BELAJAR
DI LUAR KELAS....UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI
BELAJAR
Oleh : Drs.
Moh Taufik S.A
Guru SMAN 1 Trawas Mojokerto
Selama ini muncul anggapan yang salah kaprah bahwa proses
belajar mengajar harus selalu berada di dalam kelas. Belajar di luar kelas dianggap
bukan proses belajar mengajar dan sekedar sebagai suatu permainan belaka.
Anggapan semacam ini sebenarnya perlu diluruskan karena seiring diberlakukannya
KTSP dan tuntutan pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)
maka guru harus pandai pandai dalam mencari terobosan-terobosan baru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran yang
benar-benar memacu siswa untuk berprestasi.
Siapapun dari kita yang terlibat dalam PBM entah itu
siswa atau guru, kadang mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar. Rasa
jenuh dan bosan ini salah satunya disebabkan oleh karena tempat belajar yang
monoton pada satu tempat saja yaitu di dalam kelas. Padahal selain di kelas
banyak sekali tempat-tempat lain di lingkungan sekolah yang bisa dijadikan
sarana untuk belajar mengajar misalnya di ruang perpustakaan, lapangan olah
raga, lab multimedia, taman sekolah dan lain sebagainya.
Selain untuk
mengatasi kebosanan dan kejenuhan dalam belajar, maka proses belajar mengajar
di luar kelas bisa meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Kita semua tahu
bahwa kunci utama dalam keberhasilan pembelajaran adalah terletak pada motivasi
baik guru dan siswa. Motivasi bisa turun bila tak ada variasi dalam
pembelajaran. Variasi juga rendah bila tempat pembelajaran juga monoton hanya
dalam kelas saja. Maka tak ada salahnya untuk kembali membangkitkan agar siswa
kembali bergairah dan termotivasi dalam pembelajaran maka guru mencoba variasi
pembelajaran dilakukan diluar kelas.
1. BELAJAR DI RUANG
PERPUSTAKAAN
Hampir setiap sekolah mempunyai ruang perpustakaan yang
memang tidak sama dalam luas dan jumlah buku sebagai sarana sumber belajar.
Selain sebagai ruang baca, maka perpustakaan dapat juga digunakan sebagai ruang
belajar. Apalagi di luar jam-jam istirahat ruang perpustakaan relatif sepi,
sehingga sesekali dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengajak siswanya belajar
di perpustakaan. Tidak hanya untuk pelajaran bahasa Indonesia saja, tapi
pelajaran-pelajaran lain guru dapat memanfaatkan sarana perpustakaan ini untuk
belajar mengajar. Ada banyak langkah yang ditempuh, misalnya siswa diberi tugas
untuk mencari materi pelajaran kemudian merangkumnya, mencari berita/materi di
surat kabar kemudian membahasnya bersama sama siswa lain. Atau diskusi/presentasi
juga bisa dilakukan di perpustakaan untuk topik-topik tertentu yang menarik.
Dengan mendekatkan siswa pada buku diharapkan mereka tertarik untuk meminjam,
membaca dan menelaahnya. Tidak sedikit dari siswa yang selama bertahun-tahun
bersekolah tidak pernah menginjakkan kaki di perpustakaan. Berkat arahan dan motifasi guru lewat belajar di
perpustakaan, mereka jadi tertarik dan tidak menutup kemungkinan menjadi siswa
yang gemar membaca.
2. BELAJAR DI LAPANGAN
OLAH RAGA
Lapangan sekolah atau lapangan olah raga selama ini
dianggap hanya sebagai tempat untuk olah raga atau tempat untuk bermain saja.
Anggapan semacam ini tidak terlalu salah karena memang selain guru olah raga,
maka guru-guru mata pelajaran lain jarang memanfaatkan sarana ini sebagai tempat
belajar. Sebagai seorang guru yang kreatif maka dapat memanfaatkan celah ini
ini untuk belajar. Memang ada kendala, misalnya pas digunakan olah raga atau
cuaca sedang panas.
Untuk itulah kita
sebagai guru dapat memilih ketika keadaan memungkinkan, yaitu ketika siswa
benar-benar jenuh belajar di dalam kelas dan tidak digunakan jam olah raga dan
cuaca juga tidak terlalu panas. Di dalam proses belajar di lapangan guru dan siswa lebih rileks dan santai. Guru bisa
bisa berekspresi, berdialog, bercerita, sharing dan diskusi dengan siswa lebih
bebas, santai, lesehan dan sebagainya.
Dengan kedekatan guru dan siswa inilah terjalin keakraban antara guru dan siswa
sehingga membangkitkan motivasi mereka belajar......Dengan motivasi meningkat
maka gairah belajar mereka tinggi karena ada banyak variasi dalam tempat
pembelajaran.
3. BELAJAR DI LAB.
MULTIMEDIA
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka guru harus mau dan mampu mencari terobosan-terobosan baru dalam
pembelajaran. Kalau tidak mau dikatakakan gaptek oleh murid-muridnya maka guru
harus menggunakan sarana IPTEK dalam pembelajarannya. Dengan belajar di
laboratorium multimedia maka guru bisa mengadakan beragam variasi dalam
pembelajaran. Selain menggunakan power point untuk memperjelas materi
pembelajaran, maka dapat pula dilakukan dengan penggunakan media belajar
melalui audio visual. Bila terjadi kejenuhan maka dapat pula diputarkan
film-film edukatif yang nantinya bisa dikomentari dan didiskusikan oleh para
siswa.Selain film juga dapat diputarkn lagu-lagu sebagai selingan entah itu
lagu nasional, lagu daerah atau lagu-lagu lain untuk menghindari kejenuhan
dalam belajar Menurut pengalaman penulis umumnya para siswa sangat antusias,
gembira dan tinggi motivasi belajarnya apabila diajak belajar di lab
multimedia.Mereka sepertinya menunggu-nunggu kapan pembelajaran dilakukan di
lab. Multimedia?.
4. BELAJAR DI TAMAN
SEKOLAH
Taman sekolah merupakan sarana penting dalam rangka
memperindah lingkungan sekolah. Semakin baik dan indah taman yang dibuat oleh
suatu sekolah, maka guru dan siswa akan kerasan berada dalam lingkungan
sekolah. Maka selain dilapangan terbuka atau lapangan olah raga, maka guru
dapat memanfaatkan taman sekolah untuk proses pembelajaran. Sambil duduk-duduk
lesehan dengan santai guru dapat menerangkan dan berdialog dengan siswa dengan
kondisi yang lebih rileks dan santai. Tapi metode atau model pembelajaran
yang tepat ketika belajar di taman
sekolah adalah diskusi atau presentasi. Tiap kelompok dapat secara bergantian
menjelaskan hasil paparan diskusinya yang nantinya akan ditanggapi oleh
kelompok lainnya. Bila diskusi atau pesentasi yang dilakukan di dalam kelas
terkesan kaku dan tegang, maka apabila dilakukan di luar kelas khususnya di
taman sekolah maka terkesan lebih akrab, santai dan fleksibel serta
menyenangkan. Belajar dalam kondisi yang kreatif dan menyenangkan menyebabkan
siswa menyukai pelajaran tersebut yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar.
5. BELAJAR DI
MUSHOLA/TEMPAT IBADAH
Selama ini muncul anggapan bahwa mushola/tempat ibadah
melulu merupakan tempat sholat atau ibadah saja, sehingga terkesan kaku dan
angker. Anggapan semacam ini merupakan anggapan yang salah, karena sebenarnya
mushola atau tempat ibadah yang lain juga merupakan sarana untuk menimba ilmu.
Tidak hanya guru mata pelajaran agama saja yang dapat memanfaatkan mushola.
Guru-guru mata pelajaran lain juga dapat memanfaatkan mushola/tempat ibadah
dalam proses pembelajarannya. Selain lebih hening dan khidmat guru juga dapat
menggunakan berbagai macam variasi dalam pembelajaran di tempat mushola semacam
ini. Bisa berdialog langsung, diskusi kelompok, diskusi kelas dan lain
sebagainya. Apalagi bila dalam proses belajar di mushola tersebut guru tersebut
mampu menyelipkan nilai-nilai religius dalam mata pelajarannya maka akan
semakin berarti pelajaran yang diberikan kepada para siswanya. Untuk itulah
tidak ada salahnya untuk menghindari kejenuhan belajar dalam kelas maka guru
mengajak para siswanya untuk belajar di mushola/tempat ibadah. Bisa juga
sebelum belajar diisi sholat dhuha atau dzikir secara berjamaah atau diisi kultum (ceramah
agama singkat) untuk menyentuh para hati para siswanya dengan nilai nilai
keagamaan yang lebih untuk menjadi bekal nantinya mereka benar-benar menjadi
insan kamil.
6. BELAJAR DI KANTIN
SEKOLAH
Hal yang mungkin kedengarannya cukup aneh bila belajar
dilakukan di kantin sekolah. Karena selama ini kantin identik dengan tempat
jajan, makan, ngobrol, bergurau dan lain sebagainya. Sebagai guru yang kreatif justru bisa
sesekali memanfaatkan kantin sekolah sebagai sarana tempat belajar. Tentu saja
kantin yang digunakan untuk tempat belajar adalah kantin yang cukup besar dan
tempat duduk yang tersedia cukup memadai. Tentu saja bahasan yang bisa
dilakukan ketika belajar di kantin adalah pembahasan materi yang ringan-ringan
dan sifatnya dialog/sharing atau diskusi, karena namanya belajar dikantin
selama proses pembelajaran baik dialog atau diskusi, maka para siswa di beri
kebebasan untuk menyampaikan pendapat. Selain itu juga mereka juga diberi
kebebasan sambil belajar untuk makan dan minum di kantin. Model acara
“Cangkru”an JTV bisa dijadikan contoh bagaimana diskusi dengan topik tertentu
dapat dilakukanan sambil makan-makan atau minum. Maka tidak ada salahnya kita
sebagai guru untuk sesekali mencoba belakjar di kantin, tentu saja bukan waktu
jam-jam istirahat ketika siswa-siswa lain akan sibuk untuk jajan atau bergurau.
Dengan banyak terobosan-terobosan untuk mencari tempat
belajar maka pembelajaran PAIKEM bisa dilaksanakan. Semakin kreatif dan menarik
para guru dalam mencari metode dan tempat-tempat belajar, maka siswa akan
semakin tertantang dan suka dengan gaya guru tersebut dalam mengajar. Bila
mereka sudah suka dalam proses pembelajaran tersebut maka motivasi mereka akan
meningkat yang pada gilirannya nanti prrstasi belajar akan mudah untuk diraih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar