P


 

 PNDUAN

P

Pengarah

Drs. Purwadi Sutanto, M.Si (Direktur Pembinaan SMA)

 

Penanggungjawab:

Suharlan SH., MM (Kasubdit Kurikulum)

Dr. Junus Simangunsong (Kasi Penilaian)

 

Tim Penulis:

Windarto, S.Pd.

Asep Hendrasyah, M.Pd., M.Mor.

 

Tim Pembahas:

Dr. I Wayan Widana

Satiri, M.Pd

Tinasari Prisyanti, M.Pd

Nurhadi, M.Pd.

 

Tim Editor:

Drs. Heri Fitriono, MA

Nilam Rahmawan, S.Psi

Elsi Eka Rahmawati, SE

Linda Lusiana Cahya Wibawa, S.Pd.

 

Layout:

Arso Agung Dewantoro

Oky


Ade Setiawan

Kurniady Febri Saputra

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


KATA PENGANTAR

 

 

Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa hendaknya m


emberikan pelayanan yang selaras dengan tuntutan zaman. Agar menjadi pribadi yang sukses di abad ke-21 seseorang yang hidup di abad tersebut dituntut berbagai keterampilan relevan yang harus dikuasai agar dapat beradaptasi dan berkontribusi. Tuntutan kemampuan abad 21 yang semakin kompetitif menuntut empat kompetensi yaitu: Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication dan Collaboration. Pendidikan sebagai pengemban peran reformatif dan transformatif harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut.

 

Kebutuhan terhadap lulusan yang kritis, kreatif, komunikatf dan kolaboratif inilah yang menjadi kompetensi lulusan utama pada kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum ini didasarkan prinsip pokok yaitu kompetensi lulusan yang didasarkan atas kebutuhan, isi kurikulum dan mata pelajaran yang diturunkan secara langsung dari kebutuhan kompetensi, mata pelajaran yang kontributif pada pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penerapan prinsip-prinsip yang esensial ini diharapkan agar implementasi kurikulum 2013 menghasilkan lulusan yang siap menghadapi abad 21.

 

Sebagai bagian yang utuh dan selaras dengan komponen kurikulum 2013, penilaian berperan untuk menstimulus capaian pembelajaran yang salah satunya membangun sikap kritis. Untuk membangun kemampuan Critical Thinking and Problem Solving, instrumen penilaian diarahkan pada soal berstandar internasional yaitu Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Buku ini merupakan panduan penyusunan soal HOTS mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam sebuah penilaian yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik.

 

Buku panduan ini menjelaskan strategi penyusunan soal HOTS yang secara garis besar memuat tentang latar belakang, konsep dasar penyusunan soal HOTS, penyusunan soal HOTS mata pelajaran dan dan contoh soal HOTS, strategi implementasi penyusunan soal HOTS. Diharapkan buku panduan ini dapat menjadi referensi agar kegiatan bimbingan teknis penyusunan soal HOTS berjalan dengan lancar sehingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang diharapkan yaitu lulusan yang krisis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.

Untuk memperbaiki buku ini, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari Bapak/Ibu.

                                     

 

 

Jakarta,  Juni 2019

Direktur Pembinaan SMA,

 

 

 

Purwadi Sutanto

NIP. 19610404 198503 1 003

 


DAFTAR ISI

 

 

    Halaman

KATA PENGANTAR

i

 

 

 

DAFTAR ISI

ii

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1

 

A.      Rasional

1

 

B.      Tujuan

2

 

C.      Hasil yang Diharapkan

2

 

 

 

 

 

 

BAB II

KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL HOTS

3

 

A.      Pengertian

B.      Karakteristik

C.       Level Kognitif

D.      Soal HOTS  dan Tingkat Kesukaran Soal

E.      Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar

F.       Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS

3

4

6

9

10

11

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENYUSUNAN SOAL HOTS MATA PELAJARAN

13

 

A.      Karakteristik Mapel Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

B.      Analisa KD

C.       Contoh Stimulus

D.      Penjabaran KD menjadi Indikator Soal

E.      Menyusun Kisi-kisi.

F.       Kartu Soal HOTS.

13

14

17

19

20

23

 

 

 

 

 

 

BAB IV

STRATEGI IMPLEMENTASI

30

 

A.      Strategi

B.      Implementasi

30

31

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

32


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Rasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum adalah adanya tantangan eksternal, antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

 

Pendidikan pada era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan kompetensi abad ke-21, yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kompetensi berpikir, bertindak, dan hidup di dunia. Komponen berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Komponen hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri (self-direction), pemahaman global, serta tanggung jawab sosial. Munculnya literasi baru yaitu (1) literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital, (2) literasi teknologi yaitu kemampuan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, and engineering principles), dan (3) literasi manusia terkait dengan humanities, communication, collaboration, merupakan tantangan tersendiri untuk bisa hidup pada abad ke-21.

Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Pertama, pada standar isi, yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi siswa serta diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Kedua, pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian standar internasional. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

 

Kurikulum 2013 lebih diarahkan untuk membekali siswa sejumlah kompetensi yang dibutuhkan menyongsong abad ke-21. Beberapa kompetensi penting yang dibutuhkan pada abad ke-21 yaitu 4C meliputi: (1) critical thinking (kemampuan berpikir kritis) bertujuan agar siswa dapat memecahkan berbagai permasalahan kontekstual menggunakan logika-logika yang kritis dan rasional; (2) creativity (kreativitas) mendorong siswa untuk kreatif menemukan beragam solusi, merancang strategi baru, atau menemukan cara-cara yang tidak lazim digunakan sebelumnya; (3) collaboration (kerjasama) memfasilitasi siswa untuk memiliki kemampuan bekerja dalam tim, toleran, memahami perbedaan, mampu untuk hidup bersama untuk mencapai suatu tujuan; dan (4) communication (kemampuan berkomunikasi) memfasilitasi siswa untuk mampu berkomunikasi secara luas, kemampuan menangkap gagasan/informasi, kemampuan menginterpretasikan suatu informasi, dan kemampuan berargumen dalam arti luas.

 

Hasil telaah butir soal yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA pada Pendampingan USBN tahun pelajaran  2018/2019  terhadap 26 mata pelajaran pada 136 SMA Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi, menunjukkan bahwa dari 1.779 butir soal yang dianalisis sebagian besar ada pada Level-1 dan Level-2. Dari 136 SMA Rujukan, hanya 27 sekolah yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal USBN yang dibuat, 84 sekolah menyusun soal HOTS di bawah 20%, dan 25 sekolah menyatakan tidak tahu apakah soal yang disusun HOTS atau tidak. Hal itu tidak sesuai dengan tuntutan penilaian Kurikulum 2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-model penilaian HOTS.

 

Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai siswa Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan siswa Indonesia sangat rendah dalam: (1) mengintegrasikan informasi; (2) menggeneralisasi kasus demi kasus menjadi suatu solusi yang umum; (3) memformulasikan masalah dunia nyata ke dalam konsep mata pelajaran; dan (4) melakukan investigasi.

 

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu adanya perubahan sistem dalam pembelajaran dan penilaian. Soal-soal yang dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian siswa untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, Direktorat Pembinaan SMA menyusun Panduan Penyusunan Soal HOTS bagi guru SMA.

 

B.     Tujuan

Panduan Pembelajaran dan Penilaian HOTS disusun dengan tujuan sebagai berikut.

1.       Memberikan pemahaman kepada guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal HOTS;

2.       Meningkatkan keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;

3.       Memberikan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat dan daerah untuk melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang penyusunan Soal HOTS.

 

C.      Hasil yang Diharapkan

Sesuai dengan tujuan penyusunan panduan di atas, maka hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1.       Meningkatnya pemahaman guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal HOTS;

2.       Meningkatnya keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;

3.       Terorganisirnya pola pembinaan dan sosialisasi tentang menyusun Soal HOTS.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL HOTS

 

A.     Pengertian

 

Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran HOTS. Tugas guru bukan hanya melakukan penilaian HOTS, melainkan juga harus mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi adalah sebagai berikut.

1.       Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.

2.       Merencanakan tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki.

3.       Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah ditunjukan dalam proses.

   

Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip:

1.       Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus). 

2.       Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas, dan bukan pertanyaan hanya untuk proses mengingat.

3.       Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit) dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).

 

Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekadar mengingat ( remembering), memahami (understanding), atau menerapkan (applying). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur keterampilan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah (problem solving), dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis.  Dengan demikian soal-soal HOTS menguji keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

 

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengingat (remembering-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Kata kerja operasional (KKO) yang ada pada pengelompokkan Taksonomi Bloom menggambarkan proses berpikir, bukanlah kata kerja pada soal. Ketiga kemampuan berpikir tinggi ini (analyzing, evaluating, dan creating) menjadi penting dalam menyelesaikan masalah, transfer pembelajaran (transfer of learning) dan kreativitas.

 

Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu siswa diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mencipta) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

 

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

 

Dalam struktur soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar berpijak untuk memahami informasi. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan harus bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain. Stimulus juga dapat bersumber dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Stimulus yang baik memuat beberapa informasi/gagasan, yang dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan mencari hubungan antarinformasi, transfer informasi, dan terkait langsung dengan pokok pertanyaan.

 

B.     Karakteristik

Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian hasil belajar. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.

 

1.      Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi

The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan mencipta.  Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap siswa.

 

Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:

a.       kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;

b.       kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;

c.       menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus dapat mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

 

 

2.      Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending Topic)

Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana siswa diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, kehidupan bersosial, penetrasi budaya, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Kontekstualisasi masalah pada penilaian membangkitkan sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan.

 

Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.

a.       Relating, terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

b.       Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).

c.       Applying, kemampuan siswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.

d.       Communicating, kemampuan siswa untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.

e.       Transfering, kemampuan siswa untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

 

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut.

a.       Siswa mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban yang tersedia;

b.       Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;

c.       Tugas-tugas yang diberikan tidak mengkungkung dengan satu-satunya jawaban benar, namun memungkinkan siswa untuk mengembangkan gagasan dengan beragam alternative jawaban benar yang berdasar pada bukti, fakta,  dan alasan rasional.

Berikut disajikan perbandingan asesmen tradisional dan asesmen kontekstual.

 

Tabel 2.1 Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual

Asesmen Tradisional

Asesmen Kontekstual

Siswa cenderung memilih respons yang diberikan.

Siswa mengekspresikan  respons

Konteks dunia kelas (buatan)

Konteks dunia nyata (realistis)

Umumnya mengukur aspek ingatan (recalling)

Mengukur performansi tugas (berpikir tingkat tinggi)

Terpisah dengan pembelajaran

Terintegrasi dengan pembelajaran

Pembuktian tidak langsung, cenderung teoretis.

Pembuktian langsung melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan dengan konteks nyata.

Respon memaparkan hafalan/pengetahuan teoritis.

Respon disertai alasan yang berbasis data dan fakta

 

Stimulus soal-soal HOTS harus dapat memotivasi siswa untuk menginterpretasi serta mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Kemampuan berkomunikasi antara lain dapat direpresentasikan melalui kemampuan untuk mencari hubungan antarinformasi yang disajikan dalam stimulus, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mentransfer konsep pada situasi baru yang tidak familiar, kemampuan menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah ide dan informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi baru yang disajikan dalam bacaan.

 

Untuk membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik, wacana, situasi, berita atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic). Sangat dianjurkan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan yang dekat dengan lingkungan siswa berada, atau bersumber pada permasalahan-permasalahan global yang sedang mengemuka. Stimulus yang tidak menarik berdampak pada ketidaksungguhan/ketidakseriusan peserta tes untuk membaca informasi yang disajikan dalam stimulus atau mungkin saja tidak mau dibaca lagi karena ending-nya sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah sering diangkat, sudah umum diketahui). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegagalan butir soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal dengan stimulus kurang menarik tidak mampu menunjukkan kemampuan siswa untuk menghubungkan informasi yang disajikan dalam stimulus atau menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah menggunakan logika-logika berpikir kritis.

 

3.      Tidak Rutin dan Mengusung Kebaruan

Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah untuk membangun kreativitas siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontekstual. Sikap kreatif  erat dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan. Soal-soal HOTS tidak dapat diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama. Apabila suatu soal yang awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama, maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan mengingat. Siswa hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Tidak lagi terjadi proses berpikir tingkat tinggi. Soal-soal tersebut tidak lagi dapat mendorong peserta tes untuk kreatif menemukan solusi baru. Bahkan soal tersebut tidak lagi mampu menggali ide-ide orisinil yang dimiliki peserta tes untuk menyelesaikan masalah.

 

Soal-soal yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan memvariasikan stimulus yang bersumber dari berbagai topik. Pokok pertanyaannya tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan tuntutan pada KD. Bentuk-bentuk soal dapat divariasikan sesuai dengan tujuan tes, misalnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk menggunakan soal-soal bentuk uraian karena jumlah KD yang diujikan hanya 1 atau 2 KD saja. Sedangkan untuk soal-soal penilaian akhir semester atau ujian sekolah dapat menggunakan bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian. Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) akan lebih baik jika menggunakan soal bentuk uraian. Pada soal bentuk uraian mudah dilihat tahapan-tahapan berpikir yang dilakukan siswa, kemampuan mentransfer konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen dan penalaran, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.

 

Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa, maka para guru juga harus kreatif menyusun soal-soal HOTS. Guru harus memiliki persediaan soal-soal HOTS yang cukup dan variatif untuk KD-KD tertentu yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS, agar karakteristik soal-soal HOTS tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.

 

C.      Level Kognitif

Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut.

Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir

HOTS

Mencipta

   Mencipta ide/gagasan sendiri.

   Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, menggabungkan, memformulasikan.

Mengevaluasi

   Mengambil keputusan tentang kualitas suatu informasi.

   Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung, menduga, memprediksi.

Menganalisis

   Menspesifikasi aspek-aspek/elemen.

   Kata kerja: mengurai, membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji.

 

LOTS

Mengaplikasi

    Menggunakan informasi pada domain berbeda

    Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan, mengilustrasikan, mengoperasikan.

Memahami

   Menjelaskan ide/konsep.

   Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima, melaporkan.

 

Mengingat

   Mengingat kembali fakta, konsep, dan prosedur.

   Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan.

Sumber: Anderson & Krathwohl (2001)

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda. Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang akan digunakan dalam penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif, yaitu: 1) level 1 (pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3 (penalaran). Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.

 

1.      Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)

Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut siswa harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar, menyatakan, dan lain-lain.

 

Contoh soal level 1:

Kisi-kisi soal level 1:

1.       Disajikan data peristiwa tahapan Pembinaan Persatuan Indonesia, peserta didik dapat menentukan urutan terjadinya peristiwa itu.

 

Contoh soal level 1:

1.       Perhatikan daftar peristiwa sebagai berikut:

 

1

Sumpah Pemuda

2

Proklamasi kemerdekaan

3

Kebangkitan nasional

4

Perasaan senasib sepenanggungan

Urutan Pembinaan Persatuan Indonesia yang benar adalah sebagai berikut….

A.      1-2-3-4

B.      2-1-3-4

C.       3-4-1-2

D.      4-3-1-2

E.      4-2-3-1

 

Penjelasan:

Soal di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat atau menghafal tahun terjadinya peristiwa tersebut.

2.      Level 2 (Aplikasi)

Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah rutin. Siswa harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu untuk  menjawab soal level 2. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.

 

                Kisi kisi soal level 2 :

1.       Disajikan berita tentang kasus yang mengancam batas wilayah laut Indonesia dan Singapura, peserta didik dapat menentukan dasar penentuan batas wilayah laut antara Indonesia dan Singapura.

             

 Contoh Soal level 2:

1.      Perhatikan kasus sebagai berikut:

      Berdasar analisis terhadap kasus tersebut,  cara penentuan batas wilayah laut Indonesia dan Singapura adalah....

A.      tetap berdasarkan ketentuan konvensi Jenewa 1982

B.      melalui perundingan dengan tahapan yang sesuai dengan proses pembuatan perjanjian internasional yang sifatnya rumit

C.       melalui perundingan dengan tahapan yang sesuai dengan proses pembuatan perjanjian internasional yang sifatnya sederhana

D.      melalui musyawarah mufakat  antara pemerintah Indonesia dan Singapura, sesuai perluasan wilayah laut Singapura dari pasir laut Indonesia

E.      lebar laut yang ada antara Indonesia dan Singapura sekarang setelah ada perluasan laut Singapura dari pasir Indonesia, dibagi dua sama rata

 

Penjelasan:

Soal di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, siswa terlebih dahulu  mampu mengingat ketentuan hukum laut internasional tentang penentuan batas wilayah laut,  selanjutnya diterapkan untuk menentukan batas wilayah laut antara Indonesia dan Singapura berdasar ketentuan tersebut.

 

3.      Level 3 (Penalaran)

Level penalaran merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 siswa harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah  kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan  mencipta (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan siswa untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir mencipta (C6) menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soal-soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah.

 

Kisi kisi soal level 3 :

1.       Disajikan berita tentang kasus yang mengancam keutuhan wilayah Indonesia, peserta didik dapat memberikan alternatif upaya menjaga keutuhan wilayah Indonesia!

 

Contoh soal level 3:

 

1.       Perhatikan kasus sebagai berikut:


Berdasar kasus tersebut, menurut pendapat Anda upaya apa saja yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia untuk tetap mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia!

Penjelasan:

Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) yang mengukur kemampuan pemecahan masalah (problem solving), dengan tahapan-tahapn berpikir sebagai berikut:

1.       Mengidentifikasi siapa dan mengapa terjadi penyelundupan pasir laut ke Singapura

2.       Memahami konsep nasionalisme

3.       Mengevaluasi tindakan pemerintah dalam menangani kasus tersebut

4.       Memprediksi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh tindakan penyelundupan pasir laut

5.       Menarik kesimpulan dan mengusulkan cara/upaya penanggulangan penyelundupan pasir laut ke Singapura.

 

D.     Soal HOTS  dan Tingkat Kesukaran Soal

Banyak yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS adalah soal yang sulit. Soal sulit belum tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same as the higher order thinking.” kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah sama dengan soal HOTS. Kenyataannya, baik soal LOTS maupun HOTS, keduanya memiliki rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah, sedang dan sulit. Dengan kata lain, ada soal LOTS yang mudah dan ada juga soal HOTS yang mudah, demikian juga dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga pada soal LOTS. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa yang mampu menjawab benar, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang meminta siswa untuk menganalisa dengan melakukan pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik bukan merupakan soal yang sulit untuk dijawab oleh siswa.

 

Tingkat kesukaran (mudah v.s. sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingat rendah v.s. berpikir tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahpahaman interpretasi kalau LOTS itu mudah dan HOTS itu sulit dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Implikasi dari kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan memberikan atau mebiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena siswanya tidak siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan tugas yang bersifat drill saja.

 

E.      Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar

Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Soal-Soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru mengujikan butir soal HOTS secara proporsional. Berikut peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.

1.      Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad ke-21

Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh sekolah diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b) memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.

 

Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving).

 

2.      Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local genius)

Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya. Sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.

 

3.      Meningkatkan motivasi belajar siswa

Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelashendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian siswa merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya soal-soal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang hayat

 

4.      Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar

Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah.

 

Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tigkat tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.

 

 

 

 

 

 

 

 

F.       Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS

 

Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Pilih materi yang akan ditanyakan menuntut penalaran tinggi, kemungkinan tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.

 

1.      Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Pilihlah KD yang memuat KKO yang pada ranah C4, C5, atau C6. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.

 

2.      Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.

 

3.      Merumuskan Stimulus yang Menarik dan Kontekstual

Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus harus dapat mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, mendorong siswa untuk membaca. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun stimulus soal HOTS: (1) pilihlah beberapa informasi  dapat berupa gambar, grafik, tabel, wacana, dll yang memiliki keterkaitan dalam sebuah kasus; (2) stimulus hendaknya menuntut kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis, menyimpulkan, atau menciptakan; (3) pilihlah kasus/permasalahan konstekstual dan menarik (terkini) yang memotivasi siswa untuk membaca (pengecualian untuk mapel Bahasa, Sejarah boleh tidak kontekstual); dan (4) terkait langsung dengan pertanyaan (pokok soal), dan berfungsi.

 

4.      Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, pada dasarnya hampir sama dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi (harus disesuaikan dengan karakteristik soal HOTS di atas), sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.

 

5.      Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian singkat.

Untuk memperjelas langkah-langkah penyusunan soal HOTS, disajikan dalam gambar 1 dibawah ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Alur Penyusunan Soal HOTS


BAB III

PENYUSUNAN SOAL HOTS

MATA PELAJARAN PPKn

 

 

 

A.     Karakteristik Mata Pelajaran PPKn

1.      Tujuan Mata Pelajaran

Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1) huruf ditegaskan bahwan Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi kewarganegaraan, yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan; (3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).

 

Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi tersebut sehingga peserta didik mampu:

1)     menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;

2)     memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3)     berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

4)     berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial Budaya.

 

2.      Ruang Lingkup

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), memiliki ruang lingkup sebagai berikut:

1)     Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa

2)     UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

3)     Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia

4)     Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

 

3.      Pembelajaran

Desain pembelajaran pada matapelajaran PPKn menguraikan keterkaitan antara Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tujuan Pembelajaran.

 

Pengembangan desain pembelajaran, harus memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah pembuatan kerangka pembelajaran yang mengkaitkan prinsip penguasan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersifat holistik. Pembelajaran dimulai dari membangun interaksi proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan secara interaktif yang berimplikasi pada tumbuhnya dampak pembelajaran yang bersifat afektif.

 

Pengembangan kerangka pembelajaran bertujuan juga untuk memfasilitasi pembelajaran secara tidak langsung, sehingga kerangka pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa. Proses belajar yang tercipta dari keterkaitan KI-3 dan KI-4 dapat memberikan dampak pengiring (nurturant effect) tumbuhnya sikap spiritual yang dimaksud dalam KI-1 dan sikap sosial dalam KI-2.

 

Pengaitan dimensi pengetahuan dan keterampilan dengan dimensi spiritual dan sosial yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan harus dilakukan secara kontekstual sesuai dengan hakikat pengetahuan dan/atau keterampilan itu sendiri. Dalam konteks ini, guru PPKn diharapkan mampu menggunakan seni mengajarnya (art of teaching) untuk melakukan pengambilan keputusan transacsional (seketika) pada saat pembelajaran berlangsung di kelas.

 

Pembentukan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2 dapat dilakukan secara tidak langsung sebagai dampak pengiring maupun secara langsung sebagai dampak instruksional yang kedua-duanya dapat dilakukan, baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Dengan demikian, didalam diri peserta didik akan tertanam nilai-nilai seperti; menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum; mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia; mengamalkan nilai dan budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

Akhirnya dalam diri peserta didik akan terinternalisasi (tertanam) nilai-nilai keadaban Pancasila melalui pembentukan karakter baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaat berbagai sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran guna pembentukan sikap dan penanaman nilai dan moral Pancasila dan pilar kebangsaan lainnya dalam mata pelajaran PPKn diharapkan dapat tercapai.

 

Pendekatan pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses pembangunan pengetahuan, keterampilan, sikap spiritual dan sikap sosial melalui transformasi pengalaman empirik dan pemaknaan konseptual terhadap sumber nilai, instrumentasi dan fraksis nilai dan moral yang bersumber dari empat pilar kebangsaan. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai variasi kegiatan belajar dan pembelajaran yang menekankan pada hal-hal antara lain sebagai berikut:

·         Meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder) terkait hal-hal baik yang bersifat empirik maupun konseptual;

·         Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation) dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya yang bersifat kasat mata tetapi juga yang syarat makna;

·         Melakukan analisis (Push for analysis) untuk mendapatkan keyakinan nilai dan moral yang berujung pada pemilikan karakter tertentu dan

·         Berkomunikasi (Require communication), baik yang bersifat intrapersonal (berkomunikasi dalam dirinya) / kontemplasi maupun interpersonal mengenai hal yang terpikirkan maupun yang bersifat meta kognitif.

 

Dalam pembelajaran PPKn perlu dipahami hubungan konseptual dan fungsional strategi serta metode pembelajaran dengan pendekatan dan model pembelajaran. Secara umum strategi pembelajaran dalam PPKn yang dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa dalam menguasai kompetensi secara utuh (KI-3, KI-4, KI-2, KI-1) secara utuh melalui pembelajaran yang bersifat otentik. Pembelajaran PPKn dapat menggunakan strategi dan metode yang sudah dikenal selama ini, seperti Jigsaw, Strategi Reading Guide (Membaca Buku Ajar), Information Search (Mencari Informasi), dan sebagainya. Secara khusus pembelajaran PPKn mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PPKn. Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling baik, karena setiap strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Strategi pembelajaran yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu belum tentu baik dan tepat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lain. ltulah sebabnya, seorang pendidik diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memilih alternatif strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

 

Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan sebuah rancangan yang

mengkaitkan antara KI, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran sehingga akan menghasilkan rancangan pembelajaran yang integratif. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan sesuai dengan permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses.

 

4.      Penilaian

 

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar, adalah sebagai berikut :

a.         Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.

b.         Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.

c.         Meningkatkan motivasi belajar siswa.

d.         Evaluasi diri terhadap kinerja siswa

 

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleg guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mempu mengungkapkan, membuktikan atu menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dukuasai dan dicapai. Beberapa karakteristik penilaian otentik sebagai berikut :

1)     Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran, bukan terpisah dari proses pembelajaran.

2)     Penilaian mencerminkan hasil proses pembelajaran pada kehidupan nyata, tidak berdasarkan pada kondisi yang ada di sekolah.

3)     Menggunakan bermacam-macam insttrumen, pengukuran dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

4)     Penilaian bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua ranah sikap, pemngetahuan, dan keterampilan.

5)     Penilaian mencakup penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar.

 

 

B.     Analisis KD

 

No.

Kompetensi Dasar

Kelas/

semester

Level Kognitif

3.2

Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan

X/Ganjil

C-4

3.6

Menganalisis ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang ideologi, politik, ekonomi,

sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

X/Genap

C-4

3.2

Mengkaji sistem dan dinamika

demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

XI/Ganjil

C-4

3.4

Menganalisis dinamika peran

Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

XI/Genap

C-4

3.2

Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian

XII/Ganjil

C-5

3.4

Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

XII/Genap

C-5

 

 

C.      Contoh Stimulus

 

STIMULUS PPKn

 

NO.

KOMPETENSI DASAR

STIMULUS

KEMAMPUAN YANG DIUJI

TAHAPAN BERPIKIR

1

3.2 Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan

Disajikan ilustrasi tentang status kewarganegaraan

Menganalisis berdasarkan berdasarkan UU kewarganegaran yang berlaku

· Menelaah konsep kewarganegaraan yang berlaku sesuai dengan ilustrasi yang disajikan

· Menginterpretasi kasus berdasarkan UU Kewarganegaraan yang berlaku

· Menarik kesimpulan status kewarganegaraan yang sesuai dengan UU Kewarganegaraan yang berlaku

2

3.6 Menganalisis ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang ideologi, politik, ekonomi,

sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

 

Disajikan ilustrasi tentang ancaman negara dalam bidang Ideologi dan upaya untuk menyelesaikannya

 

Menganalisis bentuk ancaman terhadap negara di era digital

·  Menguraikan bentuk ancaman terhadap negara di era digital

· Mencari upaya dan solusi terbaik mengatasi ancaman terhadap negara di era digital

· Menghubungkan informasi untuk mengambil keputusan dalam mengatasi ancaman Ideologi di era digital

3

3.2. Mengkaji sistem dan dinamika

demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Disajikan ilustrasi atau gambar tata cara pemungutan suara pelaksanaan Pemilu tahun 2019

Mengkaji dinamika demokrasi Pancaila dalam pelaksanaan pemilu tahun 2019

· Menelaah Pelaksanaan PEMILU 2019 yang  diilustrasikan dalam sajian

· Mengkaji sistim demokrasi Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945

· Menyimpulkan pelaksanaan PEMILU sesuai dengan UUD  1945

4

3.4 Menganalisis dinamika peran

Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

 

Disajikan data peran Indonesia dalam perdamaian dunia

 

Kemampuan menyelesaikan masalah perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

· Mengkaji data yangditampilkan terkait dengan peran Indonesia dalam perdamaian dunia

· Menelaah isi pasal dalam UUD NRI 1945 yang terkait dengan peran Indonesia dalam perdamaian dunia

· Menyelesaikan masalah terkait dengan  peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

5

3.2. Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian

Disajikan ilustrasi dalam sebuah peristiwa fakta persidangan

Mengambil keputusan tentang fakta persidangan

· Menguraikan fungsi hukum dalam menjamin keadilan dan kedamaian

· Menginterpretasikan  makna  fakta hukum yang terjadihukum dalam kehidupan sehari-hari

· Menarik kesimpulan dalam berbagai peristiwa

6

3.4. Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 

Disajikan ilustrasi kondisi nyata persoalan dalam menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 

Nilai-nilai persatuan yang harus dijaga dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

·  Mengkaji nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa

· Menganalisis kondisi nyata persoalan bangsa pada saat ini

· Memberikan solusi terbaik dalam menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 

D.     Penjabaran KD menjadi Indikator Soal

 

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1.         kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;

2.         kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;

3.         kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan

4.         kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

 

Kompetensi dasar (KD) merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti;  KD terdiri dari 2 komponen utama yaitu Kemampuan dengan tahapan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Materi Pokok: memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan.

Contoh KD:

3.2      Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan.

 

Pengembangan Indikator

Indikator adalah penanda perilaku (sikap, pengetahuan dan keterampilan) terkait isi yang akan digunakan guru sebagai landasan pembelajaran. Indikator dalam RPP harus dirumuskan dengan jelas dan disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai penguasaan kompetensi.

Indikator dijadikan acuan dalam membuat soal. Di dalam indikator tergambar level kognitif yang harus dicapai dalam KD. Kriteria perumusan indikator:

1.         Memuat ciri-ciri KD yang akan diukur.

2.         Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur (satu kata kerja operasional untuk soal pilihan ganda, satu atau lebih dari satu kata kerja operasional untuk soal uraian).

3.         Berkaitan dengan materi/konsep yang dipilih.

4.         Dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.

 

Komponen-komponen indikator soal yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan diukur, dan kondisi/konteks/stimulus.

 

Jenis-jenis indikator soal

 

Indikator soal terbuka: penulis soal dapat berimprovisasi secara bebas untuk mengembangkan butir soal. Indikator soal tertutup: umumnya digunakan untuk penyusunan butir soal dalam beberapa paket paralel, sehingga harus memenuhi persyaratan sbb.

1.       Kesetaraan konten (materi yang diujikan).

2.       Kesetaraan tingkat kesukaran (judgement).

3.       Kesetaraan konteks (rumusan butir soal, kompleksitas)..

 

 

Contoh Penjabaran KD Menjadi Indikator Soal

No.

Kompetensi Dasar

Indikator Soal

3.2

Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan.

Disajikan ilustrasi tentang kasus kewarganegaraan peserta didik dapat menyimpulkan sesuai UU kewarganegaraan yang berlaku.

3.6

Menganalisis ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Disajikan gambar dan berita kasus Cyber Crime, peserta didik dapat memberikan pendapat tentang cara mencegah maraknya masalah tersebut

3.2

Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Disajikan ilustrasi Pelaksanaan Pemilu tahun 2019 peserta didik dapat mengevalusi pelaksanaan Pemilu serentak

3.4

Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

Disajikan data peran Indonesia dalam perdamaian dunia peserta didik dapat mengkaji peran tersebut berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

3.2

Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian

Disajikan sebuah ilustrasi dalam sebuah peristiwa fakta persidangan peserta didik dapat menarik kesimpulan hukum untuk menjamin keadilan

3.4

Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Disajikan ilustrasi kondisi nyata persoalan atau konflik horisontal peserta dapat memberikan solusi sesuai dengan Nilai-nilai persatuan Indoensia

 

 

E.      Menyusun Kisi-kisi

1.      Pengertian kisi-kisi

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks berisi informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis atau merakit soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Bila beberapa penulis soal menggunakan satu kisi-kisi, akan dihasilkan soal-soal yang relatif sama (paralel) dari tingkat kedalaman dan cakupan materi yang ditanyakan.

 

2.      Syarat kisi-kisi

Kisi-kisi tes prestasi akademik harus memenuhi persyaratan berikut:

1)   Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.

2)   Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.

3)   Indikator soal harus jelas dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.

 

3.      Komponen kisi-kisi

Komponen-komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi disesuaikan dengan tujuan tes. Komponen kisi-kisi terdiri atas komponen identitas dan komponen matriks. Komponen identitas diletakkan di atas komponen matriks. Komponen identitas meliputi jenis/jenjang sekolah, peminatan, mata pelajaran, tahun ajaran, kurikulum yang diacu, alokasi waktu, jumlah soal, dan bentuk soal. Komponen-komponen matriks berisi kompetensi dasar yang diambil dari kurikulum, kelas dan semester, materi, indikator, level kognitif, dan nomor soal.


 

KISI-KISI SOAL HOTS

 

Mata Pelajaran       : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

No.

Kompetensi Dasar

Materi

Kelas/ Semester

Indikator Soal

Level Kognitif

Bentuk Soal

No. Soal

1

Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan.

Asas kewarganegaraan

X/1

Disajikan ilustrasi tentang kasus kewarganegaraan peserta didik dapat menyimpulkan sesuai UU kewarganegaraan yang berlaku

3/

Uraian

1

2

Menganalisis ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang ideologi, politik, ekonomi,sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Ancaman digital di bidang Ideologi

X/II

Disajikan gambar dan berita kasus Cyber Crime, peserta didik dapat memberikan pendapat tentang cara mencegah maraknya masalah tersebut

3

Uraian

2

3

Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Dinamika demokrasi Pancasila

XI/1

Disajikan ilustrasi Pelaksanaan Pemilu tahun 2019 peserta didik dapat mengevalusi pelaksanaan Pemilu serentak

3

 

Uraian

3

4

Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

peran Indonesia dalam perdamaian dunia

XI/II

Disajikan data peran Indonesia dalam perdamaian dunia peserta didik dapat mengkaji peran tersebut berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

3

PG

4

5

Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian

Peristiwa persidangan hukum untuk menjamin keadilan

XII/1

Disajikan sebuah ilustrasi dalam sebuah peristiwa fakta persidangan peserta didik dapat menarik kesimpulan hukum untuk menjamin keadilan

3

PG

5

6

Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dinamika persatuan dan kesatuan bangsa

XII/II

Disajikan ilustrasi kondisi nyata persoalan atau konflik horisontal peserta dapat memberikan solusi sesuai dengan Nilai-nilai persatuan Indoensia

3

PG

6

..............................., .........................

Mengetahui                                                                                                                            Koordinator MGMP .....................................

Kepala SMA .........................................

 

 

 

................................................................                                                                                                ............................................................

NIP.                                                                                                                                         NIP.


                       

KARTU  SOAL

(Uraian)

 

Mata Pelajaran             : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas/Semester           : X/ Ganjil

Kurikulum                       : Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar

:

3.2.    Menelaah ketentuan Undang- Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, serta pertahanan dan keamanan

Materi

:

Azas Kewarganegaraan

Indikator Soal

:

Disajikan kasus kewarganegaraan, peserta didik dapat memberikan pendapatnya tentang kasus tersebut sesuai ketentuan Undang-Undang Kewarganegaraan

Level Kognitif

:

3

Nomor Soal

:

1

 

1.      Perhatikan penggalan berita tentang kasus kewarganegaraan yang dialami oleh Gloria Natapradja!.

 

 

1.       Dari kasus diatas jelaskan mengapa  Gloria Natapradja masih memegang paspor Prancis dan dicoret dari daftar pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) di Istana Negara?

 

Kunci Jawaban:

  1. Karena menurut UU kewarganegaraan nomor UU No. 10 Tahun 2016 tentang perubahan ke-2 UU no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan, seseorang akan kehilangan kewarganegaraan Indonesia jika memiliki paspor negara lain
  2. Status kewarganegaraan bagi anak dari perkawinan campuran antara WNI dan WNA sudah diatur dalam pasal 8 bab 3 UU No 12/2006 tentang kewargangaraan
  3. Menurut UU Nomor 12/2006 pasal 4 huruf d mengakui dua kewarganegaraan anak sekaligus hingga usia 18 tahun (asas kewarganegaraan ganda terbatas sebagaimana diatur pasal 6 ayat 1), tapi untuk anak yang lahir setelah 2006.
  4. Bagi anak yang lahir sebelum 2006, harusnya mendaftarkan diri dalam jangka waktu 4th sth 2006 jika ingin menjadi WNI
  5. Karena sudah terlambat maka harus melalui pewarganegaraan atau naturalisasi, jika ingin menjadi WNI.

 

Keterangan:

Deskripsikan alur berpikir yang diperlukan untuk menjawab soal ini adalah transformasi konsep,. Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa soal ini merupakan soal HOTS.

Pedoman perskoran:

No

Jawaban

Skor

1

Karena menurut UU kewarganegaraan nomor

UU No. 10 Tahun 2016 tentang perubahan ke-2 UU no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan, seseorang akan kehilangan kewarganegaraan Indonesia jika memiliki paspor negara lain

1

2

tatus kewarganegaraan bagi anak dari perkawinan campuran antara WNI dan WNA sudah diatur dalam pasal 8 bab 3 UU No 12/2006 tentang kewargangaraan

1

3

Menurut UU Nomor 12/2006 pasal 4 huruf d mengakui dua kewarganegaraan anak sekaligus hingga usia 18 tahun (asas kewarganegaraan ganda terbatas sebagaimana diatur pasal 6 ayat 1), tapi untuk anak yang lahir setelah 2006.

1

4

Bagi anak yang lahir sebelum 2006, harusnya mendaftarkan diri dalam jangka waktu 4th sth 2006 jika ingin menjadi WNI

1

5

Karena sudah terlambat maka harus melalui pewarganegaraan atau naturalisasi, jika ingin menjadi WNI.

1

 

Jumah Skor maksimal

5

 

 

 

 

 

 

 


KARTU  SOAL

(Uraian)

 

Mata Pelajaran                             : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas/Semester                           : X/ Genap

Kurikulum                                       : Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar

:

3.6.   Menganalisis ancaman terhadap negara dan upaya penyelesaiannya di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Materi

:

Ancaman digital dibidang idiologi

Indikator Soal

:

Disajikan gambar dan berita kasus Cyber Crime, peserta didik dapat memberikan pendapat tentang cara mencegah maraknya masalah tersebut.

Level Kognitif

:

3

Nomor Soal

:

2

 

4.   Perhatikan gambar dan berita berikut ini!.

 

 

 

 

Cyber Crime Mabes Polri Telusuri Penyebar Hoaks Teroganisir

HUKRIM  RABU, 27 MARET 2019 , 14:37:00 WIB | LAPORAN: IMAM RAHMAYADI

Hal ini disampaikan Kasubdit Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri Kombes Pol Dani Kustoni dalam seminar nasional "Penegakan Hukum Terhadap Penyebar Berita Hoax Menghadapai Pemilu 2019" bertempat di Wisma Perdamaian, Rabu (27/3).

Mantan Dirnarkoba Polda Jateng menambahkan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan penyidikan terkait dugaan masifnya berita hoaks menjelang Pemilu 2019 ini. 

"Masih kita telusuri jaringan penyebar hoaks, termasuk apakah melibatkan organisasi dari luar negri atau orang expert yang meniru. ini udah masuk ranah intelejen. Ada beberapa kendala terkait hal tersebut," imbuhnya.

Dalam tahun 2018 lalu Direktorat Cyber Crime sekitar 2 ribuan akun anonim penyebar hoaks yang sudah dinon aktifkan, sementara untuk kasus hoaks sendiri setidaknya ada 267 kasus.

"Sedang tahun 2019 ini setidaknya ada enam berkas yang masih kita sidik, salah satunya hoaks tujuh kontainer yang berisi surat suara yang sudah tercoblos," pungkasnya. [hen]

 

Dari kasus dan gambar tersebut, seandaianya Anda sebagai pemegang kebijakan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semakin maraknya Cyber Crime !

 

 

Kunci Jawaban:

1.       Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh

2.       Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan sebaik – baiknya.

3.       Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik – baiknya.

4.       Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, serta sosial budaya bangsa.

5.      Pandai-pandai dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk hal-hal yang positif.

 

Keterangan:

Deskripsikan alur berpikir yang diperlukan untuk menjawab soal ini, misalnya transformasi konsep, mencari hubungan antar informasi, menyimpulkan, dan lain-lain. Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa soal ini merupakan soal HOTS.

Pedoman perskoran dan rubrik penilaian :

No

Kata kunci

Skor

1

Menumbuhkan semangat nasionalisme

1

2

Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila

1

3

Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik – baiknya

1

4

Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,ekonomi,serta sosial budaya bangsa.

1

5

Pandai-pandai dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk hal-hal yang positif.

 

1

 

Jumah Skor maksimal

5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KARTU  SOAL

(URAIAN)

Mata Pelajaran             : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas/Semester           : XI/ Ganjil

Kurikulum                       : Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar

:

4.2.    Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Materi

:

Dinamika Demokrasi Indonesia

Indikator Soal

:

Disajikan ilustrasi Pelaksanaan Pemilu tahun 2019 peserta didik dapat mengevalusi pelaksanaan Pemilu serentak

Level Kognitif

:

3

Nomor Soal

:

3

 

Perhatikan

Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 yang meninggal dunia terus bertambah. Data sementara secara keseluruhan petugas yang tewas mencapai 554 orang, baik dari pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) maupun personel Polri.

Berdasarkan data KPU per Sabtu (4/5) pukul 16.00 WIB, jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sebanyak 440 orang. Sementara petugas yang sakit 3.788 orang.

Dengan kejadian tersebut ada yang mengusulkan supaya pemilu ke depannya diselenggarakan dalam tiga tahapan. Hal ini sebagai alternatif dari pemilu serentak yang dirasa tidak efisien. Tiga jenis pemilu tersebut yakni pemisahan antara pilpres, pileg pusat dan daerah, serta pilkada. cara ini akan lebih efisien dibandingkan pemilu serenta
k.

 

Menyimak kasus tersebut, berikan alternatif atau solusi untuk pelaksanaan Pemilu ke depan demi demokrasi Indonesia yang lebih baik ?

 

Kunci Jawaban:

Alternatif

Pola Pemilu

Keterangan

1

Serentak dan satu kali

Butuh banyak orang yang terlibat dan membutuhkan SDM yang handal

2

Pisahkan antara Pemilihan Presiden dengan Pemilihan Legislatif

Pelaksanaan lebih fokus baik pelaksana(KPU) maupun masyarakat pada saat memberikan suara

3

Pemilihan menjadi 3 tahapan

1.       Pemilihan Presiden

2.       Pemilihan Legislatif pusat dan daerah

3.       Pemilihan kepala Daerah

Dengan pemilihan yang terpisah rakyat lebih mengenal siapa yang akan dipilihnya

 

Keterangan:

Soal tersebut masuk kategori HOTS karena peserta didik diharapkan mampu mengembangkan daya evaluasi terhadap kondisi nyata dan mampu memberikan pilihan solusi terhadap persoalan yang ada.

 

 

 

 

 

 

KARTU  SOAL

(PILIHAN GANDA)

 

Mata Pelajaran             : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas/Semester           : XI/ Genap

Kurikulum                       : Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar

:

3.2.     Menganalisis dinamika peran Indonesia dalam perdamaian dunia sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

Materi

:

Peran Indonesia dalam perdamaian dunia

Indikator Soal

:

Disajikan data peran Indonesia dalam perdamaian dunia peserta didik dapat mengkaji peran tersebut berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Level Kognitif

:

3

Nomor Soal

:

4

 

Perhatikan data di bawah ini

 

Peran Indonesia di PBB

( A )

Peran di ASEAN

( B )

1.         Adam Malik menjabat sebagai ketua sidang Majelis Umum PBB

2.         mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara yang mengalami konflik

3.         terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB

4.         Indonesia kemudian terpilih kembali menjadi anggota Dewan HAM

 

1.    memegang peranan penting dalam hal keamanan dan stabilitas di Asia Tenggara

2.    Indonesia selalu aktif berpartisipasi dalam setiap penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

3.    Negara-negara ASEAN menyepakati gedung sekretariat ASEAN bertempat di Jakarta

 

 

Berdasarkan data diatas jika berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, peran tersebut diimplementasikan pada nomor ....

 

A.      A (1), A (2), dan B (1)

B.      A (1), A (3), dan B (2)

C.       A (2), A (3), dan B (1)

D.      A (3), A (4), dan B (3)

E.      A (4), A (1), dan B (2)

 

 

Kunci Jawaban: C

 

Keterangan:

Soal ini masuk dalam kategori HOTS karena peserta didik harus mampu menghubungkan konsep tentang politik luar negeri bebas aktif dan implementasinya dalam hubungan internasional.


KARTU  SOAL

(PILIHAN GANDA)

 

Mata Pelajaran             : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas/Semester           : XII/ Ganjil

Kurikulum                       : Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar

:

3.2.        Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian

Materi

:

Hukum untuk menjamin keadilan

Indikator Soal

:

Disajikan sebuah ilustrasi dalam sebuah peristiwa fakta persidangan peserta didik dapat menarik kesimpulan hukum untuk menjamin keadilan

Level Kognitif

:

3

Nomor Soal

:

5

 

Perhatikan  kasus di bawah ini

Bahaya paling besar yang dapat mengancam stabilitas nasional adalah apabila masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap upaya penegakan hukum, yang tak mampu menghadirkan rasa ke-adilan dan keseimbangan keadilan di hati masyarakat. Potret yang merisaukan masih saja tampak di depan mata kita, yakni begitu seringnya penegakan hukum justru dilakukan dengan cara-cara yang melanggar asas dan aturan hukum.

Contoh yang mutakhir adalah kasus Baiq Nuril, guru di Mataram. Mahkamah Agung menerima permohonan jaksa dan menghukum Nuril enam bulan penjara. Padahal putusan Pengadilan Negeri adalah bebas dari dakwaan. Hal ini jelas melanggar Pasal 244 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang menyebutkan, "Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung, kecuali terhadap putusan bebas." Artinya, putusan bebas tak boleh digugat ke tingkat kasasi. Jadi, putusan MA ini melanggar kepastian hukum dan langsung menjadi putusan yang tidak adil.

Berdasarkan kasus diatas dalam penegakan hukum pada bagian mana yang belum mencerminkan tujuan hukum....

 

A.      Mahkamah Agung memutuskan bu Nuril bebas dari dakwaan

B.      Jaksa penuntut umum mengajukan perkara ke Mahkamah Agung

C.       Bu Baiq Nuril diputuskan bebas dari dakwaan oleh Pengadilan Negeri

D.      Putusan bebas oleh Pengadilan Negeri tak boleh digugat ke tingkat kasasi

E.      Mahkamah Agung menerima permohonan jaksa dan menghukum bu Nuril enam bulan penjara

 

Kunci Jawaban: E

 

Keterangan:

Soal ini masuk dalam kategori HOTS karena peserta didik harus mampu menginterpretasi kasus kedalam konsep tertentu.

 

 

 


KARTU  SOAL

(PILIHAN GANDA)

 

Mata Pelajaran             : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas/Semester           : XII/ Genap

Kurikulum                       : Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar

:

3.4. Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Materi

:

Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa

Indikator Soal

:

Disajikan ilustrasi kondisi nyata persoalan atau konflik horisontal peserta dapat memberikan solusi sesuai dengan Nilai-nilai persatuan Indoensia

Level Kognitif

:

3

Nomor Soal

:

6

 

Perhatikan  ilustrasi di bawah ini

Konflik horisontal yang terjadi di Indonesia membesar karena dipicu oleh perbedaan. Konflik Sampit dan Sambas membesar karena ada perbedaan suku. Konflik Ambon membesar karena perbedaan agama. Konflik Sampang membesar karena adanya perbedaan aliran atau mazhab. Jika dipelajari, pemicu dari konflik-konflik tersebut adalah hal-hal kecil, yang dapat dikategorikan kasus kriminal biasa. Namun karena sentimen SARA maka perkara kecil dibesar-besarkan dan perbedaan SARA menjadi katalisator. Untuk mencegah konflik/kerusuhan horizontal yang disebabkan faktor SARA, maka harus ada daya pemersatu di masyarakat. Negara harus menciptkan daya pemersatu yang kuat dan tidak mudah ditembus oleh sentimen SARA.

Daya pemersatu yang harus ditumbuhkembangkan adalah sebagai bentuk pelaksanaan Nilai-nilai Pancasila....

A.      Mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain

B.      Membina kerukunan hidup antar sesama umat agama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

C.       Nasionalisme yang melemah di Indonesia menyebabkan perbedaan menjadi penting dan dianggap sebagai hal yang kurang bisa diterima

D.      Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

E.      Menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.

 

Kunci Jawaban: E

 

Keterangan:

Soal ini masuk dalam kategori HOTS karena peserta didik harus mampu mentransfer konsep dari konflik horisontal ke konsep pelaksanaan Nilai persatuan bangsa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

STRATEGI IMPLEMENTASI

 

A.     Strategi

Strategi pembelajaran dan penilaian HOTS dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing.

 

1.    Pusat

 

Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam pembinaan SMA di seluruh Indonesia, mengkoordinasikan strategi pembelajaran dan penilaian HOTS dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

 

a.   Merumuskan kebijakan pembelajaran dan penilaian HOTS;

b.   Menyiapkan bahan berupa panduan pembelajaran dan penilaian HOTS;

c.   Melaksanakan pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru terkait dengan strategi pembelajaran dan penilaian HOTS;

d.   Melaksanakan pendampingan ke sekolah-sekolah bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya.

 

2.    Dinas Pendidikan

 

Dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kewenangannya di daerah, menindaklanjuti kebijakan pendidikan di tingkat pusat dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

 

a.     Mensosialisasikan kebijakan pembelajaran dan penilaian HOTS dan implementasinya dalam penilaian hasil belajar;

b.    Memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan penilaian HOTS dalam rangka persiapan penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar;

c.     Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah dengan melibatkan pengawas sekolah.

 

3.    Sekolah

 

Sekolah sebagai pelaksana teknis pembelajaran dan penilaian HOTS, merupakan salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam konteks pelaksanaan penilaian hasil belajar, sekolah menyiapkan bahan-bahan dalam bentuk soal-soal yang memuat soal-soal HOTS. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain sebagai berikut.

 

a.     Meningkatkan pemahaman guru tentang pembelajaran dan penilaian yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

 

b.    Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian (High Order Thinking Skills/HOTS) terkait dengan penyiapan bahan penilaian hasil belajar.

 

B.     Implementasi

 

Pembelajaran dan penilaian HOTS di tingkat sekolah dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.

1.       Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah tentang strategi pembelajaran dan penilaian HOTS yang mencakup:

 

a.                  Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;

b.                 Menyusun kisi-kisi soal HOTS;

c.                  Menulis butir soal HOTS;

d.                 Membuat kunci jawaban atau pedoman penskoran penilaian HOTS;

e.                  Menelaah dan memperbaiki butir soal HOTS;

f.                   Menggunakan beberapa soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.

 

2.         Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan;

 

3.         Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan;

4.         Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari kepala sekolah;

 

5.         Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;

 

6.         Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Brookhart, Susan M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skill In Your Class

Virginia USA: Alexandria.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Schunk, Dale H., Pintrici, Paul R., & Meece, Judith L. (2008). Motivation in Education:

Theory, Research, and Applications Third Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Widana, I Wayan. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Journal of

Indonesia Student Assessment and Evaluation (JISAE). http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jisae/article/view/4859, Vol. 3 No. 1 February 2017, pp. 32-44. ISSN: 2442-4919.

Widana, I Wayan, dkk. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Widana, I., Parwata, I., Parmithi, N., Jayantika, I., Sukendra, K., & Sumandya, I. (2018). Higher Order Thinking Skills Assessment towards Critical Thinking on Mathematics Lesson. International Journal Of Social Sciences And Humanities (IJSSH), 2(1), 24-32. doi:10.29332/ijssh.v2n1.74

http://www.rmoljateng.com/read/2019/03/27/17839/Cyber-Crime-Mabes-Polri-Telusuri-Penyebar-Hoaks-Teroganisir-

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170901062211-20-238810/cerita-gloria-natapradja-soal-kewarganegaraan-ganda

https://www.liputan6.com/bisnis/read/2405369/pasir-laut-ri-diselundupkan-ke-singapura-untuk-perluas-wilayah

http://www.neraca.co.id/article/72693/mengapa-konflik-horizontal-mudah-terjadi-di-indonesia

https://news.detik.com/berita/d-4534784/412-petugas-kpps-meninggal-fadli-zon-kelelahan-atau-ada-tekanan

 

Data Penulis

  1. Dra. Vipti Retna Nugraheni, M.Ed. (SMAN 1 Kokap)
  2. Ujang Suherman, M.Pd. (SMAN 1 Jakarta)


Lampiran

 

 

Lampiran 1.

 

 

 

 

 

FORMAT KISI-KISI SOAL HOTS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mata Pelajaran

: .................................................

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No.

 

 

Kompetensi Dasar

 

 

Materi

 

 

Kelas/

 

 

Indikator Soal

 

 

Level

 

 

Bentuk

 

 

No.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Soal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Semester

 

 

 

 

Kognitif

 

 

Soal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Mengetahui

 

Kepala SMA .........................................


..............................., ....................................

Koordinator MGMP .....................................


 

 

 

................................................................

NIP.

 

 

 

 

 

................................................................

NIP.


Lampiran 2.

 

KARTU SOAL

 

(PILIHAN GANDA)

Mata Pelajaran

: ........................................

Kelas/Semester

: ........................................

Kurikulum

: ........................................

Kompetensi Dasar

:

Materi

:

Indikator Soal

:

Level Kognitif

:

Soal:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jawaban :

 

Keterangan

 

 

 

 

Lampiran 3.

INSTRUMEN TELAAH SOAL HOTS

BENTUK TES PILIHAN GANDA

Nama Pengembang Soal              : ......................

Mata Pelajaran                                 : ......................

Kls/Prog/Peminatan                    : ......................                                       

No.

Aspek yang ditelaah

Butir Soal*)

1

2

3

4

5

A.

1.

Materi

Soal sesuai dengan indikator.

 

 

 

 

 

2.

Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong siswa untuk membaca).

 

 

 

 

 

3.

Soal menggunakan stimulus yang kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia nyata)

 

 

 

 

 

4.

Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi, mencipta).

 

 

 

 

 

5.

Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.

 

 

 

 

 

6.

Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.

 

 

 

 

 

7.

Pilihan jawaban homogen dan logis.

 

 

 

 

 

8.

Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.

 

 

 

 

 

 

B.

9.

 

Konstruksi

Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.

 

 

 

 

 

10.

Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

 

 

 

 

 

11.

Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.

 

 

 

 

 

12.

Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.

 

 

 

 

 

13.

Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi.

 

 

 

 

 

14.

Panjang pilihan jawaban relatif sama.

 

 

 

 

 

15.

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar" dan sejenisnya.

 

 

 

 

 

16.

Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.

 

 

 

 

 

17.

Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

 

 

 

 

 

 

C.

18.

 

Bahasa

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai kaidahnya.

 

 

 

 

 

19.

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.

 

 

 

 

 

20.

Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.

 

 

 

 

 

21.

Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.

 

 

 

 

 

D.

Aturan Tambahan

 

 

 

 

 

 

Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda, dan Kekerasan).

 

 

 

 

 

*) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang ( ) bila soal sesuai dengan kaidah atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah.

 

................., ..............................

Penelaah

 

 

 

...........................................

NIP.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

INSTRUMEN TELAAH SOAL HOTS

BENTUK TES URAIAN

 

Nama Pengembang Soal              : ......................

Mata Pelajaran                                 : ......................

Kls/Prog/Peminatan                    : ......................       

  No.

Aspek yang ditelaah

Butir Soal*)

1

2

3

4

5

A.

1.

Materi

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk Uraian).

 

 

 

 

 

2.

Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong siswa untuk membaca).

 

 

 

 

 

3.

Soal menggunakan stimulus yang kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia nyata)

 

 

 

 

 

4.

Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi, mencipta).

 

 

 

 

 

5.

Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.

 

 

 

 

 

6.

Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.

 

 

 

 

 

 

B.

7.

 

Konstruksi

Rumusan kalimat soal  atau pertanyaan menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.

 

 

 

 

 

8.

Memuat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

 

 

 

 

 

9.

Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.

 

 

 

 

 

10.

Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi.

 

 

 

 

 

11.

Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

 

 

 

 

 

 

C.

12.

 

Bahasa

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai kaidahnya.

 

 

 

 

 

13.

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

 

 

 

 

 

14.

Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.

 

 

 

 

 

D.

Aturan Tambahan

 

 

 

 

 

 

Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Anatargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda, dan Kekerasan).

 

 

 

 

 

*) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang ( ) bila soal sesuai dengan kaidah atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah.

................., ..............................

Penelaah

 

 

..........................................

NIP.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


SUPERVISI AKADEMIK

 

 

 

 

 

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan

Kepala Sekolah

 

 

 

 

 

 

 

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT JENDERAL

PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

2010



SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL

PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

 

Di dalam pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah yang merupakan agenda dari program 100 hari Mendiknas, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK)  telah   menyusun materi untuk penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Di dalam pengembangan materi tersebut  telah mengacu kepada standar kepala sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007. Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Tenaga Kependidikan atas dihasilkannya materi penguatan kemampuan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi kepala sekolah. 

Materi ini diharapkan  dapat dijadikan referensi bagi individu kepala sekolah dan lembaga yang terkait dalam  penguatan kemampuan kepala sekolah di Propinsi dan Kab/Kota. Berbagai pihak yang ingin berkontribusi terhadap program penguatan kepala sekolah dapat memperkaya dengan berbagai referensi dan khasanah bacaan lainnya untuk mewujudkan kepala sekolah yang profesional dan akuntabel.

Semoga semua usaha kita untuk  penguatan kemampuan kepala sekolah sesuai dengan standar kepala sekolah   sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007 dapat diwujudkan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dan menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, inovatif dan berpikir kritis.

 

Jakarta,     Januari 2010

Direktur Jenderal PMPTK

 

 

Prof. Dr. Baedhowi, M.Si

NIP. 19490828 197903 1 001


 


KATA PENGANTAR

 

Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan standar kepala sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No 13 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen kompetensi kepala sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 13 tahun 2007.

Materi yang telah disusun ini merupakan bagian dari rencana pelaksanaan  program penguatan kepala sekolah, program kedua dari delapan program 100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan kepala sekolah sangat penting mengingat peran strategis kepala sekolah di dalam proses peningkatan mutu pendidikan.

Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi peningkatan kompetensi kepala sekolah sesuai yang diamanahkan Permendiknas No 13 tahun 2007.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi usaha peningkatan kompetensi kepala sekolah. Berbagai pihak yang terkait dengan penguatan kemampuan kepala sekolah dapat memperkaya dengan materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kompetensi kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun 2007.

Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan kepala sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia.

 

Jakarta,     Januari 2010

Direktur Tenaga Kependidikan

                                                                                                                                               

                                                                                               

Surya Dharma, MPA, Ph.D

19530927 197903 1 001


 


DAFTAR ISI

 

 

SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ...................................................................

i

KATA PENGANTAR ..................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

v

PENDAHULUAN

1

 

A. Latar Belakang ................................................................................

1

 

B. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik .......................................

2

 

C. Deskripsi Materi Pelatihan ..............................................................

2

 

D. Langkah-langkah Mempelajari Materi Pelatihan ............................

3

KEGIATAN BELAJAR 1 : KONSEP SUPERVISI AKADEMIK .................

5

 

A. Pengantar ........................................................................................

5

 

B. Uraian ..............................................................................................

7

 

C. Contoh ............................................................................................

9

 

D. Latihan/Tugas .................................................................................

11

 

E. Ringkasan .......................................................................................

12

 

F. Refleksi ............................................................................................

12

KEGIATAN BELAJAR 2 : KONSEP PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK ............................................................................

14

 

A. Pengantar ........................................................................................

14

 

B. Uraian ..............................................................................................

15

 

C. Contoh ............................................................................................

20

 

D. Latihan ............................................................................................

20

 

E. Ringkasan .......................................................................................

21

 

F. Refleksi ............................................................................................

21

KEGIATAN BELAJAR 3 : TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK ....

23

 

A. Pengantar ........................................................................................

23

 

B. Uraian ..............................................................................................

24

 

C. Contoh ............................................................................................

30

 

D. Latihan/Tugas ................................................................................

30

 

E. Ringkasan .......................................................................................

31

 

F. Refleksi. ...........................................................................................

31

KEGIATAN BELAJAR 4 : KONSEP SUPERVISI KLINIS .........................

33

 

A. Pengantar ........................................................................................

33

 

B. Uraian ..............................................................................................

34

 

C. Contoh ............................................................................................

36

 

D. Latihan/Tugas .................................................................................

37

 

E. Ringkasan ......................................................................................

37

 

F. Refleksi ............................................................................................

38

KEGIATAN BELAJAR 5 : KONSEP TINDAK LANJUT HASIL SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU ...........................................

40

 

A. Pengantar .......................................................................................

40

 

B. Uraian ..............................................................................................

41

 

C. Contoh ............................................................................................

44

 

D. Latihan/Tugas .................................................................................

44

 

E. Ringkasan .......................................................................................

45

 

F. Refleksi ............................................................................................

46

 

G. Rencana Aksi .................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA

 

LAMPIRAN

 

 


PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah  menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah   harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.

Sosialisasi dan bimbingan supervisi akademik yang telah dilaksanakan selama ini ternyata masih belum memadai untuk menjangkau seluruh kepala sekolah/madrasah dalam waktu yang relatif singkat. Intensitas dan kedalaman penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini karena terbatasnya waktu.

Berdasarkan kenyataan tersebut dan demi mendukung peran kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah maka dibutuhkan kepala sekolah/madrasah yang kuat. Dengan kepala sekolah/madrasah yang kuat diharapkan dapat membimbing, menjadi contoh, dan menggerakkan guru dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Oleh karena itu, program penguatan kepala sekolah/madrasah sebagaimana ditetapkan sebagai Program 100 hari Mendiknas merupakan upaya yang sangat penting untuk menghasilkan kepala sekolah/madrasah yang kuat di dalam mewujudkan kualitas siswa yang diharapkan yaitu berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan berjiwa kewirausahaan (entrepreneurship).

Materi pelatihan ini tentu saja harus  disesuaikan dengan cakupan dimensi kompetensi kepala sekolah/madrasah seperti yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007  tentang Standar Kepala  Sekolah/Madrasah. Dalam peraturan tersebut terdapat lima dimensi kompetensi yaitu: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Setiap dimensi kompetensi memiliki kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang kepala sekolah/madrasah. Adapun dimensi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah/madrasah seperti  berikut.

 

B.   Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik

Peserta pelatihan diharapkan mampu:

1.    Memahami konsep supervisi akademik;

2.    Membuat rencana program supervisi akademik;

3.    Menerapkan teknik-teknik supervisi akademik;

4.    Menerapkan konsep supervisi klinis;

5.    Melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik terhadap guru.

 

C.   Deskripsi Materi Pelatihan

Materi pelatihan terdiri atas lima bagian yaitu:

1.    Dimensi kompetensi manajerial  dengan materi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS);

2.    Dimensi Kompetensi Kewirausahaan dengan materi Kewirausahaan;

3.    Dimensi kompetensi supervisi dengan materi Supervisi Akademik

4.    Kepemimpinan Pembelajaran;

5.    Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah.

Materi pelatihan pada bagian ini dibatasi pada supervisi akademik yang meliputi kegiatan belajar:

1.    Konsep supervisi akademik;

2.    Konsep perencanaan program supervisi akademik;

3.    Teknik-teknik supervisi akademik;

4.    Konsep supervisi klinis;

5.    Tindak lanjut supervisi akademik terhadap guru.

 

 

D.   Langkah-langkah Mempelajari Materi Pelatihan

Bahan belajar ini dirancang untuk dipelajari oleh kepala sekolah/madrasah dalam pelatihan. Oleh karena itu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup aktivitas individual dan kelompok. Secara umum aktivitas individual meliputi: (1) membaca materi, (2) melakukan latihan/tugas, memecahkan kasus pada setiap kegiatan belajar, (3) membuat rangkuman/kesimpulan, dan (4) melakukan refleksi, dan melakukan tindak lanjut. Sedangkan aktivitas kelompok meliputi: (1) mendiskusikan materi, (2) bertukar pengalaman dalam melakukan latihan/memecahkan kasus, (3) melakukan seminar/diskusi hasil latihan/tugas yang dilakukan, dan (4) bersama-sama melakukan refleksi, membuat action plan,  dan tindak lanjut.  Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti berikut:

Aktivitas Kelompok

Aktivitas Individu

Membaca Bahan Belajar

 Mediskusikan

Bahan Belajar

Melaksanakan Latihan/Tugas/ Studi Kasus

 Sharing Perma-salahan dan Hasil Pelaksanaan Latihan

Membuat Rangkuman

 Membuat Rangkuman

Melakukan Refleksi, Membuat Rencana Aksi (Action Plan)

Melakukan Refleksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1 Langkah-langkah Kegiatan Pelatihan

Dari gambar di atas tampak bahwa aktivitas kelompok selalu didahului oleh aktivitas individu. Dengan demikian, maka aktivitas individu adalah hal yang utama. Sedangkan aktivitas kelompok lebih merupakan forum untuk berbagi, memberikan pengayaan, dan penguatan terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan individu masing-masing.

Dengan mengikuti langkah-langkah  di atas, diharapkan peserta pelatihan baik  secara individu maupun bersama-sama dapat meningkatkan kompetensinya, yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kompetensi guru yang dibinanya dan akhirnya mampu menghasilkan siswa yang kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan.


KEGIATAN BELAJAR 1

KONSEP SUPERVISI AKADEMIK

 

Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 1 tentang konsep supervisi akademik. Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep supervisi akademik untuk menggerakkan guru dan siswa  berpikir kritis, berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.

Bapak/Ibu akan mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 1, jika ada kemauan yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam rangka mengubah pola pikir untuk berpikir kritis, berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah dan bernaluri kewirausahaan. Selamat belajar!

 

A.   Pengantar

Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,  setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut.

1.    Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan

2.    Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

3.    Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.

4.    Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa.

5.    Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran.

6.    Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan pro­ses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, pelatihan ini  bertujuan untuk meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi (1) Memahami konsep supervisi akademik; (2) membuat rencana program supervisi akademik; (3) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik; (4) menerapkan supervisi klinis; (5) Melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.

B.   Uraian

1.    Konsep Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja  guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

 

2.    Tujuan dan fungsi supervisi akademik

Tujuan supervisi akademik adalah:

a.    membantu guru mengembangkan kompetensinya,

b.    mengembangkan kurikulum,

c.    mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).

Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

TIGA TUJUAN SUPERVISI

Pengembangan Profesionalisme

 

Pengawasan kualitas

Penumbuhan Motivasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1.  Tiga tujuan supervisi akademik

 

Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.

 

3.    Prinsip-prinsip supervisi akademik

a.    Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

b.    Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.

c.    Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.

d.    Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.    

e.    Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.

f.     Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.

g.    Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

h.    Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.

i.      Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.

j.      Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.

k.    Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor

l.      Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).

m.   Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.

n.    Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).

 

4.    Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik

a.    Kompetensi kepribadian.

b.    Kompetensi pedagogik.

c.    Kompotensi profesional.

d.    Kompetensi sosial.

 

C.   Contoh

Sering dijumpai adanya kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke sekolah dengan membawa instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk ke kelas melakukan pengukuran terhadap kinerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah tugasnya, seakan-akan supervisi akademik sama dengan pengukuran kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Perilaku supervisi akademik sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu contoh perilaku supervisi akademik belum baik. Perilaku supervisi akademik yang demikian tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap tujuan dan fungsi supervisi akademik. Seandainya memberikan pengaruh, pengaruhnya relatif sangat kecil artinya bagi peningkatan mutu  guru dalam mengelola proses pembelajaran. Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru. Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata hanya dalam arti sempit, yaitu mengkalkulasi kualitas keberadaan guru dalam memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka.

Hal ini sangat berbeda dengan konsep supervisi akademik. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu  kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.

 

D.   Latihan/Tugas

Kasus

Pada suatu hari Kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik. Dia membawa instrumen penilaian kinerja guru ke dalam kelas tanpa ada kesepakatan waktu sebelumnya. Guru yang disupervisi terkejut dan tampak salah tingkah di depan siswanya. Guru atau kepala sekolah juga tidak tahu pasti apakah supervisi akademik harus memberi tahu guru yang bersangkutan atau tidak. Guru bertanya dalam hati, ”Apa saja yang dinilai oleh kepala sekolah dalam instrumennya?” Seandainya aku tahu aspek-aspek yang akan dinilai tentu saja aku menyiapkannya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, kepala sekolah memang sengaja memang tidak memberi tahu guru dengan maksud agar guru tampil apa adanya, tidak dibuat-buat. Sekali-kali, guru melihat kepala sekolah asyik mencentangi dan menulis sesuatu yang ada diinstrumennya. Setelah kepala sekolah selesai mencentangi dan mengisi instrumennya, ia ke luar kelas dan menganggap bahwa supervisi akademik sudah dilaksanakan dengan baik.  Sejak peristiwa itu, sampai sekarang tak terasa satu tahun ajaran telah berlalu. Saya bertanya pula dalam hati, untuk apa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah saya selama ini?. Sayapun bertanya kepada teman sesama guru, ternyata kejadiannya sama dengan saya bahkan yang membuat saya bingung, ”Mengapa tidak semua guru disupervisi akademik seperti saya?”

Tugas:

Individu

1.    Buatlah rangkuman materi kegiatan belajar 1 di atas!

2.    Pecahkan kasus di atas dengan menggunakan konsep supervisi akademik dan/atau pengalaman Anda.

Kelompok

Bentuk kelompok yang terdiri atas 5 sampai 10 orang. Diskusikan kasus di atas. Hasil diskusi disajikan untuk dikomentari kelompok lain dan fasilitator.

Petunjuk Jawaban Latihan (kata kunci)

Konsep supervisi akademik, pengalaman Anda.

 

E.    Ringkasan

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

 

F.    Refleksi

Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah pelajari. 

 

 

Nama: _____________________                        Tanggal: _______________

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

·         Bagaimana pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?

 

 

 

 

·         Materi apa yang ingin saya tambahkan?

 

 

 

·         Bagaimana kelebihan dan kekurangan materi materi kegiatan ini?

 

 

 

·         Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?

 

 

·         Berapa persen kira-kira materi kegiatan ini dapat saya kuasai?

 

 

·         Apa yang akan saya lakukan?

 

 

 

 

Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan,  Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

KEGIATAN BELAJAR 2

KONSEP PERENCANAAN

PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK

 

Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 2 tentang konsep perencanaan program supervisi akademik. Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep perencanaan program supervisi akademik untuk menggerakkan guru dan siswa  berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.

Bapak/Ibu akan mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 2, jika ada kemauan yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep perencanaan program supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam rangka mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat belajar!

 

A.   Pengantar

Salah satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan supervisi akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program supervisi akademik.

 

 

 

 

B.   Uraian

1.    Konsep perencanaan program supervisi akademik

Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan  serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

 

2.    Manfaat perencanaan program supervisi akademik

Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah sebagai berikut :

a.    sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik,

b.    untuk menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program supervisi akademik, dan

c.    penjamin penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya sekolah (tenaga, waktu dan biaya).

 

3.    Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik

Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik adalah:

a.    obyektif (data apa adanya),

b.    bertanggung jawab,

c.    berkelanjutan,

d.    didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, dan

e.    didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah.

 

4.    Ruang lingkup supervisi akademik

Ruang lingkup supervisi akademik meliputi:

a.    Pelaksanaan KTSP

b.    Persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru.

c.    Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya.

d.    Peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan sebagai berikut:

1)    model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;

2)    peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik,   memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis;

3)    peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;

4)    keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh guru.

5)    bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar siswa mampu:

a)    meningkat rasa ingin tahunya;

b)    mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan;

c)    memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi;

d)    mengolah informasi menjadi pengetahuan;

e)    menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;

f)     mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan

g)    mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar.

Supervisi akademik juga mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan-kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat. Supervisi edukatif juga harus didukung oleh instrumen-instrumen yang sesuai.

 

  1. Instrumen-instrumen supervisi akademik

Seorang kepala sekolah/madrasah yang akan melaksanakan kegiatan supervisi harus menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai dengan tujuan, sasaran, objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan, dan instrumen yang sesuai, berupa format-format supervisi dapat dilihat pada lampiran berupa format 1 sampai dengan 9.

6.    Bagaimana model-model supervisi akademik?

Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik.

a.    Model supervisi tradisional

1)    Observasi Langsung

Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-observasi.

a)    Pra-Observasi

Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.

b)    Observasi

Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.

c)    Post-Observasi

Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.

 

2)    Supervisi akademik dengan cara tidak langsung

a)    Tes dadakan

Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu.

b)    Diskusi kasus

Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.

c)    Metode angket

Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya.

 

b.    Model kontemporer (masa kini)

Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda.

 

 

C.   Contoh

Contoh format dokumen perencanaan program supervisi akademik dapat dilihat dalam Lampiran 10 sampai dengan 11.

 

D.   Latihan

Kasus

Bapak Fulan adalah Kepala sekolah yang baru diangkat. Semenjak menjadi kepala sekolah baru, dia  mencoba melakukan sosialisasi perencanaan program supervisi akademik. Dia melakukan kunjungan kelas tanpa perencanaan. Hal ini ditunjukkan oleh perilakunya yang tidak pernah menggunakan instrumen. Guru-guru enggan menanyakan perencanaan program supervisi akademiknya karena menjaga perasaannya atau takut tersinggung. Dia mengetahui bahwa salah satu tugas kepala sekolah adalah melakukan supervisi akademik dari hasil bacaan. Untuk itu, ia melaksanakan supervisi akademik. Tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya membuat perencanan program supervisi akademik. Untuk bertanya kepada guru sebagai bawahan, ia merasa malu. Demikian pula di KKKS/M

Tugas:

Individu

1.    Buat rangkuman materi kegiatan belajar 2 di atas!

2.    Bagaimana  pemecahan kasus di atas menurut teori perencanaan program supervisi akademik dan/atau pengalaman Anda?.

Kelompok

Diskuisikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri 5 sampai 10 orang.Hasil diskusi disajikan untuk dikomentari kelompok lain  dan fasilitator.

Petunjuk Jawaban Latihan (Kata Kunci)

Contoh perencanaan program supervisi akademik.

 

E.    Ringkasan

Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

 

F.    Refleksi

Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah pelajari. 

 

Nama: _____________________             Tanggal: _______________

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

·         Bagaimana pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?

 

 

 

 

 

·         Materi apa yang ingin saya tambahkan?

 

 

 

·         Bagaimana kelebihan dan kekurangan materi materi kegiatan ini?

 

 

 

·         Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?

 

 

 

·         Berapa persen kira-kira materi kegiatan ini dapat saya kuasai?

 

 

 

·         Apa yang akan saya lakukan?

 

 

 

 

Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan,  Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

 


KEGIATAN BELAJAR 3

 TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK

 

Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 3 tentang teknik-teknik supervisi akademik. Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep teknik-teknik supervisi akademik untuk menggerakkan guru dan siswa  berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.

Bapak/Ibu akan mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 3, jika ada kemauan yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep teknik-teknik supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut, diharapkan akan  mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat belajar!

 

A.   Pengantar

Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,  setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961).

 

 

 

B.   Uraian

Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

1.    Teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.

 

2.    Macam-macam teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual ada lima macam yaitu:

a.    kunjungan kelas,

b.    observasi kelas,

c.    pertemuan individual,

d.    kunjungan antarkelas, dan

e.    menilai diri sendiri.

 

3.    Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.

 

4.    Melaksanakan kunjungan kelas

Cara melaksanakan kunjungan kelas:

a.    dengan  atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya,

b.    atas permintaan guru bersangkutan,

c.    sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan

d.    tujuan kunjungan harus jelas.

 

5.    Tahap-tahap kunjungan kelas

Ada empat tahap kunjungan kelas.

a.    Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.

b.    Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.

c.    Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.

d.    Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.

 

6.    Kriteria kunjungan kelas

Dengan menggunakan enam kriteria yaitu:

a.    memiliki tujuan-tujuan tertentu;

b.    mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;

c.    menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;

d.    terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;

e.    pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan

f.     pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

 

7.    Observasi kelas

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif  aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.

 

8.    Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas

Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:

a.    usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,

b.    cara menggunakan media pengajaran

c.    variasi metode,

d.    ketepatan penggunaan media dengan materi

e.    ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan

f.     reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.

 

9.    Pelaksanaan observasi kelas

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:

a.    persiapan,

b.    pelaksanaan,

c.    penutupan,

d.    penilaian hasil observasi; dan

e.    tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.

 

10.    Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:

a.    memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi;

b.    mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;

c.    memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan

d.    menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

 

11.    Jenis-jenis pertemuan individual

Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut

a.    classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).

b.    office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.

c.    causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru

d.    observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

 

12.    Pelaksanaan pertemuan individual

Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.

 

13.    Kunjungan antar kelas

Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran.

 

 

14.    Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas

Caranya:

a.    harus direncanakan;

b.    guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi;

c.    tentukan guru-guru yang akan mengunjungi;

d.    sediakan segala fasilitas yang diperlukan;

e.    supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat;

f.     adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu;

g.    segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;

h.    adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

 

15.    Menilai diri sendiri

Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.

 

16.    Cara-cara menilai diri sendiri

Caranya sebagai berikut.

a.    Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.

b.    Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.

c.    Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara kelompok.

17.    Supervisi kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu:

a.    kepanitiaan-kepanitiaan,

b.    kerja kelompok,

c.    laboratorium dan kurikulum,

d.    membaca terpimpin,

e.    demonstrasi pembelajaran,

f.     darmawisata,

g.    kuliah/studi,

h.    diskusi panel,

i.      perpustakaan,

j.      organisasi profesional,

k.    buletin supervisi,

l.      pertemuan guru,

m.   lokakarya atau konferensi kelompok

 

Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.

 

C.   Contoh

Jika kepala sekolah ingin mengadakan supervisi akademik, maka pastikan dulu apakah supevisi itu untuk individual atau kelompok. Kemudian pilihlah teknik supervisi yang tepat menurut pengalaman kepala sekolah dengan banyak bertanya kepada pengawas sekolah selaku pembina atau teman sejawat.

 

D.   Latihan/Tugas

Kasus

Ada keluhan dari orang tua dan masyarakat bahwa hasil belajar lulusan sekolah sangat rendah. Hal ini dibuktikan antara lain banyaknya siswa yang tidak lulus ujian nasional dan ujian sekolah. Mutu hasil belajar tidak terlepas dari mutu proses pembelajarannya. Mutu proses pembelajaran tidak terlepas dari mutu gurunya. Untuk menanggapi keluhan tersebut, kepala sekolah bermaksud melaksanakan supervisi akademik.

 

 

 

 

 

Tugas:

Individu

Pecahkan kasus di atas dengan menggunakan teknik supervisi dan meningkatkan peran kepala sekolah sebagai supervisor.

 

Kelompok

Diskusikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 10 orang. Hasilnya diskusikan disajikan untuk dikomentari kelompok lain dan fasilitator.

 

      Petunjuk Jawaban Latihan (kata kunci)

Pilih teknik supervisi yang tepat menurut Bapak/Ibu dan berikan alasannya.

 

E.    Ringkasan

Teknik supervisi ada dua macam, yaitu: teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Selanjutnya, teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.

 

F.    Refleksi.

Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah pelajari. 

 

Nama: _____________________                       Tanggal: _______________

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

·         Bagaimana pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?

 

 

 

 

·         Materi apa yang ingin saya tambahkan?

 

 

 

·         Bagaimana kelebihan dan kekurangan materi materi kegiatan ini?

 

 

 

·         Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?

 

 

·         Berapa persen kira-kira materi kegiatan ini dapat saya kuasai?

 

 

·         Apa yang akan saya lakukan?

 

 

 

Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan,  Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

KEGIATAN BELAJAR 4

KONSEP SUPERVISI KLINIS

 

Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 4 tentang konsep supervisi klinis. Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep supervisi klinis untuk menggerakkan guru dan siswa  berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.

Bapak/Ibu akan mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 4, jika ada kemauan yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep supervisi klinis yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam rangka mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat belajar!

 

A.   Pengantar

Ide untuk memberlakukan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan menguasai penerapan supervisi klinis.

 

 

 

 

B.   Uraian

1.    Supervisi klinis

Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru.

 

2.    Pelaksanaan supervisi klinis

Menurut Sullivan & Glanz (2005), ada empat langkah yaitu:

a.    perencanaan pertemuan,

b.    observasi,

c.    pertemuan berikutnya, dan

d.    repleksi kolaborasi.

 

Langkah-langkah perencanaan pertemuan meliputi: 1) memutuskan fokus observasi (pendekatan umum, informasi langsung, kolaboratif, atau langsung diri sendiri), 2) menetapkan metode dan formulir observasi, 3) mengatur waktu observasi dan pertemuan berikutnya. Langkah-langkah observasi: a) memilih alat observasi, b) melaksanakan observasi, c) memverifikasi hasil observasi dengan guru pada pertemuan berikutnya, d) menganalisis data hasil verifikasi dan menginterpretasi, dan e) memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan berikutnya. Langkah-langkah pertemuan berikunya adalah menentukan fokus dan waktu. Langkah-langkah refleksi kolaborasi: (1) menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang kurang bernilai, (3) apa saran-saran anda.

 

 

 

3.    Perbedaan Pokok Supervisi Tradisional dengan Supervisi Klinis Ditinjau dari Pendekatannya

No

Supervisi Tradisional (Preskriptif)

Supervisi Klinis (Kolaboratif)

1

Supervisor bertindak sebagai inspektur yang harus mengamankan peraturan yang berlaku.

Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja guru.

2

Supervisor menganggap dirinya sebagai seorang ahli dan memiliki rasa super jika dibanding dengan guru yang disupervisi.

Supervisor dan guru yang disupervisi mempunyai derajat keahlian yang sama.

3

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan preskriptif (membandingkan apa yang diobservasi dengan apa yang dijadikan model).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan inkuiri (mencoba menemukan dan memahami apa yang dilakukan guru)

4

Supervisor lebih berkuasa dari guru yang disupervisi dalam kegiatan diskusi sebelum dan sesudah observasi

Diskusi dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Diskusi bersifat terbuka dan objektif.

5

Supervisi bertujuan untuk menjamin agar metode yang ditetapkan diterapkan secara benar

Supervisi bertujuan untuk membantu mengembangkan profesionalitas guru melalui kegiatan-kegiatan reflektif.

 

4.    Terdapat perbedaan antara supervisi non-klinis dengan supervisi klinis sebagai berikut (La Sulo, 1988:9).

No

Aspek

Supervisi non klinis

Supervisi klinis

1

Prakarsa dan tanggung jawab

Terutama oleh supervisor

Diutamakan oleh guru

2

Hubungan supervisor dengan guru

Realisasi atasan dengan bawahan

Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif

3

Sifat supervisi  

Cenderung direktif atau otokratif

Bantuan yang demokratis

4

Sasaran supervisi

Samar-samar atau sesuai keinginan supervisor

Diajukan oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, dikaji bersama menjadi kontrak

5

Ruang lingkup supervisi 

Umum dan luas

Terbatas sesuai kontrak

6

Tujuan supervisi 

Cenderung evaluatif

Bimbingan yang analitis dan deskriptif

7

Peran supervisor dalam pertemuan

Banyak member tahu dan mengarahkan

Banyak bertanya untuk analisis diri

8

Balikan

Atas kesimpulan supervisor

Dengan analisis dan interprestasi bersama berdasarkan data observasi sesuai kontrak.

 

 

C.   Contoh

Supervisi klinis dapat dianalogikan dengan istilah klinis dalam dunia kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang pasien datang ke klinis bukan karena diundang dokter melainkan karena ia membutuhkan pengobatan agar sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter mengadakan diagnosis dan resep untuk mengobati penyakit pasiennya. Dalam dunia sekolah, guru datang sendiri menemui kepala sekolah untuk meminta bantuan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.

 

 

 

D.   Latihan/Tugas

Kasus

Selama saya mejadi kepala sekolah, belum pernah sekalipun ada guru yang datang kepada saya untuk meminta bantuan saya untuk memecahkan masalah pembelajaran yang muncul di kelasnya. Menurut saya, tampaknya supervisi klinis belum berjalan sama sekali di sekolah yang saya pimpin. Ada dugaan, guru enggan atau malu meminta bantuan saya memecahkan masalahnya karena takut dianggap tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri. Keengganan ini menurut guru, mungkin berdampak pada penilaian DP3 butir prakarsa. Guru takut nilai prakarsanya rendah karena pernah minta bantuan kepada saya. Mereka takut saya menganggap mereka tidak punya prakarsa, tidak kreatif, dan inovatif memecahkan masalahnya sendiri. Selain itu, sebagian guru pernah menerima pengarahan saya pada suatu rapat bahwa datang ke bos jangan bawa masalah tapi bawalah alternatif pemecahan masalah. Dan beberapa guru juga pernah membaca buku How to manage your boss dengan pernyataan yang sama seperti pengarahan saya. 

 

Tugas:

1.    Buatlah rangkuman materi kegiatan 4 di atas!

2.    Pecahkanlah kasus dengan teori supervisi klinis dan/atau pengalaman Anda. Hasilnya, diskusikan di dalam diskusi kelompok

Petunjuk Jawaban latihan (Kata Kunci)

Melaksanakan langkah-langkah supervisi klinis.

 

E.     Ringkasan

Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan menguasai penerapan supervisi klinis.

 

F.     Refleksi

Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah pelajari. 

 

Nama: _____________________                  Tanggal: _______________

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

·         Bagaimana pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

 

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?

 

 

 

 

 

 

·          Materi apa yang ingin saya tambahkan?

 

 

 

 

·         Bagaimana kelebihan dan kekurangan materi materi kegiatan ini?

 

 

 

 

 

·         Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?

 

 

 

 

·         Berapa persen kira-kira materi kegiatan ini dapat saya kuasai?

 

 

 

·         Apa yang akan saya lakukan?

 

 

 

 

 

 

Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan,  Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

 

 


KEGIATAN BELAJAR 5

KONSEP TINDAK LANJUT HASIL SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU

 

Selamat membaca dan mempelajari kegiatan belajar 5 tentang konsep tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru. Setelah mempelajari kegiatan belajar 5, Bapak/Ibu diharapkan memiliki konsep konsep tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru untuk menggerakkan guru dan siswa  berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Kepala sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.

Bapak/Ibu akan mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan belajar 5, jika ada kemauan yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep konsep tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru  yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut, akan menjadi contoh bagi guru dan siswa dalam rangka mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat belajar!

 

A.   Pengantar

Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dampak nyata ini diharapkan dapat dirasakan masyarakat maupun stakeholders. Tindak lanjut tersebut berupa: penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran Iebih lanjut.

 

B.   Uraian

Tindak lanjut dari hasil analisis merupakan pemanfaatan hasil supervisi. Dalam materi pelatihan tentang tindak lanjut hasil supervisi akan dibahas mengenai pembinaan dan pemantapan instrumen.

 

1.      Pembinaan 

Kegiatan pembinaan dapat berupa pembinaan langsung dan tidak langsung.

a.    Pembinaan langsung

Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi.

b.    Pembinaan tidak langsung

Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi.

 

Beberapa cara yang dapat dilakukan kepala sekolah/madrasah dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam:

1.      Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan pembantu guru lainnya

2.      Menggunakan buku teks secara efektif

3.      Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat mereka pelajari selama pelatihan profesional/inservice training

4.      Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki

5.      Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)

6.      Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa

7.      Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran

8.      Mengelompokan siswa secara lebih efektif

9.      Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama

10.   Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil

11.   Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas

12.   Meraih moral dan motivasi mereka sendiri

13.   Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi dan kreatifitas layanan pembelajaran

14.   Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan

15.   Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

 

2.      Pemantapan Instrumen Supervisi

Kegiatan untuk memantapkan instrumen supervisi dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok oleh para supervisor tentang instrumen supervisi akademik maupun instrumen supervisi non akademik.

Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi:

a.   Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:

1)  Silabus

2)  RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

3)  Program Tahunan

4)  Program Semesteran

5)  Pelaksanaan proses pembelajaran

6)  Penilaian hasil pembelajaran

7)  Pengawasan proses pembelajaran

b.   Instrumen supervisi kegiatan belajar mengajar

1)      Lembar pengamatan

2)      Suplemen observasi (ketrampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya)

c.   Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen supervisi akademik maupun isntrumen supervisi non akademik.

d.   Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang studi binaan atau kepada karyawan untuk instrumen non akademik.

Dengan demikian, dalam tindak lanjut supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.   Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi akademik sasaran utamanya adalah kegiatan belajar mengajar.

b.   Hasil analisis, catatan supervisor, dapat dimanfaatkan untuk perkembangan keterampilan mengajar guru atau meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-kendala yang muncul atau yang  mungkin akan muncul.

c.   Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam melaksanakan tindak lanjut supervisi.

d.   Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidak menimbulkan ketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki, memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki penampilan, serta kinerjanya.

Cara-cara melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik sebagai berikut.

1.   Mengkaji rangkuman hasil penilaian.

2.   Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.

3.   Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.

4.   Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.

5.   Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.

6.   Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu:

a.   menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis,

b.   analisis kebutuhan,

c.   mengembangkan strategi dan media,

d.   menilai, dan

e.   revisi

 

C.   Contoh

Seorang kepala sekolah telah selesai mensupervisi guru A mapel IPA. Hasil rekapitulasi skor menunjukkan 86 yang dikategorikan Baik dengan beberapa catatan, dilanjutkan dengan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi menggunakan format dalam (lampiran) yang mengacu perencanaan program supervisi akademik. Caranya dengan menambah satu kolom lagi untuk kolom realisasi. Selanjutnya, realisasi dibandingkan dengan target atau indikator untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya.

 

D.   Latihan/Tugas 

Kasus 1

Banyak hasil-hasil evaluasi pelaksanaan program supervisi akademik tidak ada tindak lanjutnya. Hal ini terjadi karena tidak ada ganjaran dan sanksi jika tindak lanjut telah dilakukan. Akibatnya, hasil evaluasi hanyalah perbuatan yang sia-sia saja.

 

Tugas 1:

Individu

Pecahkan kasus di atas menurut pengalaman Anda!

 

 

Kelompok

Diskusikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 10 orang! Hasil diskusi disajikan untuk dikomentari kelompok lain dan fasilitator.

 

Kasus 2

Sebagai kepala sekolah di sekolah A, Ibu Ani baru saja menerima 6 guru baru. Empat dari guru tersebut baru lulus sarjana pendidikan dengan kompetensi yang memadahi dan dua  orang lainnya adalah sarjana pendidikan yang kompetensinya kurangmemadahi. Kedua kelompok guru ini telah diuji sebagai calon guru. Pertimbangan apa yang harus Ibu Ani gunakan dalam memilih  strategi untuk mensupervisi guru-guru baru tersebut?

 

Tugas:

Individu

1. Buatlah ringkasan materi kegiatan belajar 5 di atas!

2. Berikan solusi atas kasus di atas menurut teori tindak lanjut dan atau pengalaman Anda!

 

Kelompok

Diskusikan kasus di atas dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 10 orang! Hasil diskusi disajikan untuk dikomentari kelompok lain dan fasilitator.

 

E.    Ringkasan

Hasil supervisi harus ditindaklanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk meningkatkan profesionalisme guru. Dampak nyata ini diharapkan dapat dirasakan masyarakat maupun stakeholders.

 

 

F.    Refleksi

Mohon untuk mengisi lembar refleksi di bawah ini berdasarkan materi yang Bapak/Ibu sudah pelajari. 

 

Nama: _____________________             Tanggal: _______________

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

·         Bagaimana pikiran/perasaan saya tentang materi kegiatan belajar ini?

 

 

 

 

 

·         Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?

 

 

 

 

 

·         Materi apa yang ingin saya tambahkan?

 

 

 

·         Bagaimana kelebihan dan kekurangan materi materi kegiatan ini?

 

 

 

 

 

·         Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?

 

 

 

 

·         Berapa persen kira-kira materi kegiatan ini dapat saya kuasai?

 

 

 

 

·         Apa yang akan saya lakukan?

 

 

 

 

 

 

G. Rencana Aksi

Bapak/Ibu dimohon membuat rencana program supervisi akademik secara individual. Hasilnya dikumpulkan kepada penyelenggara pelatihan tiga bulan terhitung dari hari penutupan pelatihan.

 

Selamat karena Bapak/Ibu telah selesai mempelajari kegiatan belajar ini. Selanjutnya, selamat melakukan rencana tindak lanjut. Untuk menambah pengetahuan,  Bapak/Ibu dimohon untuk mempelajari buku yang dianjurkan dan materi pelatihan lainnya.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Dodd, W.A. 1972. Primary School Inspection in New Countries. London: Oxford University Press.

 

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.

 

Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.

 

Robbins, S.P.2008. The Truth about Managing People. Second Edition. Upper Sadle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

 

Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

 

Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision that Improving Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks, California: Corwin Press.

 

Verma, V.K. 1996. The Human Aspects of Project Management Human Resources Skills for the Project Manager. Volume Two. Harper Darby,PA: Project Management Institute.

 

Bacaan yang Disarankan

 

Sullivan, S & Glanz, J. 2005. Supervision that Improves

         Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks,

          California: Corwin Press.

 

Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. 

          2006. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan

          Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK

          Depdiknas.

 

Wiles, J. dan J. Bondi. 1986. Supervision: A Guide to Practice . Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company

.


Lampiran

Format 1:

 

Aspek yang diamati

Petunjuk Umum

Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan catatlah hal-hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada kolom keterangan.

1.   Tidak ada (0-25)

2.   Kurang baik (26-50)

3.   Cukup (51-75)

4.   Baik (76-100)

5.   Sangat baik (101-125)

 

Lembar Observasi

 

No

Aspek yang diamati

1

2

3

4

5

Keterangan

 

 

 

 

A.  Perencanaan Proses pembelajaran.

Apakah guru: Menyusun Silabus?

 

 

 

 

 

 

1.

Identitas mata pelajaran atau tema pelajaran

 

 

 

 

 

 

2.

Standar kompetensi

 

 

 

 

 

 

3.

Kompetensi dasar

 

 

 

 

 

 

4.

Materi pembelajaran

 

 

 

 

 

 

5.

Kegiatan pembelajaran

 

 

 

 

 

 

6.

 

Indikator pencapaian kompetensi

 

 

 

 

 

 

7.

Penilaian

 

 

 

 

 

 

8.

Alokasi waktu

 

 

 

 

 

 

9.

Sumber belajar

 

 

 

 

 

 

 

B.  Menyusun RPP?

 

 

 

 

 

 

10.

Identitas mata pelajaran

 

 

 

 

 

 

11.

Standar kompetensi

 

 

 

 

 

 

12.

Kompetensi Dasar

 

 

 

 

 

 

 

13.

Indikator pencapaian kompetensi

 

 

 

 

 

 

14.

Tujuan Pembelajaran

 

 

 

 

 

 

15.

Materi Ajar

 

 

 

 

 

 

16.

Alokasi Waktu

 

 

 

 

 

 

17.

Metode Pembelajaran

 

 

 

 

 

 

18.

Kegiatan Pembelajaran

a)    Pendahuluan

b)    Inti

c)     Penutup

 

 

 

 

 

 

19.

Penilaian Hasil Belajar

 

 

 

 

 

 

20.

Sumber Belajar

 

 

 

 

 

 

 

 

C.  Pelaksanaan Proses Pembelajaran

 

 

 

 

 

 

21.

Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran

 

 

 

 

 

 

22.

Pelaksanaan Pembelajaran

 

 

 

 

 

 

23.

D.  Penilaian Hasil Belajar

 

 

 

 

 

 

24.

E.  Pengawasan Proses Pembelajaran

 

 

 

 

 

 

 

……………........., …………………

Kepala Sekolah,

 

 

 

 

 

……………………………………….

NIP.

 


Format 2

Daftar Pertanyaan Setelah Observasi

No

Pertanyaan

Jawaban

1.

Bagaimana pendapat saudara setelah menyajikan pelajaran ini?

 

2.

Apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan?

 

3.

Dapatkah saudara menceritakan hal-hal yang dirasakan memuaskan dalam proses pembelajaran tadi?

 

4.

Bagaimana perkiraan saudara mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran?

 

5.

Apa yang menjadi kesulitan siswa?

 

6.

Apa yang menjadi kesulitasn saudara?

 

7.

Adakah alternatif lain untuk mengatasi kesulitan saudara?

 

8.

Marilah bersama-sama kita identifikasi hal-hal yang telah mantap dan hal-hal yang peerlu peningkatan, berdasarkan kegiatan yang baru saja saudara lakukan dan pengamatan saya.

 

9.

Dengan demikian, apa yang akan saudara lakukan untuk pertemuan berikutnya?

 

 

 

Kesan umum:

 

 

Saran:

 

 

 

 

……………........., ………………..

Kepala sekolah

 

 

 

 

…………………………………….

NIP.

 

 

 



Format 3.

Hasil Observasi

No

Komponen yang dianalisis

Aspek yang disupervisi

Hasil penilaian dengan instrumen yang dikembangkan

 

 

 

1

2

3

4

5

1.

Tahap sebelum observasi

Contoh:

§  Persiapan mengajar yang disiapkan

§  Konsep yang akan dibahas

§  Tujuan yang akan dicapai

§  Langkah-langkah penyajian

§  Pemanfaatan media

§  Proses interaksi

 

 

 

 

 

2.

Tahap pelaksanaan observasi

§  Kejelasan konsep

§  Tingkat keberhasilan

§  Penggunaan media

§  Efektivitas interaksi

 

 

 

 

 

3.

Tahap sesudah observasi

§  Kesan-kesan penampilan

§  Kemampuan mengidentifikasi ketrampilan yang sudah baik

§  Kemampuan mengidentifikasi ketrampilan yang belum berhasil

§  Diskusi tentang gagasan-gagasan alternatif

 

 

 

 

 

 

 

Jumlah

 

 

 

Rata-rata

 

……………........., ………………..

Kepala sekolah

 

 

 

………………………………….

NIP.

Rentang penilaian:

1.   Tidak ada (0-40)

2.   Kurang baik (41-54)

3.   Cukup (55-74)

4.   Baik (75-90)

5.   Sangat baik (91-100)



Format 4.

Isikan jadwal supervisi kunjungan kelas sesuai dengan kolom yang tersedia

Jadwal Supervisi Kunjungan Kelas

No.

Hari/Tgl

Nama Guru

Mata Pelajaran

Kelas

Jam ke

Pelaksanaan Supervisi

Keterangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

…………….........,…………………..

Kepala Sekolah

 

 

……………………………………

NIP.

 

 

 

 



Format 5.

Rekapitulasi hasil supervisi

No

Nama

Nilai

Keterangan

Administrasi

Penampilan

Test

Rata-rata

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

……………........., ………………..

Kepala Sekolah

 

 

……………………………………

NIP.

Rentang penilaian:

91-100 = A

75-90  = B

55-74  = C

<55     = K

 

 

 

 

 




Format 6.

INSTRUMEN PERENCANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

1.   Nama Guru                                    : ……………………………..

2.   Sekolah                              : ……………………………..

3.   Kelas, Semester                 : ……………………………..

4.   Identitas Mata pelajaran     : ……………………………..

5.   Standar Kompetensi          : ……………………………..

6.   Kompetensi Dasar             :  ……………………………..

7.   Hari tanggal                        : ……………………………..

 

No

URAIAN KEGIATAN

KRITERIA NILAI

1

2

3

4

1.

Menentukan identitas mata pelajaran

 

 

 

 

2.

Menentukan standar kompetensi

 

 

 

 

3.

Menentukan kompetensi dasar

 

 

 

 

4.

Menentukan indicator pencapaian kompetensi

 

 

 

 

5.

Menentukan tujuan pembelajaran

 

 

 

 

6.

Menentukan materi ajar

 

 

 

 

7.

Menentukan alokasi waktu

 

 

 

 

8.

Menentukan metode pembelajaran

 

 

 

 

9.

Menentukan kegiatan pembelajaran

 

 

 

 

10.

Menentukan penilaian hasil belajar

 

 

 

 

11.

Menentukan sumber belajar

 

 

 

 

 

Jumlah NILAI RIIL     = ……………………….

 

 

 

 

 

Jumlah NILAI IDEAL = 44

KLASIFIKASI

…………………….

 

Nilai PERSENTASI   = …………………….. %

 

C : Cukup         : 26% - 55%

A : Baik Sekali  : 76% - 100%

B : Baik             : 56% - 75%

D : Kurang        : 0% - 25%

 SARAN PEMBINAAN :

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………,…………………..Guru Mata Pelajaran

 

 

……………………

NIP

 

 

 

 

 



Format 7.

INSTRUMEN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS

 

1.   Nama Guru                                    : ……………………………..

2.   Sekolah                              : ……………………………..

3.   Kelas, Semester                 : ……………………………..

4.   Identitas Mata pelajaran     : ……………………………..

5.   Standar Kompetensi          : ……………………………..

6.   Kompetensi Dasar             :……………………………..

7.   Hari tanggal                        : ……………………………..

 

No

URAIAN KEGIATAN

KRITERIA NILAI

1

2

3

4

1.

Menjelaskan tujuan dan kompetensi dasar

 

 

 

 

2.

Menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan sesuai dengan silabus

 

 

 

 

3.

Menjelaskan isi kegiatan kepada siswa/langkah kegiatan

 

 

 

 

4.

Menggunakan ekspresi dalam berkomunikasi dengan siswa

 

 

 

 

5.

Menggunakan respon siswa dalam menyelenggarakan kegiatan

 

 

 

 

6.

Menggunakan media dan alat pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

 

 

 

 

7.

Menyelenggarakan kegiatan dengan urutan yang logis

 

 

 

 

8.

Menggunakan berbagai metode dalam menjelaskan isi kegiatan

 

 

 

 

9.

Membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan secara individual maupun kelompok

 

 

 

 

10.

Memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan

 

 

 

 

11.

Memberikan penguatan kepada siswa

 

 

 

 

12.

Melaksanakan penilaian selama kegiatan berlangsung

 

 

 

 

13.

Menutup kegiatan dengan tepat

 

 

 

 

14.

Memberikan tugas/PR

 

 

 

 

 

Jumlah NILAI RIIL     = ……………………….

 

 

 

 

 

Jumlah NILAI IDEAL = 56

KLASIFIKASI

……………….

 

Nilai PERSENTASI    = …………………….. %

 

         

 

A : Baik Sekali  : 76% - 100%

B : Baik             : 56% - 75%

C : Cukup         : 26% - 55%

D : Kurang        : 0% - 25%

SARAN PEMBINAAN :

…………………………………………..

Mengajar supaya membawa alat peraga ……………………………………….……..

………………………………………………

 

Guru Mata Pelajaran

 

 

……………………

NIP

……………..,…………………

Kepala Sekolah/madrasah,

 

 

……………………

NIP

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Format 8

 

Contoh : Lembar Observasi Siswa

 

INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

PADA PROSES PEMBELAJARAN

 

NO

NAMA

KEGIATAN

SKOR

NILAI

KET

1

2

3

4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JUMLAH

 

 

 

 

 

 

 

 

KETERANGAN

1.         Berpartisipasi aktif

2.         Tanggung jawab

3.         Disiplin dalan mengikuti pembelajaran

4.         Memusatkan perhatian pada materi pembelajaran

 

KRITERIA SKOR PENILAIAN

KRITERIAN KEAKTIFAN PESERTA

Nilai

Sebutan

Kuantitatif

Kualitatif

1

Tidak Aktif

85 – 100

Sangat Aktif (SA)

2

Kurang Aktif

69 – 84

Aktif (A)

3

Aktif

53 – 68

Cukup Aktif (CA)

4

Sangat Aktif

37 – 52

Kurang Aktif (KA)

……………..,……………

Kepala Sekolah/Madrasah,

 

 

.…………………

 

 

 

 

 



Format 9

Contoh: Lembar Observasi Guru

 

INSTRUMEN KUNJUNGAN KELAS

PADA PROSES PEMBELAJARAN

 

Nama Guru                             : ……………………………..

Kelas                                        : ……………………………..

Identitas Mata Pelajaran         : ……………………………..

Waktu                                      : ……………………………..

Semester                                 : ……………………………..

Hari tanggal                             : ……………………………..

 

No

URAIAN KEGIATAN

Kriteria Penilaian

1

2

3

4

1.

Persiapan dan apresepsi

 

 

 

 

2.

Relevansi materi dengan tujuan pembelajaran

 

 

 

 

3.

Penguasaan materi

 

 

 

 

4.

Strategi

 

 

 

 

5.

Metode

 

 

 

 

6.

Media

 

 

 

 

7.

Manajemen kelas

 

 

 

 

8.

Pemberian motivasi kepada siswa

 

 

 

 

9.

Nada dan suara

 

 

 

 

10.

Penggunaan bahasa

 

 

 

 

11.

Gaya dan sikap perilaku

 

 

 

 

Jumlah NILAI RIIL = ……………………….

 

 

 

 

Jumlah NILAI IDEAL = 44

KLASIFIKASI

…………………….

Nilai PERSENTASI = …………………….. %

        

 

A : Baik Sekali  : 76% - 100%

B : Baik             : 56% - 75%

C : Cukup         : 26% - 55%

D : Kurang        : 0% - 25%

Saran Pembina

………………………………………………

………………………………………………

 

 

 

 

Mengetahui

Kepala Sekolah

 

 

……………………

……………..,………………

Kepala Sekolah/Madrasah

 

 

 

……………………

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Format 10. Instrumen supervisi akademik dengan teknik individual:

 

Sekolah                       :

Kelas                           :

Nama guru                  :

Mata pelajaran            :

SK/KD                         :

Waktu                          :

 

No

Komponen

Rentang Skor

Skor perolehan

Catatan khusus

I

Perencanaan pembelajaran

1.    ……….

2.    ………..

3.    ………….

4.    ………….

 

 

 

II

Pelaksanaan pembelajaran:

A.    Pendahuluan

1.    ………..

2.    ………..

3.    …………

B.    Inti

1.    ………..

2.    ………..

3.    …………

4.    ………….

5.    ………..

6.    ……….

7.    ………..

8.    ………..

  1. Penutup

1.    ……..

2.    ………

 

 

 

 

Rerata Skor

 

 

 

 

Keterangan:    0 -60 = Kurang                                   ……..,………………..

                        61-70   = cukup                                               Supervisor

                        71-80   = Baik

                        81-100 = amat baik                            

 

(…………………………..)

 



Format 11. Dokumen Perencanaan program supervisi akademik

 

1.    Pendahuluan (Diskripsi umum, dan Dasar hukum)

2.    Tujuan supervisi

3.    Teknik supervisi: Individual atau kelompok.

4.    Sasaran obyek kegiatan dan subyek

5.    Waktu pelaksanaan supervisor (kepsek & guru senior)

6.    Lampiran

a.   Jadwal (aloksi waktu, nomor, hari tanggal, jam, kelas sasaran, maple, nama guru, nama supervisor)

b.   Instrumen supervisi: lembar observasi, pedoman wawancara

c.   Form rekapitulasi hasil berisi nomor, nama guru, mapel, skor angka, konversi kedalam kualivikasi dan meeting, serta tidak lanjut berupa konfirmasi dengan guru.

 

No

Nama Guru

Mapel

Kelas

Hasil skor

Catatan Khusus

Tindak lanjut

Realisasi Tindak lanjut

Kualita

Kuanti

1.

 

 

 

 

 

 

Meeting

(sumbang saran, pembinaan, dll)

Supervisi lanjutan dengan kompetensi dasar selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

                                                                             

…………,…………………

                                                                                          Kepala Seolah,

 

                                                                                         

 

 

(……………………………)



LEMBAR PENILAIAN RENCANA PEMBELAJARAN (PBM 01)

Nama Sekolah                                     :………………….……………………..CAP SEKOLAH

Guru                                                       :…………………………………………………………..

Kelas                                                      :…………………………………………………………..

Mata Pelajaran                                    :…………………………………………………………..

Tema/Topik Pembelajaran                               :………………………………........……………………..

Waktu                                                    :…………..........................................................................

Hari/Tanggal                                        :…………………....……………………………………..

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Petunjuk

  1. Berilah penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang ada.
  2. Semakin baik yang ditampilkan semakin tinggi nilainya (1-4).

 

A. MERENCANAKAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Skala Nilai

1

Merumuskan kompetensi dasar dan indikator

1

2

3

4

2

Menentukan metode pembelajaran

1

2

3

4

3

Menentukan langkah-langkah pembelajaran

1

2

3

4

4

Menentukan cara-cara memotivasi siswa

1

2

3

4

5

Menentukan pengalaman belajar siswa

1

2

3

4

6

Menentukan alokasi waktu

1

2

3

4

 

                                                                                           Rata-rata:

 

 

B. MERENCANAKAN PENGORGANISASIAN MATERI PEMBELAJARAN

Skala Nilai

1

Kesesuaian materi pembelajaran dengan kurikulum

1

2

3

4

2

Mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa

1

2

3

4

 

                                                                                           Rata-rata:

 

C. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KELAS

Skala Nilai

1

Penataan ruang kelas

1

2

3

4

2

Pengorganisasian siswa aktif ddalam pembelajaran

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:

 

D. MERENCANAKAN PENGGUNAAN SUMBER MEDIA PELAJARAN

Skala Nilai

1

Memilih sumber pembelajaran

1

2

3

4

2

Menentukan penggunaan alat/media pembelajaran

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:       

 

E. MERENCANAKAN PENILAIAN

Skala Nilai

1

Menentukan bentu-bentuk prosedur dan teknik penilaian

1

2

3

4

2

Menyusun alat penilaian

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:                 

 

F. PENAMPILAN FISIK RENCANA PEMBELAJARAN

Skala Nilai

1

Penggunaan bahasa tulis

1

2

3

4

2

Kerapian dan kebersihan

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:                 

 

 


                            Jumlah Nilai Rata-rata

Nilai Akhir  =   -------------------------------  =

                                             6

 

Komentar/Saran

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

                                                                                                                                                                                                   ………………..,…………

Penilai

 

 

 

Keterangan

A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan

B = 2.78 – 3.27 Memuaskan

C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan

(Nama Jelas)

 

 

 

 

LEMBAR PENILAIAN RENCANA PEMBELAJARAN (PBM 02)

Nama Sekolah                         :………………….…………….CAP SEKOLAH

Guru                                        :…………………………………………......…..

Kelas                                       :……………………………………………..…..

Mata Pelajaran            :……………………………………………..…..

Tema/Topik Pembelajaran       :……………………………………………........

Waktu                                     :…………...........................................................

Hari/Tanggal                           :…………………………………………….......

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Petunjuk

  1. Berilah penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang ada.
  2. Semakin baik yang ditampilkan semakin tinggi nilainya (1-4).

 

A. MEMBUKA KEGIATAN PEMBELAJARAN                         

Skala Nilai

1

Menyampaiakan materi pengait/persepsi

1

2

3

4

2

Memotivasi siswa untuk memulai pembelajaran

1

2

3

4

3

Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai siswa

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:

 

B. MENGELOLA KEGIATAN PEMBELAJARAN INTI

 

1

Penguasaan materi pembelajaran

1

2

3

4

2

Memberi contoh/ilustrasi/analogi

1

2

3

4

3

Menggunakan sumber, alat, media pembelajaran

1

2

3

4

4

Mengarahkan siswa untuk aktif berpartisipasi

1

2

3

4

5

Memberi penguatan

1

2

3

4

6

Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan urutan yang logis/teratur

1

2

3

4

7

Merespon secara positif keingintahuan siswa

1

2

3

4

8

Menunjukkan antusiasme/gairah mengajar

1

2

3

4

 

   

                                                                                                Rata-rata:

 

 

C. MENGORGANISASI WAKTU, SISWA, SUMBER DAN ALAT/MEDIA

     PEMBELAJARAN

 

1

Mengatur penggunaan waktu

1

2

3

4

2

Melaksanakan pengorganisasian siswa

1

2

3

4

3

Menyiapkan sumber dan alat bantu/media pembelajaran

1

2

3

4

 

                                                                   

                                                                                                Rata-rata:

 

D. MELAKSANAKAN PENILAIAN

 

1

Melaksanakan penilaian proses

1

2

3

4

2

Melaksanakan penilaian hasil/akhir

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:                 

 

 

E. MENUTUP KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

1

Merangkum materi

1

2

3

4

2

Memberi tindak lanjut

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:                 

 

 

F. PENAMPILAN GURU

 

1

Kesan umum

1

2

3

4

2

Penampilan dan sikap guru dalam pembelajaran

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:                 

 

 

 

 


                            Jumlah Nilai Rata-rata

Nilai Akhir  =   -------------------------------  =

                                             6

 

 

Komentar/Saran

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

Keterangan

A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan

B = 2.78 – 3.27 Memuaskan

C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan

                                                                                                                                                                                                   ………………..,…………2010

Penilai

 

 

 

(Nama Jelas)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



LEMBAR PENILAIAN

KETERAMPILAN MELAKSANAKAN HUBUNGAN PRIBADI (PBM 03)

Nama Sekolah                         :………………….…………….CAP SEKOLAH

Guru                                        :………………………………………………..

Kelas                                       :………………………………………………..

Mata Pelajaran            :……………………....………………………..

Tema/Topik Pembelajaran       :……………………………....………………..

Waktu                                     :…………..........................................................

Hari/Tanggal                           :………………………………………………..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Petunjuk

  1. Berilah penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang ada.
  2. Semakin baik yang ditampilkan semakin tinggi nilainya (1-4).

 

A. MEMBANTU MENGEMBANGKAN PERILAKU POSITIF PADA DIRI MURID

 

1

Membantu murid untuk menyadari kekuatan dan kelemahan diri

1

2

3

4

2

Membantu murid untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

1

2

3

4

3

Membantu siswa untuk dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran

1

2

3

4

4

Menunjukkan simpati

1

2

3

4

5

Menunjukkan keramahan dan menghargai orang lain

1

2

3

4

                                                                                                           

 

                                                                                                Rata-rata:

 

B. MENAMPILKAN KEGAIRAHAN DAN KESUNGGUHAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

1

Menunjukkan kegairahan dalam pembelajaran

1

2

3

4

2

Memberikan kesan menguasai materi

1

2

3

4

3

Menunjukkan kemantapan mengajar

1

2

3

4

 

   

                                                                                                Rata-rata:

C. MENGELOLA INTERAKSI DALAM KELAS

 

1

Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi

1

2

3

4

2

Menciptakan iklim belajar yang kondusif

1

2

3

4

 

                                                                   

                                                                                                Rata-rata:

 

 

 

                            Jumlah Nilai Rata-rata

Nilai Akhir  =   -------------------------------  = 

                                             3

 

 

Komentar/Saran

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

                                                                                                                                                                                                               ………………..,…………2010

Penilai

 

 

 

(Nama Jelas)

 

 

 

 

 

Keterangan

A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan

B = 2.78 – 3.27 Memuaskan

C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan

 

 


LEMBAR PENILAIAN

AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN (PBM 04)

Nama Sekolah                         :………………….…………..CAP SEKOLAH

Guru                                        :………………………………………………..

Kelas                                       :………………………………………………..

Mata Pelajaran            :………………………………………………..

Tema/Topik Pembelajaran       :………………………………………………..

Waktu                                     :…………..........................................................

Hari/Tanggal                           :………………………………………………..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Petunjuk

  1. Berilah penilaian rencana pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspek-aspek yang ada.
  2. Semakin baik yang ditampilkan semakin tinggi nilainya (1-4).

 

                                                                                                       Skala Nilai

1

Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran

1

2

3

4

2

Siswa menyimak ketika guru memberikan penjelasan

1

2

3

4

3

Siswa mengajukan pertanyaan pada saat yang tepat

1

2

3

4

4

Siswa tidak canggung bertanya atau mengajukan pendapat

1

2

3

4

5

Siswa melakukan aktivitas sesuai dengan pengalaman belajar yang direncanakan

1

2

3

4

6

Siswa menunjukkan keinginan untuk menguasai materi

1

2

3

4

7

Siswa berbahasa dengan baik dan benar

1

2

3

4

 

                                                                                                Rata-rata:

 

 

 

                            Jumlah Nilai Rata-rata

Nilai Akhir  =   -------------------------------  = 

                                             7

 

 

 

 

Komentar/Saran

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

                                                                                                                                                                                                   ………………..,…………2010

Penilai

 

 

 

(Nama Jelas)

 

Keterangan

A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan

B = 2.78 – 3.27 Memuaskan

C = 2.38 – 2.77 Kurang

 



 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar