran (mudah v.s. sukar) dan
dimensi proses berpikir (berpikir tingat rendah v.s. berpikir tingkat tinggi)
merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahpahaman interpretasi kalau LOTS
itu mudah dan HOTS itu sulit dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Implikasi dari kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan memberikan atau
mebiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena siswanya tidak
siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan tugas yang bersifat drill
saja.
E. Peran Soal HOTS
dalam Penilaian Hasil Belajar
Peran soal HOTS
dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan pada aspek pengetahuan dan
keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Soal-Soal HOTS bertujuan untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru
mengujikan butir soal HOTS secara
proporsional. Berikut peran soal HOTS
dalam penilaian hasil belajar.
1.
Mempersiapkan
kompetensi siswa menyongsong abad ke-21
Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang
dilaksanakan oleh sekolah diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki
sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar,
terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu:
a) memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong,
dan integritas); b) memiliki kemampuan 4C (critical
thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual,
digital, dan auditori.
Penyajian
soal-soal HOTS dalam penilaian hasil
belajar dapat melatih siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai
dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada
soal-soal HOTS, keterampilan berpikir
kritis (critical thinking),
kreativitas (creativity) dan rasa
percaya diri (learning self reliance),
akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan
nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving).
2.
Memupuk rasa
cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local
genius)
Soal-soal HOTS hendaknya
dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi di
daerahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang
berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting.
Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai
stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam
soal-soal HOTS menjadi sangat menarik
karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh siswa. Di samping itu,
penyajian soal-soal HOTS dalam
penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap
potensi-potensi yang ada di daerahnya. Sehingga siswa merasa terpanggil untuk
ikut ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di
daerahnya.
3.
Meningkatkan
motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab
tantangan di masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam
kelashendaknya terkait
langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian siswa
merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan
dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang
terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam
penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya soal-soal
berbasis soal-soal HOTS, diharapkan
dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah yang menjadikan siswa
menjadi insan pembelajar sepanjang hayat
4.
Meningkatkan
mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat
memberikan informasi yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan
soal-soal HOTS dapat meningkatkan
kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas pelaksanaan penilaian hasil
belajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga
kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada
level 3 (menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat menggambarkan kemampuan siswa
sesuai dengan tuntutan KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tigkat tinggi, dapat
meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.
F. Langkah-Langkah
Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal menentukan perilaku yang hendak
diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus)
dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Pilih materi
yang akan ditanyakan menuntut penalaran tinggi, kemungkinan tidak selalu
tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar,
keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru dalam memilih stimulus
soal yang menarik dan kontekstual. Berikut dipaparkan langkah-langkah
penyusunan soal-soal HOTS.
1.
Menganalisis
KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat
dibuatkan model-model soal HOTS.
Pilihlah KD yang memuat KKO yang pada ranah C4, C5, atau C6. Guru-guru secara
mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.
2.
Menyusun
kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan
untuk memandu guru dalam: (a) menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang
dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3.
Merumuskan
Stimulus yang Menarik dan Kontekstual
Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus
harus dapat mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik
umumnya baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang sedang
mengemuka. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, mendorong siswa untuk membaca. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun stimulus soal HOTS: (1) pilihlah beberapa informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel, wacana,
dll yang memiliki keterkaitan dalam sebuah kasus; (2) stimulus hendaknya
menuntut kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis,
menyimpulkan, atau menciptakan; (3) pilihlah kasus/permasalahan konstekstual
dan menarik (terkini) yang memotivasi
siswa untuk membaca (pengecualian untuk mapel Bahasa, Sejarah boleh tidak
kontekstual); dan (4) terkait langsung dengan pertanyaan (pokok soal), dan
berfungsi.
4.
Menulis butir
pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah
penulisan butir soal HOTS. Kaidah
penulisan butir soal HOTS, pada
dasarnya hampir sama dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada aspek materi (harus disesuaikan dengan karakteristik
soal HOTS di atas), sedangkan pada
aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu
soal, sesuai format terlampir.
5.
Membuat
pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS
yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.
Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban
dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian singkat.
Untuk
memperjelas langkah-langkah penyusunan soal HOTS,
disajikan dalam gambar 1 dibawah ini
Gambar 1. Alur Penyusunan Soal HOTS
BAB III
PENYUSUNAN SOAL HOTS
MATA PELAJARAN PPKn
A.
Karakteristik
Mata Pelajaran PPKn
1. Tujuan
Mata Pelajaran
Sesuai dengan PP Nomor
32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1) huruf ditegaskan bahwan Pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral
Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Secara umum tujuan mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh
dimensi kewarganegaraan, yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan,
komitmen dan tanggung jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic
committment, and civic responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan;
(3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi
kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).
Secara khusus Tujuan
PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut sehingga peserta didik mampu:
1) menampilkan
karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan
moral Pancasila secara personal dan sosial;
2) memiliki
komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh
tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta
tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
4) berpartisipasi
secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas
bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial
Budaya.
2. Ruang
Lingkup
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn), memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1) Pancasila,
sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa
2) UUD 1945 sebagai
hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3) Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia
4) Bhinneka Tunggal
Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan mewarnai keberagaman
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3. Pembelajaran
Desain pembelajaran pada
matapelajaran PPKn menguraikan keterkaitan antara Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tujuan
Pembelajaran.
Pengembangan desain
pembelajaran, harus memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah pembuatan
kerangka pembelajaran yang mengkaitkan prinsip penguasan kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang bersifat holistik. Pembelajaran dimulai dari
membangun interaksi proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan secara
interaktif yang berimplikasi pada tumbuhnya dampak pembelajaran yang bersifat
afektif.
Pengembangan kerangka
pembelajaran bertujuan juga untuk memfasilitasi pembelajaran secara tidak
langsung, sehingga kerangka pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa. Proses
belajar yang tercipta dari keterkaitan KI-3 dan KI-4 dapat memberikan dampak
pengiring (nurturant effect) tumbuhnya sikap spiritual yang dimaksud
dalam KI-1 dan sikap sosial dalam KI-2.
Pengaitan dimensi
pengetahuan dan keterampilan dengan dimensi spiritual dan sosial yang
terkandung dalam empat pilar kebangsaan harus dilakukan secara kontekstual
sesuai dengan hakikat pengetahuan dan/atau keterampilan itu sendiri. Dalam
konteks ini, guru PPKn diharapkan mampu menggunakan seni mengajarnya (art of
teaching) untuk melakukan pengambilan keputusan transacsional (seketika)
pada saat pembelajaran berlangsung di kelas.
Pembentukan sikap yang
terkandung dalam KI-1 dan KI-2 dapat dilakukan secara tidak langsung sebagai
dampak pengiring maupun secara langsung sebagai dampak instruksional yang
kedua-duanya dapat dilakukan, baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Dengan
demikian, didalam diri peserta didik akan tertanam nilai-nilai seperti;
menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam
pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
dan keamanan, serta hukum; mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama dan
kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; mengamalkan
perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia; mengamalkan nilai dan budaya demokrasi
dengan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Akhirnya dalam diri
peserta didik akan terinternalisasi (tertanam) nilai-nilai keadaban Pancasila
melalui pembentukan karakter baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
memanfaat berbagai sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran guna
pembentukan sikap dan penanaman nilai dan moral Pancasila dan pilar kebangsaan
lainnya dalam mata pelajaran PPKn diharapkan dapat tercapai.
Pendekatan pembelajaran
yang memusatkan perhatian pada proses pembangunan pengetahuan, keterampilan,
sikap spiritual dan sikap sosial melalui transformasi pengalaman empirik dan
pemaknaan konseptual terhadap sumber nilai, instrumentasi dan fraksis nilai dan
moral yang bersumber dari empat pilar kebangsaan. Untuk itu perlu dikembangkan
berbagai variasi kegiatan belajar dan pembelajaran yang menekankan pada hal-hal
antara lain sebagai berikut:
·
Meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a
sense of wonder) terkait hal-hal baik yang bersifat empirik maupun
konseptual;
·
Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage
observation) dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya yang bersifat kasat
mata tetapi juga yang syarat makna;
·
Melakukan analisis (Push for analysis)
untuk mendapatkan keyakinan nilai dan moral yang berujung pada pemilikan
karakter tertentu dan
·
Berkomunikasi (Require communication),
baik yang bersifat intrapersonal (berkomunikasi dalam dirinya) / kontemplasi
maupun interpersonal mengenai hal yang terpikirkan maupun yang bersifat meta
kognitif.
Dalam pembelajaran PPKn
perlu dipahami hubungan konseptual dan fungsional strategi serta metode
pembelajaran dengan pendekatan dan model pembelajaran. Secara umum strategi
pembelajaran dalam PPKn yang dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa dalam
menguasai kompetensi secara utuh (KI-3, KI-4, KI-2, KI-1) secara utuh melalui
pembelajaran yang bersifat otentik. Pembelajaran PPKn dapat menggunakan
strategi dan metode yang sudah dikenal selama ini, seperti Jigsaw, Strategi
Reading Guide (Membaca Buku Ajar), Information Search (Mencari
Informasi), dan sebagainya. Secara khusus pembelajaran PPKn mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PPKn. Pada
dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling baik, karena
setiap strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Strategi
pembelajaran yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu belum tentu baik dan tepat digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang lain. ltulah sebabnya, seorang pendidik diharapkan memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai strategi
pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memilih alternatif
strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran diperlukan sebuah rancangan yang
mengkaitkan antara KI,
KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran sehingga akan menghasilkan rancangan
pembelajaran yang integratif. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar
Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan
pendekatan pembelajaran yang digunakan sesuai dengan permendikbud nomor 22
tahun 2016 tentang standar proses.
4.
Penilaian
Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar,
adalah sebagai berikut :
a.
Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan
kelas.
b.
Umpan balik dalam perbaikan proses belajar
mengajar.
c.
Meningkatkan motivasi belajar siswa.
d.
Evaluasi diri terhadap kinerja siswa
Penilaian otentik
merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleg guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik melalui berbagai teknik yang mempu mengungkapkan, membuktikan atu
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dukuasai
dan dicapai. Beberapa karakteristik penilaian otentik sebagai berikut :
1) Penilaian
merupakan bagian dari proses pembelajaran, bukan terpisah dari proses
pembelajaran.
2) Penilaian
mencerminkan hasil proses pembelajaran pada kehidupan nyata, tidak berdasarkan
pada kondisi yang ada di sekolah.
3) Menggunakan
bermacam-macam insttrumen, pengukuran dan metode yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4) Penilaian
bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua ranah sikap,
pemngetahuan, dan keterampilan.
5) Penilaian
mencakup penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar.
B.
Analisis
KD
No. |
Kompetensi Dasar |
Kelas/ semester |
Level Kognitif |
3.2 |
Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar
Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara,
warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan
keamanan |
X/Ganjil |
C-4 |
3.6 |
Menganalisis ancaman terhadap negara dan
upaya penyelesaiannya di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika |
X/Genap |
C-4 |
3.2 |
Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 |
XI/Ganjil |
C-4 |
3.4 |
Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
XI/Genap |
C-4 |
3.2 |
Mengevaluasi praktik perlindungan dan
penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian |
XII/Ganjil |
C-5 |
3.4 |
Mengevaluasi dinamika persatuan dan
kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia |
XII/Genap |
C-5 |
C.
Contoh
Stimulus
STIMULUS PPKn
NO. |
KOMPETENSI
DASAR |
STIMULUS |
KEMAMPUAN
YANG DIUJI |
TAHAPAN
BERPIKIR |
1 |
3.2 Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 yang mengatur
tentang wilayah negara, warga negara
dan penduduk, agama dan
kepercayaan, serta pertahanan dan
keamanan |
Disajikan ilustrasi tentang status kewarganegaraan |
Menganalisis berdasarkan berdasarkan UU kewarganegaran yang berlaku |
·
Menelaah konsep
kewarganegaraan yang berlaku sesuai dengan ilustrasi yang disajikan ·
Menginterpretasi kasus berdasarkan UU Kewarganegaraan yang berlaku ·
Menarik kesimpulan status kewarganegaraan yang sesuai dengan UU Kewarganegaraan yang berlaku |
2 |
3.6 Menganalisis
ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika |
Disajikan ilustrasi tentang ancaman negara dalam bidang Ideologi dan
upaya untuk menyelesaikannya |
Menganalisis bentuk ancaman terhadap negara di era digital |
· Menguraikan
bentuk ancaman terhadap negara di era digital · Mencari upaya dan solusi terbaik mengatasi ancaman
terhadap negara di era digital · Menghubungkan informasi untuk mengambil keputusan dalam
mengatasi ancaman Ideologi di era digital |
3 |
3.2. Mengkaji
sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 |
Disajikan ilustrasi atau gambar tata cara pemungutan suara
pelaksanaan Pemilu tahun 2019 |
Mengkaji dinamika demokrasi Pancaila dalam pelaksanaan pemilu tahun 2019 |
·
Menelaah Pelaksanaan PEMILU
2019 yang diilustrasikan dalam sajian ·
Mengkaji sistim demokrasi
Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945 ·
Menyimpulkan pelaksanaan
PEMILU sesuai dengan UUD 1945 |
4 |
3.4 Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
Disajikan data peran Indonesia dalam perdamaian dunia |
Kemampuan menyelesaikan masalah perdamaian dunia sesuai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
· Mengkaji data yangditampilkan terkait dengan peran
Indonesia dalam perdamaian dunia · Menelaah
isi pasal dalam UUD NRI 1945 yang terkait dengan peran Indonesia dalam perdamaian dunia · Menyelesaikan
masalah terkait dengan peran Indonesia
dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945 |
5 |
3.2. Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian |
Disajikan ilustrasi dalam sebuah peristiwa fakta persidangan |
Mengambil keputusan tentang fakta persidangan |
·
Menguraikan fungsi hukum
dalam menjamin keadilan dan kedamaian ·
Menginterpretasikan makna
fakta hukum yang terjadihukum dalam kehidupan sehari-hari ·
Menarik kesimpulan dalam
berbagai peristiwa |
6 |
3.4. Mengevaluasi
dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia |
Disajikan ilustrasi kondisi nyata persoalan dalam menjaga dan
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia |
Nilai-nilai persatuan yang harus dijaga dalam mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia |
· Mengkaji
nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa · Menganalisis kondisi nyata persoalan bangsa pada saat
ini · Memberikan solusi terbaik dalam menjaga dan
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia |
D.
Penjabaran
KD menjadi Indikator Soal
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi
menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai
berikut:
1.
kelompok 1:
kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2.
kelompok 2:
kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
3.
kelompok 3:
kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan
4.
kelompok 4:
kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Kompetensi dasar (KD) merupakan kemampuan
dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk
suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada
kompetensi inti; KD terdiri dari 2 komponen utama yaitu Kemampuan dengan tahapan mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Materi Pokok: memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan.
Contoh KD:
3.2
Menelaah
ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan
kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan.
Pengembangan Indikator
Indikator adalah penanda perilaku (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) terkait isi yang akan digunakan guru sebagai
landasan pembelajaran. Indikator dalam RPP harus dirumuskan dengan jelas dan
disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai penguasaan kompetensi.
Indikator
dijadikan acuan dalam membuat soal. Di dalam indikator tergambar level kognitif
yang harus dicapai dalam KD. Kriteria perumusan indikator:
1.
Memuat ciri-ciri KD yang akan diukur.
2.
Memuat kata kerja operasional yang
dapat diukur (satu kata kerja operasional untuk soal pilihan ganda, satu atau
lebih dari satu kata kerja operasional untuk soal uraian).
3.
Berkaitan dengan materi/konsep yang
dipilih.
4.
Dapat dibuat soalnya sesuai dengan
bentuk soal yang telah ditetapkan.
Komponen-komponen
indikator soal yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan
diukur, dan kondisi/konteks/stimulus.
Jenis-jenis indikator soal
Indikator soal
terbuka: penulis soal dapat berimprovisasi secara bebas untuk
mengembangkan butir soal. Indikator soal tertutup: umumnya digunakan
untuk penyusunan butir soal dalam beberapa paket paralel, sehingga harus
memenuhi persyaratan sbb.
1.
Kesetaraan konten (materi yang
diujikan).
2.
Kesetaraan tingkat kesukaran (judgement).
3.
Kesetaraan konteks (rumusan butir
soal, kompleksitas)..
Contoh Penjabaran KD Menjadi Indikator Soal
No. |
Kompetensi Dasar |
Indikator Soal |
3.2 |
Menelaah
ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan
kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan. |
Disajikan ilustrasi tentang kasus
kewarganegaraan peserta didik dapat menyimpulkan sesuai UU kewarganegaraan
yang berlaku. |
3.6 |
Menganalisis
ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika |
Disajikan gambar dan
berita kasus Cyber Crime, peserta
didik dapat memberikan pendapat tentang cara mencegah maraknya masalah
tersebut |
3.2 |
Mengkaji
sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 |
Disajikan ilustrasi
Pelaksanaan Pemilu tahun 2019 peserta didik dapat mengevalusi pelaksanaan
Pemilu serentak |
3.4 |
Menganalisis
dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
Disajikan data peran Indonesia dalam
perdamaian dunia peserta didik dapat mengkaji peran tersebut berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
3.2 |
Mengevaluasi praktik perlindungan dan
penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian |
Disajikan sebuah ilustrasi dalam sebuah
peristiwa fakta persidangan peserta didik dapat menarik kesimpulan hukum untuk
menjamin keadilan |
3.4 |
Mengevaluasi dinamika persatuan dan
kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia |
Disajikan ilustrasi kondisi nyata persoalan
atau konflik horisontal peserta dapat memberikan solusi sesuai
dengan Nilai-nilai persatuan Indoensia |
E.
Menyusun Kisi-kisi
1.
Pengertian
kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu format
berbentuk matriks berisi informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis
atau merakit soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes.
Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum
penulisan soal. Bila beberapa penulis soal menggunakan satu kisi-kisi, akan
dihasilkan soal-soal yang relatif sama (paralel) dari tingkat kedalaman dan
cakupan materi yang ditanyakan.
2.
Syarat
kisi-kisi
Kisi-kisi tes prestasi akademik harus memenuhi persyaratan
berikut:
1)
Mewakili isi kurikulum yang akan
diujikan.
2)
Komponen-komponennya rinci, jelas,
dan mudah dipahami.
3) Indikator
soal harus jelas dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah
ditetapkan.
3.
Komponen
kisi-kisi
Komponen-komponen
yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi disesuaikan dengan tujuan tes. Komponen
kisi-kisi terdiri atas komponen identitas dan komponen matriks. Komponen
identitas diletakkan di atas komponen matriks. Komponen identitas meliputi
jenis/jenjang sekolah, peminatan,
mata pelajaran, tahun ajaran, kurikulum yang diacu, alokasi waktu, jumlah soal,
dan bentuk soal. Komponen-komponen matriks berisi kompetensi dasar yang diambil
dari kurikulum, kelas dan semester, materi, indikator, level kognitif, dan nomor
soal.
KISI-KISI SOAL HOTS
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
No. |
Kompetensi Dasar |
Materi |
Kelas/ Semester |
Indikator Soal |
Level Kognitif |
Bentuk Soal |
No. Soal |
1 |
Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun
1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama
dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan. |
Asas kewarganegaraan |
X/1 |
Disajikan ilustrasi tentang
kasus kewarganegaraan peserta didik dapat menyimpulkan sesuai UU kewarganegaraan
yang berlaku |
3/ |
Uraian |
1 |
2 |
Menganalisis ancaman terhadap negara dan upaya
penyelesaiannya di bidang ideologi, politik, ekonomi,sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika |
Ancaman
digital di bidang Ideologi |
X/II |
Disajikan gambar dan berita kasus Cyber Crime, peserta didik dapat memberikan pendapat tentang cara
mencegah maraknya masalah tersebut |
3 |
Uraian |
2 |
3 |
Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 |
Dinamika
demokrasi Pancasila |
XI/1 |
Disajikan ilustrasi Pelaksanaan Pemilu
tahun 2019 peserta didik dapat mengevalusi pelaksanaan Pemilu serentak |
3
|
Uraian |
3 |
4 |
Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian
dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
peran
Indonesia dalam perdamaian dunia |
XI/II |
Disajikan data peran
Indonesia dalam perdamaian dunia peserta didik dapat mengkaji
peran tersebut berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945 |
3 |
PG |
4 |
5 |
Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum
untuk menjamin keadilan dan kedamaian |
Peristiwa
persidangan hukum untuk menjamin keadilan |
XII/1 |
Disajikan sebuah ilustrasi
dalam sebuah peristiwa fakta persidangan peserta didik dapat menarik
kesimpulan hukum untuk menjamin keadilan |
3 |
PG |
5 |
6 |
Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa
sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia |
dinamika
persatuan dan kesatuan bangsa |
XII/II |
Disajikan ilustrasi kondisi
nyata persoalan atau konflik horisontal peserta dapat
memberikan solusi sesuai dengan Nilai-nilai persatuan
Indoensia |
3 |
PG |
6 |
...............................,
.........................
Mengetahui Koordinator
MGMP .....................................
Kepala SMA
.........................................
................................................................
............................................................
NIP. NIP.
KARTU SOAL
(Uraian)
Mata Pelajaran : Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : X/ Ganjil
Kurikulum : Kurikulum
2013
Kompetensi Dasar |
: |
3.2. Menelaah
ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan
kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan |
Materi |
: |
Azas Kewarganegaraan |
Indikator Soal |
: |
Disajikan kasus kewarganegaraan, peserta
didik dapat memberikan pendapatnya tentang kasus tersebut sesuai ketentuan
Undang-Undang Kewarganegaraan |
Level Kognitif |
: |
3 |
Nomor Soal |
: |
1 |
1.
Perhatikan penggalan
berita tentang kasus kewarganegaraan yang dialami oleh Gloria Natapradja!.
1. Dari kasus diatas jelaskan mengapa Gloria Natapradja masih memegang paspor
Prancis dan dicoret dari daftar pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) di
Istana Negara?
Kunci Jawaban:
- Karena menurut UU kewarganegaraan
nomor UU No. 10 Tahun 2016 tentang perubahan ke-2 UU no. 12 tahun 2006
tentang kewarganegaraan, seseorang akan kehilangan kewarganegaraan
Indonesia jika memiliki paspor negara lain
- Status kewarganegaraan bagi anak
dari perkawinan campuran antara WNI dan WNA sudah diatur dalam pasal 8 bab
3 UU No 12/2006 tentang kewargangaraan
- Menurut UU Nomor 12/2006 pasal 4
huruf d mengakui dua kewarganegaraan anak sekaligus hingga usia 18 tahun
(asas kewarganegaraan ganda terbatas sebagaimana diatur pasal 6 ayat 1),
tapi untuk anak yang lahir setelah 2006.
- Bagi anak yang lahir sebelum 2006,
harusnya mendaftarkan diri dalam jangka waktu 4th sth 2006 jika
ingin menjadi WNI
- Karena sudah terlambat maka harus
melalui pewarganegaraan atau naturalisasi, jika ingin menjadi WNI.
Keterangan:
Deskripsikan alur berpikir yang
diperlukan untuk menjawab soal ini
adalah transformasi konsep,. Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman
kepada pembaca, mengapa soal ini merupakan soal HOTS.
Pedoman
perskoran:
No |
Jawaban |
Skor |
1 |
Karena menurut UU kewarganegaraan nomor
UU No. 10 Tahun 2016 tentang perubahan
ke-2 UU no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan, seseorang akan kehilangan
kewarganegaraan Indonesia jika memiliki paspor negara lain |
1 |
2 |
tatus kewarganegaraan bagi anak dari
perkawinan campuran antara WNI dan WNA sudah diatur dalam pasal 8 bab 3 UU No
12/2006 tentang kewargangaraan |
1 |
3 |
Menurut UU Nomor 12/2006 pasal 4 huruf
d mengakui dua kewarganegaraan anak sekaligus hingga usia 18 tahun (asas
kewarganegaraan ganda terbatas sebagaimana diatur pasal 6 ayat 1), tapi untuk
anak yang lahir setelah 2006. |
1 |
4 |
Bagi anak yang lahir sebelum 2006,
harusnya mendaftarkan diri dalam jangka waktu 4th sth 2006 jika
ingin menjadi WNI |
1 |
5 |
Karena sudah terlambat maka harus
melalui pewarganegaraan atau naturalisasi, jika ingin menjadi WNI. |
1 |
|
Jumah Skor maksimal |
5 |
(Uraian)
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester :
X/ Genap
Kurikulum : Kurikulum
2013
Kompetensi Dasar |
: |
3.6. Menganalisis ancaman terhadap negara dan
upaya penyelesaiannya di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika |
Materi |
: |
Ancaman digital dibidang idiologi |
Indikator Soal |
: |
Disajikan gambar dan berita kasus Cyber Crime, peserta didik dapat memberikan pendapat tentang cara
mencegah maraknya masalah tersebut. |
Level Kognitif |
: |
3 |
Nomor Soal |
: |
2 |
4.
Perhatikan
gambar dan berita berikut ini!.
|
Cyber Crime
Mabes Polri Telusuri Penyebar Hoaks Teroganisir
HUKRIM RABU, 27 MARET 2019 ,
14:37:00 WIB | LAPORAN: IMAM RAHMAYADI Hal ini disampaikan Kasubdit Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri Kombes
Pol Dani Kustoni dalam seminar nasional "Penegakan Hukum Terhadap
Penyebar Berita Hoax Menghadapai Pemilu 2019" bertempat di Wisma
Perdamaian, Rabu (27/3). |
Dari kasus dan gambar tersebut, seandaianya Anda sebagai
pemegang kebijakan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semakin
maraknya Cyber Crime !
Kunci Jawaban:
1.
Menumbuhkan
semangat nasionalisme yang tangguh
2.
Menanamkan
dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan sebaik – baiknya.
3.
Menanamkan
dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik – baiknya.
4.
Selektif
terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, serta
sosial budaya bangsa.
5.
Pandai-pandai dalam memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi untuk hal-hal yang positif.
Keterangan:
Deskripsikan alur berpikir yang
diperlukan untuk menjawab soal ini, misalnya transformasi konsep, mencari hubungan
antar informasi, menyimpulkan, dan lain-lain. Deskripsi ini penting untuk
memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa soal ini merupakan soal HOTS.
Pedoman
perskoran dan rubrik penilaian :
No |
Kata
kunci |
Skor |
1 |
Menumbuhkan semangat nasionalisme |
1 |
2 |
Menanamkan dan mengamalkan nilai –
nilai Pancasila |
1 |
3 |
Menanamkan dan melaksanakan ajaran
agama dengan sebaik – baiknya |
1 |
4 |
Selektif terhadap pengaruh globalisasi
di bidang politik, ideologi,ekonomi,serta sosial budaya bangsa. |
1 |
5 |
Pandai-pandai dalam memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi untuk hal-hal yang positif.
|
1 |
|
Jumah Skor maksimal |
5 |
KARTU SOAL
(URAIAN)
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester :
XI/ Ganjil
Kurikulum : Kurikulum 2013
Kompetensi
Dasar |
: |
4.2. Mengkaji
sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 |
Materi |
: |
Dinamika Demokrasi Indonesia |
Indikator
Soal |
: |
Disajikan ilustrasi
Pelaksanaan Pemilu tahun 2019 peserta didik dapat mengevalusi pelaksanaan
Pemilu serentak |
Level
Kognitif |
: |
3 |
Nomor Soal |
: |
3 |
Perhatikan
Jakarta,
CNN Indonesia -- Jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019
yang meninggal dunia terus bertambah. Data sementara secara keseluruhan petugas
yang tewas mencapai 554 orang, baik dari pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
maupun personel Polri.
Berdasarkan data KPU per Sabtu (4/5) pukul 16.00 WIB, jumlah petugas Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sebanyak 440 orang.
Sementara petugas yang sakit 3.788 orang.
Dengan kejadian tersebut ada yang mengusulkan supaya pemilu ke depannya
diselenggarakan dalam tiga tahapan. Hal ini sebagai alternatif dari pemilu
serentak yang dirasa tidak efisien. Tiga jenis pemilu tersebut yakni pemisahan
antara pilpres, pileg pusat dan daerah, serta pilkada. cara ini akan lebih
efisien dibandingkan pemilu serentak.
Menyimak kasus tersebut, berikan alternatif atau solusi
untuk pelaksanaan Pemilu ke depan demi demokrasi Indonesia yang lebih baik ?
Kunci Jawaban:
Alternatif |
Pola Pemilu |
Keterangan |
1 |
Serentak dan satu
kali |
Butuh banyak orang
yang terlibat dan membutuhkan SDM yang handal |
2 |
Pisahkan antara
Pemilihan Presiden dengan Pemilihan Legislatif |
Pelaksanaan lebih
fokus baik pelaksana(KPU) maupun masyarakat pada saat memberikan suara |
3 |
Pemilihan menjadi 3 tahapan 1.
Pemilihan Presiden 2.
Pemilihan Legislatif
pusat dan daerah 3.
Pemilihan kepala Daerah |
Dengan pemilihan
yang terpisah rakyat lebih mengenal siapa yang akan dipilihnya |
Keterangan:
Soal tersebut masuk kategori HOTS karena peserta didik
diharapkan mampu mengembangkan daya evaluasi terhadap kondisi nyata dan mampu
memberikan pilihan solusi terhadap persoalan yang ada.
KARTU SOAL
(PILIHAN GANDA)
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester :
XI/ Genap
Kurikulum : Kurikulum 2013
Kompetensi
Dasar |
: |
3.2.
Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 |
Materi |
: |
Peran Indonesia dalam perdamaian dunia |
Indikator
Soal |
: |
Disajikan data peran Indonesia dalam perdamaian dunia peserta didik dapat mengkaji
peran tersebut berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 |
Level
Kognitif |
: |
3 |
Nomor Soal |
: |
4 |
Perhatikan data di bawah ini
Peran
Indonesia di PBB ( A ) |
Peran di ASEAN ( B ) |
1.
Adam Malik menjabat
sebagai ketua sidang Majelis Umum PBB 2.
mengirimkan Pasukan Garuda untuk
mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara yang mengalami konflik 3.
terpilih sebagai anggota tidak tetap
DK PBB 4.
Indonesia kemudian terpilih kembali
menjadi anggota Dewan HAM
|
1. memegang
peranan penting dalam hal keamanan dan stabilitas di Asia Tenggara 2. Indonesia
selalu aktif berpartisipasi dalam setiap penyelenggaraan Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) 3. Negara-negara
ASEAN menyepakati gedung sekretariat ASEAN bertempat di Jakarta
|
Berdasarkan data diatas jika berdasarkan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, peran tersebut diimplementasikan pada
nomor ....
A. A (1), A (2), dan B (1)
B. A (1), A (3), dan B (2)
C. A (2), A (3), dan B (1)
D. A (3), A (4), dan B (3)
E. A (4), A (1), dan B (2)
Kunci Jawaban: C
Keterangan:
Soal ini masuk dalam kategori HOTS
karena peserta didik harus mampu menghubungkan konsep tentang politik luar
negeri bebas aktif dan implementasinya dalam hubungan internasional.
KARTU SOAL
(PILIHAN GANDA)
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester :
XII/ Ganjil
Kurikulum : Kurikulum 2013
Kompetensi
Dasar |
: |
3.2.
Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum
untuk menjamin keadilan dan kedamaian |
Materi |
: |
Hukum untuk menjamin
keadilan |
Indikator
Soal |
: |
Disajikan sebuah ilustrasi
dalam sebuah peristiwa fakta persidangan peserta didik dapat menarik
kesimpulan hukum untuk menjamin keadilan |
Level
Kognitif |
: |
3 |
Nomor Soal |
: |
5 |
Perhatikan kasus di
bawah ini
Bahaya
paling besar yang dapat mengancam stabilitas nasional adalah apabila masyarakat
kehilangan kepercayaan terhadap upaya penegakan hukum, yang tak mampu
menghadirkan rasa ke-adilan dan keseimbangan keadilan di hati masyarakat.
Potret yang merisaukan masih saja tampak di depan mata kita, yakni begitu
seringnya penegakan hukum justru dilakukan dengan cara-cara yang melanggar asas
dan aturan hukum.
Contoh yang
mutakhir adalah kasus Baiq Nuril, guru di Mataram. Mahkamah Agung menerima
permohonan jaksa dan menghukum Nuril enam bulan penjara. Padahal putusan
Pengadilan Negeri adalah bebas dari dakwaan. Hal ini jelas melanggar Pasal 244
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang menyebutkan, "Terhadap putusan
perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain
dari Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan
kasasi kepada Mahkamah Agung, kecuali terhadap putusan bebas." Artinya,
putusan bebas tak boleh digugat ke tingkat kasasi. Jadi, putusan MA ini
melanggar kepastian hukum dan langsung menjadi putusan yang tidak adil.
Berdasarkan kasus diatas dalam penegakan
hukum pada bagian mana yang belum mencerminkan tujuan hukum....
A.
Mahkamah
Agung memutuskan bu Nuril bebas dari dakwaan
B.
Jaksa
penuntut umum mengajukan perkara ke Mahkamah Agung
C.
Bu Baiq
Nuril diputuskan bebas dari dakwaan oleh Pengadilan Negeri
D.
Putusan
bebas oleh Pengadilan Negeri tak boleh digugat ke tingkat kasasi
E.
Mahkamah
Agung menerima permohonan jaksa dan menghukum bu Nuril enam bulan penjara
Kunci Jawaban: E
Keterangan:
Soal ini masuk dalam kategori HOTS karena peserta didik
harus mampu menginterpretasi kasus kedalam konsep tertentu.
KARTU SOAL
(PILIHAN GANDA)
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester :
XII/ Genap
Kurikulum : Kurikulum 2013
Kompetensi
Dasar |
: |
3.4. Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya
menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia |
Materi |
: |
Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa |
Indikator
Soal |
: |
Disajikan ilustrasi kondisi
nyata persoalan atau konflik horisontal peserta dapat
memberikan solusi sesuai dengan Nilai-nilai persatuan
Indoensia |
Level
Kognitif |
: |
3 |
Nomor Soal |
: |
6 |
Perhatikan ilustrasi
di bawah ini
Konflik
horisontal yang terjadi di Indonesia membesar karena dipicu oleh perbedaan.
Konflik Sampit dan Sambas membesar karena ada perbedaan suku. Konflik Ambon
membesar karena perbedaan agama. Konflik Sampang membesar karena adanya
perbedaan aliran atau mazhab. Jika dipelajari, pemicu dari konflik-konflik
tersebut adalah hal-hal kecil, yang dapat dikategorikan kasus kriminal biasa.
Namun karena sentimen SARA maka perkara kecil dibesar-besarkan dan perbedaan
SARA menjadi katalisator. Untuk
mencegah konflik/kerusuhan horizontal yang disebabkan faktor SARA, maka harus
ada daya pemersatu di masyarakat. Negara harus menciptkan daya pemersatu yang
kuat dan tidak mudah ditembus oleh sentimen SARA.
Daya pemersatu yang harus ditumbuhkembangkan adalah sebagai bentuk
pelaksanaan Nilai-nilai Pancasila....
A.
Mengembangkan sikap saling hormat-menghormati
dan bekerja sama dengan bangsa lain
B.
Membina kerukunan hidup antar sesama
umat agama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
C.
Nasionalisme
yang melemah di Indonesia menyebabkan perbedaan menjadi penting dan dianggap
sebagai hal yang kurang bisa diterima
D.
Sebagai warga Negara dan warga
masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama
E.
Menempatkan
persatuan, kesatuan serta kepentingan bangsa dan Negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Kunci Jawaban: E
Keterangan:
Soal ini masuk dalam kategori HOTS karena peserta didik harus mampu
mentransfer konsep dari konflik horisontal ke konsep pelaksanaan Nilai
persatuan bangsa.
BAB IV
STRATEGI
IMPLEMENTASI
A.
Strategi
Strategi pembelajaran dan
penilaian HOTS dilakukan dengan
melibatkan seluruh komponen stakeholder
di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, sesuai dengan
tugas pokok dan kewenangan masing-masing.
1.
Pusat
Direktorat
Pembinaan SMA sebagai leading sector
dalam pembinaan SMA di seluruh Indonesia, mengkoordinasikan strategi
pembelajaran dan penilaian HOTS
dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Merumuskan
kebijakan pembelajaran dan penilaian HOTS;
b. Menyiapkan
bahan berupa panduan pembelajaran dan penilaian HOTS;
c. Melaksanakan
pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru terkait dengan strategi
pembelajaran dan penilaian HOTS;
d. Melaksanakan
pendampingan ke sekolah-sekolah bekerjasama dengan dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya.
2.
Dinas
Pendidikan
Dinas pendidikan provinsi
sesuai dengan kewenangannya di daerah, menindaklanjuti kebijakan pendidikan di
tingkat pusat dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a.
Mensosialisasikan kebijakan pembelajaran dan
penilaian HOTS dan implementasinya
dalam penilaian hasil belajar;
b.
Memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan
penilaian HOTS dalam rangka persiapan
penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar;
c.
Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke
sekolah-sekolah dengan melibatkan pengawas sekolah.
3.
Sekolah
Sekolah
sebagai pelaksana teknis pembelajaran dan penilaian HOTS, merupakan salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam
konteks pelaksanaan penilaian hasil belajar, sekolah menyiapkan bahan-bahan
dalam bentuk soal-soal yang memuat soal-soal HOTS. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain
sebagai berikut.
a. Meningkatkan
pemahaman guru tentang pembelajaran dan penilaian yang mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skills/HOTS).
b. Meningkatkan
keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian (High Order Thinking
Skills/HOTS) terkait dengan penyiapan bahan penilaian hasil belajar.
B.
Implementasi
Pembelajaran dan penilaian HOTS di tingkat sekolah dapat
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.
1. Kepala
sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah tentang strategi
pembelajaran dan penilaian HOTS yang
mencakup:
a.
Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal
HOTS;
b.
Menyusun kisi-kisi soal HOTS;
c.
Menulis butir soal HOTS;
d.
Membuat kunci jawaban atau pedoman penskoran
penilaian HOTS;
e.
Menelaah dan memperbaiki butir soal HOTS;
f.
Menggunakan beberapa soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.
2.
Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum
Sekolah menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat
antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan
kegiatan;
3.
Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah
melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan;
4.
Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai
penugasan dari kepala sekolah;
5.
Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan
evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
6.
Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja
penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.
DAFTAR
PUSTAKA
Brookhart,
Susan M. (2010). How to Assess Higher
Order Thinking Skill In Your Class
Virginia
USA: Alexandria.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Schunk,
Dale H., Pintrici, Paul R., & Meece, Judith L. (2008). Motivation in Education:
Theory, Research, and Applications Third
Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Widana, I
Wayan. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Journal of
Indonesia Student Assessment and Evaluation (JISAE). http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jisae/article/view/4859,
Vol. 3 No. 1 February 2017, pp. 32-44. ISSN: 2442-4919.
Widana, I
Wayan, dkk. (2017). Modul Penyusunan Soal
Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widana, I., Parwata, I., Parmithi, N.,
Jayantika, I., Sukendra, K., & Sumandya, I. (2018). Higher Order Thinking
Skills Assessment towards Critical Thinking on Mathematics Lesson. International Journal Of Social Sciences And
Humanities (IJSSH), 2(1), 24-32. doi:10.29332/ijssh.v2n1.74
http://www.neraca.co.id/article/72693/mengapa-konflik-horizontal-mudah-terjadi-di-indonesia
Data
Penulis
- Dra.
Vipti Retna Nugraheni, M.Ed. (SMAN 1 Kokap)
- Ujang
Suherman, M.Pd. (SMAN 1 Jakarta)
Lampiran 1. |
|
|
|
|
|
FORMAT KISI-KISI SOAL HOTS |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
Mata Pelajaran |
: ................................................. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No. |
|
|
Kompetensi
Dasar |
|
|
Materi |
|
|
Kelas/ |
|
|
Indikator Soal |
|
|
Level |
|
|
Bentuk |
|
|
No. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Soal |
|
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
Semester |
|
|
|
|
Kognitif |
|
|
Soal |
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengetahui
Kepala SMA .........................................
..............................., ....................................
Koordinator MGMP
.....................................
................................................................
NIP.
................................................................
NIP.
|
KARTU
SOAL |
|
(PILIHAN
GANDA) |
Mata Pelajaran |
: ........................................ |
Kelas/Semester |
: ........................................ |
Kurikulum |
: ........................................ |
Kompetensi Dasar |
: |
Materi |
: |
Indikator Soal |
: |
Level Kognitif |
: |
Soal: |
|
Jawaban :
Keterangan
Lampiran 3.
INSTRUMEN TELAAH SOAL HOTS
BENTUK TES
PILIHAN GANDA
Nama Pengembang Soal :
......................
Mata Pelajaran :
......................
Kls/Prog/Peminatan :
......................
No. |
Aspek yang ditelaah |
Butir Soal*) |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||
A. 1. |
Materi Soal sesuai dengan indikator. |
|
|
|
|
|
2. |
Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong
siswa untuk membaca). |
|
|
|
|
|
3. |
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia nyata) |
|
|
|
|
|
4. |
Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta). |
|
|
|
|
|
5. |
Jawaban tidak ditemukan pada stimulus. |
|
|
|
|
|
6. |
Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan. |
|
|
|
|
|
7. |
Pilihan jawaban homogen dan logis. |
|
|
|
|
|
8. |
Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar. |
|
|
|
|
|
B. 9. |
Konstruksi Pokok soal dirumuskan dengan
singkat, jelas, dan tegas. |
|
|
|
|
|
10. |
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja. |
|
|
|
|
|
11. |
Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban. |
|
|
|
|
|
12. |
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda. |
|
|
|
|
|
13. |
Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi. |
|
|
|
|
|
14. |
Panjang pilihan jawaban relatif sama. |
|
|
|
|
|
15. |
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua
jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar" dan
sejenisnya. |
|
|
|
|
|
16. |
Pilihan
jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya
angka atau kronologisnya. |
|
|
|
|
|
17. |
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain. |
|
|
|
|
|
C. 18. |
Bahasa Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai kaidahnya. |
|
|
|
|
|
19. |
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat. |
|
|
|
|
|
20. |
Soal menggunakan kalimat yang komunikatif. |
|
|
|
|
|
21. |
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian. |
|
|
|
|
|
D. |
Aturan Tambahan |
|
|
|
|
|
|
Soal tidak
mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi,
Politik, Propopaganda, dan Kekerasan). |
|
|
|
|
|
*) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (
.................,
..............................
Penelaah
...........................................
NIP.
INSTRUMEN TELAAH SOAL HOTS
BENTUK TES
URAIAN
Nama Pengembang Soal :
......................
Mata Pelajaran :
......................
Kls/Prog/Peminatan :
......................
No. |
Aspek yang ditelaah |
Butir Soal*) |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||
A. 1. |
Materi Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk Uraian). |
|
|
|
|
|
2. |
Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong
siswa untuk membaca). |
|
|
|
|
|
3. |
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia nyata) |
|
|
|
|
|
4. |
Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta). |
|
|
|
|
|
5. |
Jawaban tidak ditemukan pada stimulus. |
|
|
|
|
|
6. |
Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan. |
|
|
|
|
|
B. 7. |
Konstruksi Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-kata tanya
atau perintah yang menuntut jawaban terurai. |
|
|
|
|
|
8. |
Memuat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal. |
|
|
|
|
|
9. |
Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci. |
|
|
|
|
|
10. |
Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi. |
|
|
|
|
|
11. |
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain. |
|
|
|
|
|
C. 12. |
Bahasa Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai kaidahnya. |
|
|
|
|
|
13. |
Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu. |
|
|
|
|
|
14. |
Soal menggunakan kalimat yang
komunikatif. |
|
|
|
|
|
D. |
Aturan Tambahan |
|
|
|
|
|
|
Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,
Anatargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda, dan Kekerasan). |
|
|
|
|
|
*) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (
.................,
..............................
Penelaah
..........................................
NIP.
SUPERVISI AKADEMIK
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan
Kepala Sekolah
DIREKTORAT TENAGA
KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
NASIONAL
2010
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
Di
dalam pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas
sekolah yang merupakan agenda dari program 100 hari Mendiknas, Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah menyusun materi untuk penguatan kemampuan
kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Di
dalam pengembangan materi tersebut telah
mengacu kepada standar kepala sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam
Permendiknas No. 13 tahun 2007. Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada
Direktorat Tenaga Kependidikan atas dihasilkannya materi penguatan kemampuan
kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi kepala sekolah.
Materi
ini diharapkan dapat dijadikan referensi
bagi individu kepala sekolah dan lembaga yang terkait dalam penguatan kemampuan kepala sekolah di
Propinsi dan Kab/Kota. Berbagai pihak yang ingin berkontribusi terhadap program
penguatan kepala sekolah dapat memperkaya dengan berbagai referensi dan
khasanah bacaan lainnya untuk mewujudkan kepala sekolah yang profesional dan
akuntabel.
Semoga semua usaha kita
untuk penguatan kemampuan kepala sekolah
sesuai dengan standar kepala sekolah
sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007 dapat
diwujudkan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dan
menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, inovatif dan berpikir kritis.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Jenderal PMPTK
Prof. Dr. Baedhowi, M.Si
NIP. 19490828 197903 1 001
KATA PENGANTAR
Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan,
Ditjen PMPTK bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah
berhasil merumuskan standar kepala sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui
Permendiknas No 13 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan
Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun
materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen kompetensi kepala sekolah
yang diatur dalam Permendiknas No 13 tahun 2007.
Materi yang telah disusun ini merupakan
bagian dari rencana pelaksanaan program
penguatan kepala sekolah, program kedua dari delapan program 100 hari
Mendiknas. Program penguatan kemampuan kepala sekolah sangat penting mengingat
peran strategis kepala sekolah di dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat
penting di dalam mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu
menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah,
berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai
produk suatu sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi peningkatan kompetensi kepala sekolah sesuai yang diamanahkan
Permendiknas No 13 tahun 2007.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna, namun kami perlu menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku
ini yang telah berusaha dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan
bahan bacaan bagi usaha peningkatan kompetensi kepala sekolah. Berbagai pihak
yang terkait dengan penguatan kemampuan kepala sekolah dapat memperkaya dengan
materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan
kompetensi kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun 2007.
Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan
kepala sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia.
Jakarta,
Januari 2010
Direktur Tenaga Kependidikan
Surya Dharma, MPA, Ph.D
19530927 197903 1 001
DAFTAR
ISI
SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ................................................................... |
i |
|
KATA PENGANTAR
.................................................................................. |
iii |
|
DAFTAR ISI
............................................................................................... |
v |
|
PENDAHULUAN |
1 |
|
|
A. Latar Belakang
................................................................................ |
1 |
|
B. Dimensi Kompetensi Supervisi
Akademik ....................................... |
2 |
|
C. Deskripsi Materi Pelatihan
.............................................................. |
2 |
|
D. Langkah-langkah Mempelajari Materi
Pelatihan ............................ |
3 |
KEGIATAN BELAJAR 1 : KONSEP SUPERVISI AKADEMIK ................. |
5 |
|
|
A. Pengantar
........................................................................................ |
5 |
|
B. Uraian
.............................................................................................. |
7 |
|
C. Contoh
............................................................................................ |
9 |
|
D. Latihan/Tugas
................................................................................. |
11 |
|
E. Ringkasan
....................................................................................... |
12 |
|
F. Refleksi
............................................................................................ |
12 |
KEGIATAN BELAJAR 2 : KONSEP
PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK
............................................................................ |
14 |
|
|
A. Pengantar
........................................................................................ |
14 |
|
B. Uraian
.............................................................................................. |
15 |
|
C. Contoh
............................................................................................ |
20 |
|
D. Latihan
............................................................................................ |
20 |
|
E. Ringkasan
....................................................................................... |
21 |
|
F. Refleksi
............................................................................................ |
21 |
KEGIATAN BELAJAR 3 : TEKNIK-TEKNIK
SUPERVISI AKADEMIK .... |
23 |
|
|
A. Pengantar
........................................................................................ |
23 |
|
B. Uraian
.............................................................................................. |
24 |
|
C. Contoh
............................................................................................ |
30 |
|
D. Latihan/Tugas
................................................................................
|
30 |
|
E. Ringkasan
....................................................................................... |
31 |
|
F. Refleksi.
........................................................................................... |
31 |
KEGIATAN BELAJAR 4 : KONSEP
SUPERVISI KLINIS ......................... |
33 |
|
|
A. Pengantar
........................................................................................ |
33 |
|
B. Uraian .............................................................................................. |
34 |
|
C. Contoh
............................................................................................ |
36 |
|
D. Latihan/Tugas
................................................................................. |
37 |
|
E. Ringkasan
...................................................................................... |
37 |
|
F. Refleksi
............................................................................................ |
38 |
KEGIATAN BELAJAR 5 : KONSEP
TINDAK LANJUT HASIL SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP
GURU
........................................... |
40 |
|
|
A. Pengantar
....................................................................................... |
40 |
|
B. Uraian
.............................................................................................. |
41 |
|
C. Contoh
............................................................................................ |
44 |
|
D. Latihan/Tugas
................................................................................. |
44 |
|
E. Ringkasan
....................................................................................... |
45 |
|
F. Refleksi
............................................................................................ |
46 |
|
G. Rencana Aksi
................................................................................. |
47 |
DAFTAR PUSTAKA |
|
|
LAMPIRAN |
|
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala sekolah/madrasah
menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi
minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi
dan sosial.
Sosialisasi dan bimbingan supervisi akademik yang telah dilaksanakan
selama ini ternyata masih belum memadai untuk menjangkau seluruh kepala
sekolah/madrasah dalam waktu yang relatif singkat. Intensitas dan kedalaman
penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini karena
terbatasnya waktu.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan demi mendukung peran kepala
sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah maka
dibutuhkan kepala sekolah/madrasah yang kuat. Dengan kepala sekolah/madrasah
yang kuat diharapkan dapat membimbing, menjadi contoh, dan menggerakkan guru
dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Oleh karena itu, program
penguatan kepala sekolah/madrasah sebagaimana ditetapkan sebagai Program 100
hari Mendiknas
merupakan upaya yang sangat penting untuk menghasilkan kepala sekolah/madrasah
yang kuat di dalam mewujudkan kualitas siswa yang diharapkan yaitu berpikir
kritis, kreatif, inovatif, dan berjiwa kewirausahaan (entrepreneurship).
Materi pelatihan ini tentu
saja harus disesuaikan dengan cakupan
dimensi kompetensi kepala sekolah/madrasah seperti yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Dalam peraturan tersebut terdapat lima dimensi
kompetensi yaitu: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
sosial. Setiap dimensi kompetensi memiliki kompetensi dasar yang harus dimiliki
seorang kepala sekolah/madrasah. Adapun dimensi kompetensi kewirausahaan kepala
sekolah/madrasah seperti berikut.
B.
Dimensi Kompetensi Supervisi
Akademik
Peserta pelatihan diharapkan
mampu:
1. Memahami
konsep supervisi akademik;
2. Membuat
rencana program supervisi akademik;
3. Menerapkan teknik-teknik supervisi akademik;
4. Menerapkan
konsep supervisi klinis;
5. Melaksanakan
tindak lanjut supervisi akademik terhadap guru.
C. Deskripsi Materi Pelatihan
Materi
pelatihan terdiri atas lima bagian yaitu:
1. Dimensi kompetensi
manajerial dengan
materi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS);
2. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan dengan
materi Kewirausahaan;
3. Dimensi kompetensi
supervisi dengan materi Supervisi Akademik
4. Kepemimpinan Pembelajaran;
5. Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah.
Materi pelatihan pada bagian ini dibatasi pada supervisi
akademik yang meliputi kegiatan belajar:
1. Konsep
supervisi akademik;
2. Konsep perencanaan program supervisi akademik;
3. Teknik-teknik
supervisi akademik;
4. Konsep
supervisi klinis;
5. Tindak lanjut supervisi akademik terhadap guru.
D. Langkah-langkah Mempelajari Materi
Pelatihan
Bahan belajar ini dirancang
untuk dipelajari oleh kepala sekolah/madrasah dalam pelatihan. Oleh karena itu
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup
aktivitas individual dan kelompok. Secara umum aktivitas individual meliputi:
(1) membaca materi, (2) melakukan latihan/tugas, memecahkan kasus pada setiap
kegiatan belajar, (3) membuat rangkuman/kesimpulan, dan (4) melakukan refleksi,
dan melakukan tindak lanjut. Sedangkan aktivitas kelompok meliputi: (1)
mendiskusikan materi, (2) bertukar pengalaman dalam melakukan
latihan/memecahkan kasus, (3) melakukan seminar/diskusi hasil latihan/tugas
yang dilakukan, dan (4) bersama-sama melakukan refleksi, membuat action plan, dan tindak lanjut. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan
seperti berikut:
Aktivitas Kelompok Aktivitas Individu Membaca Bahan
Belajar Mediskusikan Bahan Belajar Melaksanakan Latihan/Tugas/ Studi Kasus Sharing Perma-salahan dan Hasil Pelaksanaan Latihan Membuat Rangkuman Membuat
Rangkuman Melakukan Refleksi, Membuat Rencana Aksi (Action Plan) Melakukan Refleksi
Gambar 1 Langkah-langkah Kegiatan Pelatihan
Dari gambar di atas tampak bahwa aktivitas kelompok selalu didahului
oleh aktivitas individu. Dengan demikian, maka aktivitas individu adalah hal
yang utama. Sedangkan aktivitas kelompok lebih merupakan forum untuk berbagi,
memberikan pengayaan, dan penguatan terhadap kegiatan belajar yang telah
dilakukan individu masing-masing.
Dengan mengikuti
langkah-langkah di atas, diharapkan
peserta pelatihan baik secara individu
maupun bersama-sama dapat meningkatkan kompetensinya, yang pada gilirannya
diharapkan berdampak pada peningkatan kompetensi guru yang dibinanya dan
akhirnya mampu menghasilkan siswa yang kreatif, inovatif, pemecahan masalah,
berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan.
KONSEP SUPERVISI AKADEMIK
Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 1 tentang konsep
supervisi akademik. Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, Bapak/Ibu
diharapkan memiliki konsep supervisi akademik untuk menggerakkan guru dan
siswa berpikir kritis, berkreasi, berinovasi,
memecahkan masalah dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah akan
berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk
berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan
mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan
mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 1, jika ada kemauan
yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep supervisi
akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak
lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam rangka mengubah pola
pikir untuk berpikir kritis, berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah dan bernaluri
kewirausahaan. Selamat belajar!
Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah
adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik
secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,
setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep
supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi,
prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.
Supervisi akademik yang dilakukan
kepala sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan
masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan
2.
Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah
atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
3.
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/teknik
pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.
4.
Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di
kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa.
5.
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran.
6.
Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.
Kompetensi
supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang
terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan
teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran
serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
supervisi akademik yang meliputi (1) Memahami konsep supervisi akademik; (2)
membuat rencana program supervisi akademik; (3) menerapkan
teknik-teknik supervisi akademik; (4) menerapkan
supervisi klinis; (5) Melaksanakan
tindak lanjut supervisi akademik.
1.
Konsep Supervisi Akademik
Supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989,
Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian
kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian
kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di
dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam
kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu
yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam
mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan
diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun
satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian
kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus
dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik
dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
2. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a. membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b. mengembangkan kurikulum,
c.
mengembangkan
kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman,
et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Gambar tiga tujuan supervisi
akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
TIGA TUJUAN
SUPERVISI Pengembangan
Profesionalisme Pengawasan
kualitas Penumbuhan Motivasi
Gambar 1. Tiga
tujuan supervisi akademik
Supervisi
akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner,
1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik
berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
3.
Prinsip-prinsip supervisi akademik
a.
Praktis,
artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b.
Sistematis,
artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan
pembelajaran.
c.
Objektif,
artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d.
Realistis,
artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
e.
Antisipatif,
artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
f.
Konstruktif,
artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran.
g.
Kooperatif,
artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan
pembelajaran.
h.
Kekeluargaan,
artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan
pembelajaran.
i.
Demokratis,
artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
j.
Aktif,
artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
k.
Humanis,
artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur,
ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor
l.
Berkesinambungan
(supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala
sekolah).
m.
Terpadu, artinya
menyatu dengan dengan program pendidikan.
n.
Komprehensif,
artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).
4. Dimensi-dimensi
subtansi supervisi akademik
a.
Kompetensi kepribadian.
b.
Kompetensi pedagogik.
c.
Kompotensi profesional.
d. Kompetensi
sosial.
Sering dijumpai adanya kepala sekolah
dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke sekolah dengan membawa
instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk ke kelas melakukan pengukuran
terhadap kinerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah tugasnya,
seakan-akan supervisi akademik sama dengan pengukuran kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
Perilaku supervisi akademik
sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu contoh perilaku supervisi
akademik belum baik. Perilaku supervisi akademik yang demikian tidak akan
memberikan banyak pengaruh terhadap tujuan dan fungsi supervisi akademik.
Seandainya memberikan pengaruh, pengaruhnya relatif sangat kecil artinya bagi
peningkatan mutu guru dalam mengelola
proses pembelajaran. Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja
guru. Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata hanya dalam arti
sempit, yaitu mengkalkulasi kualitas keberadaan guru dalam memenuhi kepentingan
akreditasi guru belaka.
Hal ini sangat berbeda dengan konsep
supervisi akademik. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu
guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi
akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian
kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian
estimasi mutu kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan
supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan
kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian
kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya.
D.
Latihan/Tugas
Kasus
Pada suatu hari Kepala sekolah
melaksanakan supervisi akademik. Dia membawa instrumen penilaian kinerja guru
ke dalam kelas tanpa ada kesepakatan waktu sebelumnya. Guru yang disupervisi
terkejut dan tampak salah tingkah di depan siswanya. Guru atau kepala sekolah
juga tidak tahu pasti apakah supervisi akademik harus memberi tahu guru yang
bersangkutan atau tidak. Guru bertanya dalam hati, ”Apa saja yang dinilai oleh
kepala sekolah dalam instrumennya?” Seandainya aku tahu aspek-aspek yang akan
dinilai tentu saja aku menyiapkannya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, kepala
sekolah memang sengaja memang tidak memberi tahu guru dengan maksud agar guru
tampil apa adanya, tidak dibuat-buat. Sekali-kali, guru melihat kepala sekolah
asyik mencentangi dan menulis sesuatu yang ada diinstrumennya. Setelah kepala
sekolah selesai mencentangi dan mengisi instrumennya, ia ke luar kelas dan
menganggap bahwa supervisi akademik sudah dilaksanakan dengan baik. Sejak peristiwa itu, sampai sekarang tak
terasa satu tahun ajaran telah berlalu. Saya bertanya pula dalam hati, untuk
apa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah saya selama ini?. Sayapun
bertanya kepada teman sesama guru, ternyata kejadiannya sama dengan saya bahkan
yang membuat saya bingung, ”Mengapa tidak semua guru disupervisi akademik seperti
saya?”
Tugas:
Individu
1.
Buatlah rangkuman materi kegiatan
belajar 1 di atas!
2.
Pecahkan kasus di atas dengan
menggunakan konsep supervisi akademik dan/atau pengalaman Anda.
Kelompok
Bentuk
kelompok yang terdiri atas 5 sampai 10 orang. Diskusikan kasus di atas. Hasil
diskusi disajikan untuk dikomentari kelompok lain dan fasilitator.
Petunjuk Jawaban Latihan (kata kunci)
Konsep supervisi akademik,
pengalaman Anda.
Supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi
yang Bapak/Ibu sudah pelajari.
Nama:
_____________________ Tanggal:
_______________
·
Apa saja yang telah saya
lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?
·
Bagaimana
pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?
·
Apa
saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini
tetapi belum ditulis di materi ini?
·
Materi apa yang ingin
saya tambahkan?
·
Bagaimana kelebihan dan
kekurangan materi materi kegiatan ini?
·
Manfaat
apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
·
Berapa persen kira-kira
materi kegiatan ini dapat saya kuasai?
·
Apa yang akan saya
lakukan?
Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini.
Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah
pengetahuan, Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari
kegiatan belajar berikutnya.
KONSEP PERENCANAAN
Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 2
tentang konsep perencanaan program supervisi akademik. Setelah mempelajari
kegiatan belajar 2, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep perencanaan program
supervisi akademik untuk menggerakkan guru dan siswa berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah,
berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah hanya
akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk
berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan
mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan mudah
mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 2, jika ada kemauan yang
kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep perencanaan
program supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses
melalui rencana tindak lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam
rangka mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi,
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat
belajar!
Salah
satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan supervisi akademik. Agar kepala
sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kepala sekolah harus
memiliki kompetensi membuat rencana program supervisi akademik.
1.
Konsep
perencanaan program supervisi akademik
Perencanaan program supervisi akademik
adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2.
Manfaat
perencanaan program supervisi akademik
Manfaat perencanaan
program supervisi akademik adalah sebagai berikut :
a.
sebagai pedoman pelaksanaan dan
pengawasan akademik,
b.
untuk menyamakan persepsi seluruh warga
sekolah tentang program supervisi akademik, dan
c.
penjamin penghematan serta keefektifan
penggunaan sumber daya sekolah (tenaga, waktu dan biaya).
3.
Prinsip-prinsip
perencanaan program supervisi akademik
Prinsip-prinsip
perencanaan program supervisi akademik adalah:
a. obyektif
(data apa adanya),
b. bertanggung
jawab,
c. berkelanjutan,
d. didasarkan
pada Standar Nasional Pendidikan, dan
e. didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah.
4.
Ruang lingkup supervisi akademik
Ruang
lingkup supervisi akademik meliputi:
a.
Pelaksanaan
KTSP
b.
Persiapan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran oleh guru.
c.
Pencapaian standar kompetensi lulusan,
standar proses, standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya.
d.
Peningkatan
mutu pembelajaran melalui pengembangan sebagai berikut:
1)
model
kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;
2)
peran
serta peserta
didik dalam proses
pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan
dialogis;
3)
peserta
didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir
sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif,
berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;
4)
keterlibatan
peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas
pada materi yang diberikan oleh guru.
5)
bertanggung
jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata
pelajaran yang diampunya agar siswa mampu:
a)
meningkat
rasa ingin tahunya;
b)
mencapai
keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan;
c)
memahami
perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi;
d)
mengolah
informasi menjadi pengetahuan;
e)
menggunakan
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
f)
mengkomunikasikan
pengetahuan pada pihak lain; dan
g) mengembangkan belajar mandiri dan
kelompok dengan proporsi yang wajar.
Supervisi
akademik juga mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik tidak kalah pentingnya
dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran utama supervisi edukatif
adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu
hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain
guru, siswa, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan
fisik. Oleh sebab itu, fokus utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang
sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional
sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran.
Sasaran utama supervisi akademik adalah
kemampuan-kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian
untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan
interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat. Supervisi edukatif juga harus didukung oleh
instrumen-instrumen yang sesuai.
- Instrumen-instrumen supervisi
akademik
Seorang kepala sekolah/madrasah yang akan melaksanakan
kegiatan supervisi harus menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai
dengan tujuan, sasaran, objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan,
dan instrumen yang sesuai, berupa format-format supervisi dapat dilihat pada
lampiran berupa format 1 sampai dengan 9.
6.
Bagaimana model-model supervisi akademik?
Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua
macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan
untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi
akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut
ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik.
a. Model supervisi tradisional
1)
Observasi
Langsung
Supervisi
model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang
mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-observasi.
a) Pra-Observasi
Sebelum
observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan
guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum,
pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b) Observasi
Setelah
wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan
belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi
kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
c) Post-Observasi
Setelah
observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu
ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.
2)
Supervisi akademik dengan cara tidak langsung
a) Tes
dadakan
Sebaiknya
soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas,
daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang
sudah dipelajari peserta didik waktu itu.
b) Diskusi
kasus
Diskusi
kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses
Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus,
mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.
c) Metode
angket
Angket
ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan
penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan
sebagainya.
b. Model kontemporer (masa kini)
Supervisi akademik model
kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga
sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis,
merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi
klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas,
namun pendekatannya berbeda.
Contoh format dokumen perencanaan program supervisi
akademik dapat dilihat dalam Lampiran
10 sampai dengan 11.
Kasus
Bapak Fulan adalah Kepala sekolah yang baru diangkat. Semenjak menjadi kepala
sekolah baru, dia mencoba melakukan sosialisasi
perencanaan program supervisi akademik. Dia melakukan kunjungan kelas tanpa
perencanaan. Hal ini ditunjukkan oleh perilakunya yang tidak pernah menggunakan
instrumen. Guru-guru enggan menanyakan perencanaan program supervisi
akademiknya karena menjaga perasaannya atau takut tersinggung. Dia mengetahui
bahwa salah satu tugas kepala sekolah adalah melakukan supervisi akademik dari
hasil bacaan. Untuk itu, ia melaksanakan supervisi akademik. Tetapi dia tidak
tahu bagaimana caranya membuat perencanan program supervisi akademik. Untuk
bertanya kepada guru sebagai bawahan, ia merasa malu. Demikian pula di KKKS/M
Tugas:
Individu
1.
Buat rangkuman materi kegiatan belajar 2
di atas!
2.
Bagaimana pemecahan kasus di atas menurut teori
perencanaan program supervisi akademik dan/atau pengalaman Anda?.
Kelompok
Diskuisikan
kasus di atas dalam kelompok yang terdiri 5 sampai 10 orang.Hasil diskusi
disajikan untuk dikomentari kelompok lain
dan fasilitator.
Petunjuk Jawaban Latihan (Kata Kunci)
Contoh
perencanaan program supervisi akademik.
Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Mohon untuk
mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah
pelajari.
Nama:
_____________________ Tanggal:
_______________
·
Apa saja yang telah saya
lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?
·
Bagaimana
pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?
·
Apa
saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini
tetapi belum ditulis di materi ini?
·
Materi apa yang ingin
saya tambahkan?
·
Bagaimana kelebihan dan
kekurangan materi materi kegiatan ini?
·
Manfaat
apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
·
Berapa persen kira-kira
materi kegiatan ini dapat saya kuasai?
·
Apa yang akan saya
lakukan?
Selamat
karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya,
selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan, Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari kegiatan
belajar berikutnya.
KEGIATAN BELAJAR 3
TEKNIK-TEKNIK
SUPERVISI AKADEMIK
Selamat membaca dan mempelajari
kegiatan belajar 3 tentang teknik-teknik supervisi akademik. Setelah
mempelajari kegiatan belajar 3, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep
teknik-teknik supervisi akademik untuk menggerakkan guru dan siswa berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah,
berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah hanya
akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk
berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan
pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan mudah
mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 3, jika ada kemauan yang
kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep teknik-teknik
supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui
rencana tindak lanjut, diharapkan akan
mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi,
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat
belajar!
Satu di antara tugas kepala sekolah adalah
melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara
efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,
setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan
supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961).
Teknik
supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik
supervisi kelompok.
1. Teknik supervisi individual
Teknik
supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini
akan diketahui kualitas pembelajarannya.
2. Macam-macam teknik supervisi individual
Teknik
supervisi individual ada lima macam yaitu:
a. kunjungan kelas,
b. observasi kelas,
c. pertemuan individual,
d. kunjungan antarkelas, dan
e. menilai diri sendiri.
3. Kunjungan
kelas
Kunjungan kelas adalah teknik
pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di
kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam
kelas.
4.
Melaksanakan kunjungan
kelas
Cara melaksanakan kunjungan
kelas:
a. dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
b. atas permintaan guru
bersangkutan,
c. sudah memiliki instrumen atau
catatan-catatan, dan
d. tujuan kunjungan harus jelas.
5. Tahap-tahap kunjungan kelas
Ada empat tahap kunjungan
kelas.
a.
Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan
waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
b.
Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
c.
Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama
guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
d.
Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
6.
Kriteria kunjungan kelas
Dengan menggunakan enam
kriteria yaitu:
a.
memiliki tujuan-tujuan tertentu;
b.
mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki
kemampuan guru;
c.
menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data
yang obyektif;
d. terjadi interaksi antara
pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;
e. pelaksanaan kunjungan kelas
tidak menganggu proses pembelajaran; dan
f. pelaksanaannya diikuti dengan
program tindak lanjut.
7.
Observasi kelas
Observasi
kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya
adalah untuk memperoleh data obyektif
aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha
memperbaiki proses pembelajaran.
8.
Aspek-aspek yang diobservasi di dalam
kelas
Secara
umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a. usaha-usaha dan aktivitas
guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b. cara menggunakan media
pengajaran
c. variasi metode,
d. ketepatan penggunaan media
dengan materi
e. ketepatan penggunaan metode dengan
materi, dan
f. reaksi
mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
9.
Pelaksanaan observasi kelas
Pelaksanaan
observasi kelas ini melalui tahap:
a. persiapan,
b. pelaksanaan,
c. penutupan,
d. penilaian
hasil observasi; dan
e.
tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen
observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak
mengganggu proses pembelajaran.
10.
Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan,
dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:
a.
memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi;
b.
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
c.
memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri
guru; dan
d.
menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
11. Jenis-jenis pertemuan
individual
Swearingen
(1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai
berikut
a. classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam
kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu
yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. causal-conference.
Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara
kebetulan bertemu dengan guru
d. observational
visitation. Yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau
observasi kelas.
12. Pelaksanaan pertemuan
individual
Supervisor
harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi
kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan
terhadap hal-hal yang masih meragukan.
13. Kunjungan antar kelas
Kunjungan
antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu
sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran.
14. Cara-cara melaksanakan
kunjungan antar kelas
Caranya:
a. harus direncanakan;
b. guru-guru yang akan dikunjungi
harus diseleksi;
c. tentukan guru-guru yang akan
mengunjungi;
d. sediakan segala fasilitas yang
diperlukan;
e. supervisor
hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat;
f. adakah tindak lanjut setelah
kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi,
penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu;
g. segera aplikasikan ke sekolah
atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi
yang dihadapi;
h. adakan perjanjian-perjanjian
untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
15. Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah penilaian
diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu
diperlukan kejujuran diri sendiri.
16. Cara-cara menilai diri
sendiri
Caranya sebagai berikut.
a. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan
kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya
disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan
tidak perlu menyebut nama.
b. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara individu maupun secara kelompok.
17. Supervisi kelompok
Teknik supervisi
kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada
dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,
memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi
kelompok yaitu:
a. kepanitiaan-kepanitiaan,
b. kerja
kelompok,
c. laboratorium
dan kurikulum,
d. membaca
terpimpin,
e. demonstrasi
pembelajaran,
f. darmawisata,
g. kuliah/studi,
h. diskusi
panel,
i. perpustakaan,
j. organisasi
profesional,
k. buletin
supervisi,
l. pertemuan
guru,
m. lokakarya
atau konferensi kelompok
Tidak satupun
di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yang cocok
atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu,
seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya
mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik
supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain
harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus
mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru
sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang
dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio
dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor
kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen
guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic
guru.
Jika kepala sekolah ingin mengadakan supervisi akademik,
maka pastikan dulu apakah supevisi itu untuk individual atau kelompok. Kemudian
pilihlah teknik supervisi yang tepat menurut pengalaman kepala sekolah dengan
banyak bertanya kepada pengawas sekolah selaku pembina atau teman sejawat.
D.
Latihan/Tugas
Kasus
Ada keluhan dari orang tua dan
masyarakat bahwa hasil belajar lulusan sekolah sangat rendah. Hal ini
dibuktikan antara lain banyaknya siswa yang tidak lulus ujian nasional dan
ujian sekolah. Mutu hasil belajar tidak terlepas dari mutu proses
pembelajarannya. Mutu proses pembelajaran tidak terlepas dari mutu gurunya.
Untuk menanggapi keluhan tersebut, kepala sekolah bermaksud melaksanakan
supervisi akademik.
Tugas:
Individu
Pecahkan kasus di atas dengan menggunakan teknik
supervisi dan meningkatkan peran kepala sekolah sebagai supervisor.
Kelompok
Diskusikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri atas
5 sampai 10 orang. Hasilnya diskusikan disajikan untuk dikomentari kelompok
lain dan fasilitator.
Petunjuk Jawaban Latihan (kata kunci)
Pilih teknik supervisi yang
tepat menurut Bapak/Ibu dan berikan alasannya.
Teknik
supervisi ada dua macam, yaitu: teknik supervisi individual adalah pelaksanaan
supervisi perseorangan terhadap guru.
Selanjutnya, teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.
Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi
yang Bapak/Ibu sudah pelajari.
Nama:
_____________________ Tanggal:
_______________
·
Apa saja yang telah saya
lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?
·
Bagaimana
pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?
·
Apa
saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini
tetapi belum ditulis di materi ini?
·
Materi apa yang ingin saya
tambahkan?
·
Bagaimana kelebihan dan
kekurangan materi materi kegiatan ini?
·
Manfaat
apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
·
Berapa persen kira-kira
materi kegiatan ini dapat saya kuasai?
·
Apa yang akan saya
lakukan?
Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini.
Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah
pengetahuan, Bapak/Ibu dimohon untuk
mempelajari kegiatan belajar berikutnya.
KONSEP SUPERVISI KLINIS
Selamat membaca dan mempelajari
kegiatan belajar 4 tentang konsep supervisi klinis. Setelah mempelajari
kegiatan belajar 4, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep supervisi klinis untuk
menggerakkan guru dan siswa berkreasi,
berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala
sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada
komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta
mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan mudah
mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 4, jika ada kemauan yang
kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep supervisi klinis
yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut,
akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam rangka mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri
kewirausahaan. Selamat belajar!
Ide untuk memberlakukan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru
tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi
atas kesadaran guru untuk datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi
masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki
pengetahuan dan menguasai penerapan supervisi klinis.
1. Supervisi klinis
Supervisi
klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
(Sullivan & Glanz, 2005). Menurut
Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional
dan motivasi kerja guru.
2. Pelaksanaan
supervisi klinis
Menurut
Sullivan & Glanz (2005), ada empat langkah yaitu:
a. perencanaan pertemuan,
b. observasi,
c. pertemuan berikutnya, dan
d. repleksi kolaborasi.
Langkah-langkah perencanaan
pertemuan meliputi: 1) memutuskan fokus observasi (pendekatan umum, informasi
langsung, kolaboratif, atau langsung diri sendiri), 2) menetapkan metode dan
formulir observasi, 3) mengatur waktu observasi dan pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah observasi: a) memilih alat observasi, b) melaksanakan
observasi, c) memverifikasi hasil observasi dengan guru pada pertemuan
berikutnya, d) menganalisis data hasil verifikasi dan menginterpretasi, dan e)
memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan berikutnya. Langkah-langkah
pertemuan berikunya adalah menentukan fokus dan waktu. Langkah-langkah refleksi
kolaborasi: (1) menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang kurang bernilai, (3)
apa saran-saran anda.
3.
Perbedaan Pokok Supervisi Tradisional dengan Supervisi Klinis Ditinjau dari
Pendekatannya
No |
Supervisi Tradisional (Preskriptif) |
Supervisi Klinis (Kolaboratif) |
1 |
Supervisor
bertindak sebagai inspektur yang harus mengamankan peraturan yang berlaku. |
Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja
guru. |
2 |
Supervisor
menganggap dirinya sebagai seorang ahli dan memiliki rasa super jika
dibanding dengan guru yang disupervisi. |
Supervisor
dan guru yang disupervisi mempunyai derajat keahlian yang sama. |
3 |
Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan preskriptif (membandingkan apa yang
diobservasi dengan apa yang dijadikan model). |
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan inkuiri
(mencoba menemukan dan memahami apa yang dilakukan guru) |
4 |
Supervisor
lebih berkuasa dari guru yang disupervisi dalam kegiatan diskusi sebelum dan
sesudah observasi |
Diskusi
dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pengamatan proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Diskusi bersifat terbuka dan objektif. |
5 |
Supervisi bertujuan untuk menjamin agar metode yang
ditetapkan diterapkan secara benar |
Supervisi bertujuan untuk membantu mengembangkan
profesionalitas guru melalui kegiatan-kegiatan reflektif. |
4.
Terdapat perbedaan antara supervisi non-klinis dengan supervisi klinis
sebagai berikut (La Sulo, 1988:9).
No |
Aspek |
Supervisi non klinis |
Supervisi klinis |
1 |
Prakarsa
dan tanggung jawab |
Terutama
oleh supervisor |
Diutamakan
oleh guru |
2 |
Hubungan
supervisor dengan guru |
Realisasi
atasan dengan bawahan |
Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif |
3 |
Sifat
supervisi |
Cenderung
direktif atau otokratif |
Bantuan
yang demokratis |
4 |
Sasaran
supervisi |
Samar-samar atau sesuai keinginan supervisor |
Diajukan oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, dikaji
bersama menjadi kontrak |
5 |
Ruang
lingkup supervisi |
Umum
dan luas |
Terbatas
sesuai kontrak |
6 |
Tujuan
supervisi |
Cenderung
evaluatif |
Bimbingan yang analitis dan deskriptif |
7 |
Peran
supervisor dalam pertemuan |
Banyak
member tahu dan mengarahkan |
Banyak
bertanya untuk analisis diri |
8 |
Balikan |
Atas
kesimpulan supervisor |
Dengan
analisis dan interprestasi bersama berdasarkan data observasi sesuai kontrak. |
Supervisi
klinis dapat dianalogikan dengan istilah klinis dalam dunia kesehatan yang
menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang pasien datang ke klinis bukan
karena diundang dokter melainkan karena ia membutuhkan pengobatan agar sembuh
dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter mengadakan diagnosis dan resep untuk
mengobati penyakit pasiennya. Dalam dunia sekolah, guru datang sendiri menemui
kepala sekolah untuk meminta bantuan memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapinya.
D. Latihan/Tugas
Kasus
Selama
saya mejadi kepala sekolah, belum pernah sekalipun ada guru yang datang kepada
saya untuk meminta bantuan saya untuk memecahkan masalah pembelajaran yang
muncul di kelasnya. Menurut saya, tampaknya supervisi klinis belum berjalan
sama sekali di sekolah yang saya pimpin. Ada dugaan, guru enggan atau malu
meminta bantuan saya memecahkan masalahnya karena takut dianggap tidak mampu
mengatasi masalahnya sendiri. Keengganan ini menurut guru, mungkin berdampak
pada penilaian DP3 butir prakarsa. Guru takut nilai prakarsanya rendah karena pernah
minta bantuan kepada saya. Mereka takut saya menganggap mereka tidak punya
prakarsa, tidak kreatif, dan inovatif memecahkan masalahnya sendiri. Selain
itu, sebagian guru pernah menerima pengarahan saya pada suatu rapat bahwa
datang ke bos jangan bawa masalah tapi bawalah alternatif pemecahan masalah. Dan beberapa guru juga pernah
membaca buku How to manage your boss
dengan pernyataan yang sama seperti pengarahan saya.
Tugas:
1.
Buatlah
rangkuman materi kegiatan 4 di atas!
2.
Pecahkanlah
kasus dengan teori supervisi klinis dan/atau pengalaman Anda. Hasilnya,
diskusikan di dalam diskusi kelompok
Petunjuk Jawaban latihan (Kata Kunci)
Melaksanakan
langkah-langkah supervisi klinis.
Supervisi
klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan
kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk datang ke
supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Kepala sekolah sebagai
supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan menguasai penerapan
supervisi klinis.
Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi
yang Bapak/Ibu sudah pelajari.
Nama:
_____________________ Tanggal:
_______________
·
Apa saja yang telah saya
lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?
·
Bagaimana
pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?
·
Apa
saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini
tetapi belum ditulis di materi ini?
·
Materi apa yang ingin saya tambahkan?
·
Bagaimana kelebihan dan
kekurangan materi materi kegiatan ini?
·
Manfaat
apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
·
Berapa persen kira-kira
materi kegiatan ini dapat saya kuasai?
·
Apa yang akan saya
lakukan?
Selamat
karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya,
selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan, Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari kegiatan
belajar berikutnya.
KONSEP TINDAK LANJUT
HASIL SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU
Selamat membaca dan mempelajari
kegiatan belajar 5 tentang konsep tindak lanjut hasil supervisi akademik
terhadap guru. Setelah mempelajari kegiatan belajar 5, Bapak/Ibu diharapkan
memiliki konsep konsep tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru untuk
menggerakkan guru dan siswa berkreasi,
berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala
sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada
komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta
mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan mudah
mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 5, jika ada kemauan yang
kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep konsep tindak
lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses
melalui rencana tindak lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam
rangka mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi,
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat
belajar!
Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan
dampak yang nyata untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dampak nyata ini
diharapkan dapat dirasakan masyarakat maupun stakeholders. Tindak lanjut tersebut berupa: penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang
belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan/penataran Iebih lanjut.
Tindak lanjut
dari hasil analisis merupakan pemanfaatan hasil supervisi. Dalam materi
pelatihan tentang tindak lanjut hasil supervisi akan dibahas mengenai pembinaan
dan pemantapan instrumen.
1.
Pembinaan
Kegiatan
pembinaan dapat berupa pembinaan langsung dan tidak langsung.
a. Pembinaan
langsung
Pembinaan
ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan
dengan segera dari hasil analisis supervisi.
b. Pembinaan
tidak langsung
Pembinaan
ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan
perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan kepala sekolah/madrasah dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam:
1.
Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan
pembantu guru lainnya
2.
Menggunakan buku teks secara efektif
3.
Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat
mereka pelajari selama pelatihan profesional/inservice training
4.
Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki
5.
Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)
6.
Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa
7.
Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu
pembelajaran
8.
Mengelompokan siswa secara lebih efektif
9.
Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama
10.
Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil
11.
Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas
12.
Meraih moral dan motivasi mereka sendiri
13.
Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi
dan kreatifitas layanan pembelajaran
14.
Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan ketrampilan
berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan
15.
Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
2. Pemantapan Instrumen Supervisi
Kegiatan untuk memantapkan instrumen supervisi
dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok oleh para supervisor tentang instrumen
supervisi akademik maupun instrumen supervisi non akademik.
Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan
menjadi:
a. Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:
1) Silabus
2) RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
3) Program
Tahunan
4) Program
Semesteran
5) Pelaksanaan
proses pembelajaran
6) Penilaian
hasil pembelajaran
7) Pengawasan
proses pembelajaran
b. Instrumen
supervisi kegiatan belajar mengajar
1) Lembar
pengamatan
2) Suplemen observasi (ketrampilan mengajar, karakteristik
mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya)
c. Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen
supervisi akademik maupun isntrumen supervisi non akademik.
d. Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang
studi binaan atau kepada karyawan untuk instrumen non akademik.
Dengan demikian,
dalam tindak lanjut supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi
akademik sasaran utamanya adalah kegiatan belajar mengajar.
b. Hasil analisis, catatan supervisor, dapat dimanfaatkan
untuk perkembangan keterampilan mengajar guru atau meningkatkan profesionalisme
guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-kendala yang
muncul atau yang mungkin akan muncul.
c. Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam
melaksanakan tindak lanjut supervisi.
d. Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi
yang tidak menimbulkan ketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki,
memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki penampilan, serta
kinerjanya.
Cara-cara melaksanakan
tindak lanjut hasil supervisi akademik sebagai berikut.
1. Mengkaji
rangkuman hasil penilaian.
2. Apabila
ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belum
tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan,
keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.
3. Apabila
ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali
program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
4. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
5. Mengimplementasikan
rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.
6.
Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui
supervisi akademik, yaitu:
a.
menciptakan
hubungan-hubungan yang harmonis,
b. analisis
kebutuhan,
c. mengembangkan
strategi dan media,
d.
menilai,
dan
e.
revisi
Seorang kepala sekolah telah selesai mensupervisi guru A
mapel IPA. Hasil rekapitulasi skor menunjukkan 86 yang dikategorikan Baik
dengan beberapa catatan, dilanjutkan dengan evaluasi proses pembelajaran.
Evaluasi menggunakan format dalam (lampiran) yang mengacu perencanaan program
supervisi akademik. Caranya dengan menambah satu kolom lagi untuk kolom
realisasi. Selanjutnya, realisasi dibandingkan dengan target atau
indikator untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya.
D. Latihan/Tugas
Kasus 1
Banyak
hasil-hasil evaluasi pelaksanaan program supervisi akademik tidak ada tindak
lanjutnya. Hal ini terjadi karena tidak ada ganjaran dan sanksi jika tindak
lanjut telah dilakukan. Akibatnya, hasil evaluasi hanyalah perbuatan yang
sia-sia saja.
Tugas 1:
Individu
Pecahkan kasus di atas menurut pengalaman Anda!
Kelompok
Diskusikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri atas
5 sampai 10 orang! Hasil diskusi disajikan untuk dikomentari kelompok lain dan
fasilitator.
Kasus 2
Sebagai kepala sekolah di sekolah A, Ibu Ani baru saja menerima 6 guru
baru. Empat dari guru tersebut baru lulus sarjana pendidikan dengan kompetensi
yang memadahi dan dua orang lainnya adalah
sarjana pendidikan yang kompetensinya kurangmemadahi. Kedua kelompok guru ini
telah diuji sebagai calon guru. Pertimbangan apa yang harus Ibu Ani gunakan
dalam memilih strategi untuk
mensupervisi guru-guru baru tersebut?
Tugas:
Individu
1. Buatlah ringkasan materi
kegiatan belajar 5 di atas!
2. Berikan solusi atas kasus di atas menurut teori tindak
lanjut dan atau pengalaman Anda!
Kelompok
Diskusikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri atas
5 sampai 10 orang! Hasil diskusi disajikan untuk dikomentari
kelompok lain dan fasilitator.
Hasil
supervisi harus ditindaklanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk
meningkatkan profesionalisme guru. Dampak nyata ini diharapkan dapat dirasakan masyarakat maupun stakeholders.
Mohon untuk mengisi
lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah
pelajari.
Nama:
_____________________ Tanggal:
_______________
·
Apa saja yang telah saya
lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?
·
Bagaimana
pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?
·
Apa
saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini
tetapi belum ditulis di materi ini?
·
Materi apa yang ingin
saya tambahkan?
·
Bagaimana kelebihan dan
kekurangan materi materi kegiatan ini?
·
Manfaat
apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
·
Berapa persen kira-kira
materi kegiatan ini dapat saya kuasai?
·
Apa yang akan saya
lakukan?
Bapak/Ibu
dimohon membuat rencana program supervisi akademik secara individual. Hasilnya
dikumpulkan kepada penyelenggara pelatihan tiga bulan terhitung dari hari
penutupan pelatihan.
Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini.
Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah
pengetahuan, Bapak/Ibu dimohon untuk
mempelajari buku yang dianjurkan dan materi pelatihan lainnya.
Dodd, W.A. 1972. Primary School Inspection in New Countries.
Glickman,
C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh
Edition.
Gwynn, J.M.
1961. Theory and Practice of Supervision.
Robbins,
S.P.2008. The Truth about Managing
People. Second Edition.
Sergiovanni,
T.J. 1982. Supervision of Teaching.
Sullivan, S.
& Glanz, J. 2005. Supervision that
Improving Teaching Strategies and Techniques.
Verma, V.K.
1996. The Human Aspects of Project Management Human Resources Skills for the
Project Manager. Volume Two. Harper
Sullivan, S
& Glanz, J. 2005. Supervision that
Improves
Teaching Strategies and Techniques.
Supervisi
Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru.
2006. Kompetensi Supervisi Kepala
Sekolah Pendidikan
Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan
Ditjen PMPTK
Depdiknas.
Wiles, J. dan J.
Bondi. 1986. Supervision: A Guide to
Practice . Second Edition.
.
Format 1:
Aspek yang diamati
Petunjuk Umum
Berilah
tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan catatlah
hal-hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada kolom
keterangan.
1. Tidak
ada (0-25)
2. Kurang
baik (26-50)
3. Cukup
(51-75)
4. Baik
(76-100)
5. Sangat
baik (101-125)
Lembar
Observasi
No |
Aspek yang diamati |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Keterangan |
|
A.
Perencanaan Proses
pembelajaran. Apakah guru: Menyusun Silabus? |
|
|
|
|
|
|
1. |
Identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran |
|
|
|
|
|
|
2. |
Standar kompetensi |
|
|
|
|
|
|
3. |
Kompetensi dasar |
|
|
|
|
|
|
4. |
Materi pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
5. |
Kegiatan pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
6. |
Indikator
pencapaian kompetensi |
|
|
|
|
|
|
7. |
Penilaian |
|
|
|
|
|
|
8. |
Alokasi waktu |
|
|
|
|
|
|
9. |
Sumber belajar |
|
|
|
|
|
|
|
B. Menyusun RPP? |
|
|
|
|
|
|
10. |
Identitas
mata pelajaran |
|
|
|
|
|
|
11. |
Standar
kompetensi |
|
|
|
|
|
|
12. |
Kompetensi
Dasar |
|
|
|
|
|
|
13. |
Indikator
pencapaian kompetensi |
|
|
|
|
|
|
14. |
Tujuan Pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
15. |
Materi Ajar |
|
|
|
|
|
|
16. |
Alokasi Waktu |
|
|
|
|
|
|
17. |
Metode Pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
18. |
Kegiatan Pembelajaran a)
Pendahuluan b)
Inti c)
Penutup |
|
|
|
|
|
|
19. |
Penilaian Hasil Belajar |
|
|
|
|
|
|
20. |
Sumber Belajar |
|
|
|
|
|
|
|
C.
Pelaksanaan Proses
Pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
21. |
Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
22. |
Pelaksanaan Pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
23. |
D.
Penilaian Hasil
Belajar |
|
|
|
|
|
|
24. |
E.
Pengawasan Proses
Pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
……………........., …………………
Kepala Sekolah,
……………………………………….
NIP.
Format
2
Daftar Pertanyaan Setelah Observasi
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1. |
Bagaimana
pendapat saudara setelah menyajikan pelajaran ini? |
|
2. |
Apakah
proses pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan? |
|
3. |
Dapatkah
saudara menceritakan hal-hal yang dirasakan memuaskan dalam proses
pembelajaran tadi? |
|
4. |
Bagaimana perkiraan saudara mengenai ketercapaian
tujuan pembelajaran? |
|
5. |
Apa
yang menjadi kesulitan siswa? |
|
6. |
Apa yang menjadi kesulitasn saudara? |
|
7. |
Adakah
alternatif lain untuk mengatasi kesulitan saudara? |
|
8. |
Marilah
bersama-sama kita identifikasi hal-hal yang telah mantap dan hal-hal yang
peerlu peningkatan, berdasarkan kegiatan yang baru saja saudara lakukan dan
pengamatan saya. |
|
9. |
Dengan demikian, apa yang akan saudara lakukan untuk
pertemuan berikutnya? |
|
|
Kesan
umum: Saran: |
|
……………........., ………………..
Kepala sekolah
…………………………………….
NIP.
Format
3.
Hasil Observasi
No |
Komponen yang dianalisis |
Aspek yang disupervisi |
Hasil penilaian
dengan instrumen yang dikembangkan |
||||
|
|
|
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
1. |
Tahap
sebelum observasi |
Contoh: §
Persiapan mengajar yang disiapkan §
Konsep yang akan dibahas §
Tujuan yang akan dicapai §
Langkah-langkah penyajian §
Pemanfaatan media §
Proses interaksi |
|
|
|
|
|
2. |
Tahap
pelaksanaan observasi |
§
Kejelasan konsep §
Tingkat keberhasilan §
Penggunaan media §
Efektivitas interaksi |
|
|
|
|
|
3. |
Tahap
sesudah observasi |
§
Kesan-kesan penampilan § Kemampuan mengidentifikasi ketrampilan yang sudah baik § Kemampuan mengidentifikasi ketrampilan yang belum berhasil § Diskusi tentang gagasan-gagasan alternatif |
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah |
|
||||
|
|
Rata-rata |
|
……………........., ………………..
Kepala sekolah
………………………………….
NIP.
Rentang penilaian:
1.
Tidak
ada (0-40)
2.
Kurang
baik (41-54)
3.
Cukup
(55-74)
4.
Baik
(75-90)
5.
Sangat
baik (91-100)
Format
4.
Isikan jadwal supervisi kunjungan kelas sesuai dengan kolom yang tersedia
Jadwal Supervisi Kunjungan Kelas
No. |
Hari/Tgl |
Nama Guru |
Mata Pelajaran |
Kelas |
Jam ke |
Pelaksanaan Supervisi |
Keterangan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
…………….........,…………………..
Kepala
Sekolah
……………………………………
NIP.
Format
5.
Rekapitulasi hasil supervisi
No |
Nama |
Nilai |
Keterangan |
|||
Administrasi |
Penampilan |
Test |
Rata-rata |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
…………….........,
………………..
Kepala
Sekolah
……………………………………
NIP.
Rentang penilaian:
91-100
= A 75-90 = B 55-74 = C <55 = K
Format
6.
INSTRUMEN PERENCANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Nama
Guru : ……………………………..
2. Sekolah : ……………………………..
3. Kelas,
Semester : ……………………………..
4. Identitas
Mata pelajaran : ……………………………..
5. Standar
Kompetensi : ……………………………..
6. Kompetensi
Dasar : ……………………………..
7. Hari
tanggal :
……………………………..
No |
URAIAN KEGIATAN |
KRITERIA NILAI |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Menentukan
identitas mata pelajaran |
|
|
|
|
2. |
Menentukan
standar kompetensi |
|
|
|
|
3. |
Menentukan
kompetensi dasar |
|
|
|
|
4. |
Menentukan
indicator pencapaian kompetensi |
|
|
|
|
5. |
Menentukan
tujuan pembelajaran |
|
|
|
|
6. |
Menentukan
materi ajar |
|
|
|
|
7. |
Menentukan
alokasi waktu |
|
|
|
|
8. |
Menentukan
metode pembelajaran |
|
|
|
|
9. |
Menentukan
kegiatan pembelajaran |
|
|
|
|
10. |
Menentukan
penilaian hasil belajar |
|
|
|
|
11. |
Menentukan
sumber belajar |
|
|
|
|
|
Jumlah NILAI RIIL =
………………………. |
|
|
|
|
|
Jumlah
NILAI IDEAL = 44 |
KLASIFIKASI ……………………. |
|||
|
Nilai
PERSENTASI = …………………….. % |
C
: Cukup : 26% - 55% A
: Baik Sekali : 76% - 100% B
: Baik : 56% - 75% D
: Kurang : 0% - 25%
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………,…………………..Guru
Mata Pelajaran …………………… NIP
Format
7.
INSTRUMEN
SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS
1. Nama
Guru : ……………………………..
2. Sekolah : ……………………………..
3. Kelas,
Semester : ……………………………..
4. Identitas
Mata pelajaran : ……………………………..
5. Standar
Kompetensi : ……………………………..
6. Kompetensi
Dasar :……………………………..
7. Hari
tanggal :
……………………………..
No |
URAIAN
KEGIATAN |
KRITERIA
NILAI |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Menjelaskan tujuan dan kompetensi dasar |
|
|
|
|
2. |
Menyampaikan cakupan
materi dan uraian kegiatan sesuai dengan silabus |
|
|
|
|
3. |
Menjelaskan isi kegiatan kepada siswa/langkah kegiatan |
|
|
|
|
4. |
Menggunakan ekspresi dalam
berkomunikasi dengan siswa |
|
|
|
|
5. |
Menggunakan respon siswa dalam menyelenggarakan kegiatan |
|
|
|
|
6. |
Menggunakan media dan alat pembelajaran yang sesuai dengan tujuan |
|
|
|
|
7. |
Menyelenggarakan kegiatan dengan urutan yang logis |
|
|
|
|
8. |
Menggunakan berbagai metode dalam menjelaskan isi kegiatan |
|
|
|
|
9. |
Membimbing siswa dalam
mengikuti kegiatan secara individual maupun kelompok |
|
|
|
|
10. |
Memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan |
|
|
|
|
11. |
Memberikan penguatan
kepada siswa |
|
|
|
|
12. |
Melaksanakan penilaian selama kegiatan berlangsung |
|
|
|
|
13. |
Menutup kegiatan dengan
tepat |
|
|
|
|
14. |
Memberikan tugas/PR |
|
|
|
|
|
Jumlah NILAI RIIL = ………………………. |
|
|
|
|
|
Jumlah
NILAI IDEAL = 56 |
KLASIFIKASI ………………. |
|||
|
Nilai
PERSENTASI = …………………….. % |
A
: Baik Sekali : 76% - 100% B
: Baik : 56% - 75% C
: Cukup : 26% - 55% D
: Kurang : 0% - 25%
…………………………………………..
Mengajar supaya membawa alat peraga
……………………………………….……..
………………………………………………
Guru
Mata Pelajaran …………………… NIP ……………..,………………… Kepala
Sekolah/madrasah, …………………… NIP
Format 8
Contoh : Lembar
Observasi Siswa
INSTRUMEN
OBSERVASI SISWA
PADA
PROSES PEMBELAJARAN
NO |
NAMA |
KEGIATAN |
SKOR |
NILAI |
KET |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
JUMLAH |
|
|
|
|
|
|
|
KETERANGAN
1.
Berpartisipasi
aktif
2.
Tanggung
jawab
3.
Disiplin
dalan mengikuti pembelajaran
4.
Memusatkan
perhatian pada materi pembelajaran
KRITERIA SKOR PENILAIAN |
KRITERIAN KEAKTIFAN PESERTA |
||
Nilai |
Sebutan |
Kuantitatif |
Kualitatif |
1 |
Tidak Aktif |
85 – 100 |
Sangat Aktif (SA) |
2 |
Kurang Aktif |
69 – 84 |
Aktif (A) |
3 |
Aktif |
53 – 68 |
Cukup Aktif (CA) |
4 |
Sangat Aktif |
37 – 52 |
Kurang Aktif (KA) |
……………..,…………… Kepala Sekolah/Madrasah, .…………………
Format
9
Contoh:
Lembar Observasi Guru
INSTRUMEN
KUNJUNGAN KELAS
PADA
PROSES PEMBELAJARAN
Nama Guru :
……………………………..
Kelas : ……………………………..
Identitas Mata Pelajaran : ……………………………..
Waktu : ……………………………..
Semester : ……………………………..
Hari tanggal :
……………………………..
No |
URAIAN KEGIATAN |
Kriteria Penilaian |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Persiapan dan apresepsi |
|
|
|
|
2. |
Relevansi materi dengan
tujuan pembelajaran |
|
|
|
|
3. |
Penguasaan materi |
|
|
|
|
4. |
Strategi |
|
|
|
|
5. |
Metode |
|
|
|
|
6. |
Media |
|
|
|
|
7. |
Manajemen kelas |
|
|
|
|
8. |
Pemberian motivasi kepada
siswa |
|
|
|
|
9. |
Nada dan suara |
|
|
|
|
10. |
Penggunaan bahasa |
|
|
|
|
11. |
Gaya dan sikap perilaku |
|
|
|
|
Jumlah
NILAI RIIL = ………………………. |
|
|
|
|
|
Jumlah NILAI IDEAL = 44 |
KLASIFIKASI ……………………. |
||||
Nilai PERSENTASI =
…………………….. % |
A
: Baik Sekali : 76% - 100% B
: Baik : 56% - 75% C
: Cukup : 26% - 55% D
: Kurang : 0% - 25%
………………………………………………
………………………………………………
Mengetahui Kepala
Sekolah …………………… ……………..,……………… Kepala
Sekolah/Madrasah ……………………
Format 10. Instrumen supervisi
akademik dengan teknik individual:
Sekolah :
Kelas :
Nama guru :
Mata pelajaran :
Waktu :
No |
Komponen |
Rentang Skor |
Skor perolehan |
Catatan khusus |
I |
Perencanaan
pembelajaran 1.
………. 2.
……….. 3.
…………. 4.
…………. |
|
|
|
II |
Pelaksanaan
pembelajaran: A.
Pendahuluan 1.
……….. 2.
……….. 3.
………… B.
Inti 1.
……….. 2.
……….. 3.
………… 4.
…………. 5.
……….. 6.
………. 7.
……….. 8.
………..
1.
…….. 2. ……… |
|
|
|
|
Rerata
Skor |
|
|
|
Keterangan: 0 -60 = Kurang ……..,………………..
61-70 = cukup Supervisor
71-80 = Baik
81-100 = amat baik
(…………………………..)
Format 11. Dokumen
Perencanaan program supervisi akademik
1. Pendahuluan (Diskripsi umum, dan Dasar hukum)
2. Tujuan
supervisi
3. Teknik
supervisi: Individual atau kelompok.
4. Sasaran
obyek kegiatan dan subyek
5. Waktu pelaksanaan supervisor (kepsek & guru senior)
6. Lampiran
a. Jadwal
(aloksi waktu, nomor, hari tanggal, jam, kelas sasaran, maple, nama guru, nama
supervisor)
b. Instrumen
supervisi: lembar observasi, pedoman wawancara
c. Form
rekapitulasi hasil berisi nomor, nama guru, mapel, skor angka, konversi kedalam
kualivikasi dan meeting, serta tidak lanjut berupa konfirmasi dengan guru.
No |
Nama Guru |
Mapel |
Kelas |
Hasil skor |
Catatan Khusus |
Tindak lanjut |
Realisasi Tindak lanjut |
|
Kualita |
Kuanti |
|||||||
1. |
|
|
|
|
|
|
Meeting (sumbang
saran, pembinaan, dll) |
Supervisi lanjutan dengan kompetensi dasar selanjutnya. |
…………,…………………
Kepala Seolah,
(……………………………)
LEMBAR PENILAIAN RENCANA
PEMBELAJARAN (PBM 01)
Nama Sekolah :………………….……………………..CAP
SEKOLAH Guru :………………………………………………………….. Kelas :………………………………………………………….. Mata Pelajaran :………………………………………………………….. Tema/Topik Pembelajaran :………………………………........…………………….. Waktu :………….......................................................................... Hari/Tanggal :…………………....……………………………………..
Petunjuk
- Berilah penilaian rencana pemebelajaran yang
dibuat guru sesuai aspek-aspek yang ada.
- Semakin baik yang
ditampilkan semakin tinggi nilainya (1-4).
A. MERENCANAKAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Skala Nilai
1 |
Merumuskan kompetensi dasar dan indikator |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Menentukan metode pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Menentukan langkah-langkah pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
4 |
Menentukan cara-cara memotivasi siswa |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Menentukan pengalaman belajar siswa |
1 |
2 |
3 |
4 |
6 |
Menentukan alokasi waktu |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
B. MERENCANAKAN
PENGORGANISASIAN MATERI PEMBELAJARAN
Skala Nilai
1 |
Kesesuaian materi pembelajaran dengan kurikulum |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan siswa |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
C. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KELAS
Skala Nilai
1 |
Penataan ruang kelas |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Pengorganisasian siswa aktif ddalam pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
D. MERENCANAKAN PENGGUNAAN SUMBER MEDIA PELAJARAN
Skala Nilai
1 |
Memilih sumber pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Menentukan penggunaan alat/media pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
E. MERENCANAKAN PENILAIAN
Skala Nilai
1 |
Menentukan bentu-bentuk prosedur dan teknik penilaian |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Menyusun alat penilaian |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
F. PENAMPILAN FISIK RENCANA PEMBELAJARAN
Skala Nilai
1 |
Penggunaan bahasa tulis |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Kerapian dan kebersihan |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
Jumlah Nilai
Rata-rata
Nilai Akhir =
------------------------------- =
6
Komentar/Saran
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………..,…………
Penilai
Keterangan A = 3.28 – 4.00
Sangat Memuaskan B = 2.78 – 3.27
Memuaskan C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan
LEMBAR PENILAIAN RENCANA PEMBELAJARAN
(PBM 02)
Nama Sekolah :………………….…………….CAP
SEKOLAH Guru :…………………………………………......….. Kelas :……………………………………………..….. Mata
Pelajaran :……………………………………………..….. Tema/Topik
Pembelajaran :……………………………………………........ Waktu :…………........................................................... Hari/Tanggal :…………………………………………….......
Petunjuk
- Berilah
penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang
ada.
- Semakin baik yang ditampilkan semakin
tinggi nilainya (1-4).
A. MEMBUKA KEGIATAN PEMBELAJARAN
Skala Nilai
1 |
Menyampaiakan materi pengait/persepsi |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Memotivasi siswa untuk memulai pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai siswa |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
B. MENGELOLA KEGIATAN PEMBELAJARAN INTI
1 |
Penguasaan materi pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Memberi contoh/ilustrasi/analogi |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Menggunakan sumber, alat, media pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
4 |
Mengarahkan siswa untuk aktif berpartisipasi |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Memberi penguatan |
1 |
2 |
3 |
4 |
6 |
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan urutan
yang logis/teratur |
1 |
2 |
3 |
4 |
7 |
Merespon secara positif keingintahuan siswa |
1 |
2 |
3 |
4 |
8 |
Menunjukkan antusiasme/gairah mengajar |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
C. MENGORGANISASI WAKTU, SISWA, SUMBER DAN ALAT/MEDIA
PEMBELAJARAN
1 |
Mengatur penggunaan waktu |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Melaksanakan pengorganisasian siswa |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Menyiapkan sumber dan alat bantu/media pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
D. MELAKSANAKAN PENILAIAN
1 |
Melaksanakan penilaian proses |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Melaksanakan penilaian hasil/akhir |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
E. MENUTUP KEGIATAN PEMBELAJARAN
1 |
Merangkum materi |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Memberi tindak lanjut |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
F. PENAMPILAN GURU
1 |
Kesan umum |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Penampilan dan sikap guru dalam pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
Jumlah Nilai
Rata-rata
Nilai Akhir =
------------------------------- =
6
Komentar/Saran
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Keterangan A = 3.28 – 4.00
Sangat Memuaskan B = 2.78 – 3.27
Memuaskan C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan
Penilai
(Nama Jelas)
LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN MELAKSANAKAN
HUBUNGAN PRIBADI (PBM 03)
Nama Sekolah :………………….…………….CAP
SEKOLAH Guru :……………………………………………….. Kelas :……………………………………………….. Mata
Pelajaran :……………………....……………………….. Tema/Topik
Pembelajaran :……………………………....……………….. Waktu :………….......................................................... Hari/Tanggal :………………………………………………..
Petunjuk
- Berilah
penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang
ada.
- Semakin baik yang ditampilkan semakin
tinggi nilainya (1-4).
A. MEMBANTU MENGEMBANGKAN PERILAKU POSITIF PADA DIRI MURID
1 |
Membantu murid untuk menyadari kekuatan dan
kelemahan diri |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Membantu murid untuk menumbuhkan kepercayaan
pada diri sendiri |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Membantu siswa untuk dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran |
1 |
2 |
3 |
4 |
4 |
Menunjukkan simpati |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Menunjukkan keramahan dan menghargai orang lain |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
B. MENAMPILKAN
KEGAIRAHAN DAN KESUNGGUHAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
1 |
Menunjukkan kegairahan dalam pembelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Memberikan kesan menguasai materi |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Menunjukkan kemantapan mengajar |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
C. MENGELOLA INTERAKSI DALAM KELAS
1 |
Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Menciptakan iklim belajar yang kondusif |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
Nilai Akhir =
-------------------------------
=
3
Komentar/Saran
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………..,…………2010
Penilai
(Nama Jelas)
Keterangan
A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan
B = 2.78 – 3.27 Memuaskan
C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan
LEMBAR PENILAIAN
AKTIVITAS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN (PBM 04)
Nama Sekolah :………………….…………..CAP
SEKOLAH Guru :……………………………………………….. Kelas :……………………………………………….. Mata
Pelajaran :……………………………………………….. Tema/Topik
Pembelajaran :……………………………………………….. Waktu :………….......................................................... Hari/Tanggal :………………………………………………..
Petunjuk
- Berilah
penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang
ada.
- Semakin baik yang ditampilkan semakin
tinggi nilainya (1-4).
Skala Nilai
1 |
Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran |
1 |
2 |
3 |
4 |
2 |
Siswa menyimak ketika guru memberikan penjelasan |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
Siswa mengajukan pertanyaan pada saat yang tepat |
1 |
2 |
3 |
4 |
4 |
Siswa tidak canggung bertanya atau mengajukan pendapat |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
Siswa melakukan aktivitas sesuai dengan pengalaman belajar yang direncanakan |
1 |
2 |
3 |
4 |
6 |
Siswa menunjukkan keinginan untuk menguasai materi |
1 |
2 |
3 |
4 |
7 |
Siswa berbahasa dengan baik dan benar |
1 |
2 |
3 |
4 |
Rata-rata:
Nilai Akhir =
-------------------------------
=
7
Komentar/Saran
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………..,…………2010
Penilai
(Nama Jelas)
Keterangan
A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan
B = 2.78 – 3.27 Memuaskan
C = 2.38 – 2.77 Kurang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar